VIRALKAN NARASI KRITIS ILMIAH KADER DAN DAKWAH AMALIYAH BERKEMAJUAN

Oleh: Rudi Pramono

Fordem.id – No Viral No Justice. Tidak ada keadilan kalau tidak diviralkan adalah kenyataan sosiologis jaman sekarang. Memviralkan sebagai bagian dari strategi perjuangan. Isu ijazah palsu ketika masuk dalam hutan belantara media sosial, menjadi viral bersamaan dengan ditemukan banyak fakta dan sekaligus fitnah, pelan tapi pasti akan menjadi gelombang dahsyat yang menghantam siapapun yang terlibat didalamnya.

Dalam medan dakwah digital, selalu ramai perseteruan antara mereka kaum salafi yang mengusung ‘pemurnian agama’. Pemahaman secara literal dan tekstual dengan mereka kaum salafi, pewaris tradisi keilmuan dan amaliyah klasik.

Mengikuti algoritma konten dakwah dan tradisi amaliyah yang dibuat netizen. Dengan memotret ucapan kultur perilaku keagamaan yang aneh, tidak masuk akal bikin ngakak. Menjadi bulan-bulanan netizen seperti dongeng khurafat ba’awali, ngalap barokah kyai. Wahabi tambang menjadi kritik internal umat Islam yang masih serba mistis, bodoh dan jumud.

Sementara itu, tokoh-tokoh Muhammadiyah dikenal dengan gaya komunikasi yang santun, ilmiah, dan penuh etika. Mereka cenderung menghindari ucapan atau sikap yang kontroversial. Ketika ada kader yang masuk ke dunia politik, bahkan menjadi menteri dari kubu yang punya catatan etik dan moral, respons mereka tetap positif dan apresiatif. Kritik dari internal nyaris tak terdengar, dan semangat dakwah pemurnian pun terasa kurang mengemuka. Akibatnya, suara Muhammadiyah dalam berbagai isu penting kurang menggema dan tidak banyak menarik perhatian publik. Konten pengajiannya pun terkesan biasa dan tidak menantang. Ada kekhawatiran bahwa bersikap terlalu tajam bisa melanggar akhlak, padahal justru kekhawatiran itu bisa membatasi ruang kreatif. Selama tetap berada dalam koridor etika, adab, rasionalitas, hukum, demokrasi, dan budaya, seharusnya tidak ada yang perlu ditakutkan untuk bersikap lebih tegas dan berani.

Baca Juga:  IPM Purbalingga Kian Berdaya dalam Menghadapi Momentum Indonesia Emas 2045

Muhammadiyah justru viralnya ketika belum ada internet belum ada medsos, TV juga belum banyak, dakwah lewat podium tentang TBC (Tahayul, Bid’ah, Churafat) di gelorakan. Membuat orang marah disamping banyak yang tertarik dan menjadi pengikut sebagian menjadi takut jadi Muhammadiyah, yang tidak mudeng ‘cari aman iso melu kabeh’

Dakwah Harus Viral

Seperti juga penegakan keadilan yang harus di viralkan, ketidakpuasan pelayanan pemerintah/swasta sejauh mungkin kekecewaan pelayanan AUM jangan sampai jadi viral karena bisa kemana-mana, netizen makhluk Allah yang hidup bebas, segera teratasi secara langsung.

Baca Juga:  KEGAGALAN CALON SENATOR "MUHAMMADIYAH"

Dakwah juga harus viral, bagaimana memviralkan sebuah konten dakwah? Ketika berita itu luar biasa misal Qurban puluhan ton di Batur, Sholat Ied di Garung Butuh, bersujud diantara keindahan panorama dua gunung, KHGT viralkan, kepedulian kepada kaum miskin melalui pemberdayaan, komunitas terpinggirkan lainnya yang tidak tersentuh dakwah Islam lainnya, termasuk profesi ‘dunia gelap modernitas’, konten menguji kebaikan dan kejujuran manusia modern dan menyentuh kemanusiaan dan serta konten menyindir dengan bahasa humor, dan konsep/pemikiran, publish ide dan gagasan baru, temuan produk inovatif dll.

Baca Juga:  510.569.974.050

Teknologi terkini dan penemuan platform aplikasi kreatif dan inovatif teknologi Meta dan AI adalah sebuah keniscayaan berpadu dengan kekuatan narasi. Kader Muhammadiyah silahkan buat podcast yang merespon semua persoalan keagamaan, dinamika umat, modernitas sampi isu politik, ekonomi, sosial kebudayaan dan global serta berita viral lainya dalam perspektif keagamaan (Manhaj Berkemajuan).

Ada sebuah podcast “Kulakan Isi Otak” milik santri-santri muda NU santai sambil ngopi ngrokok dan ketawa merespon semua persoalan internal mereka sendiri, kritik tradisi mereka sendiri tapi juga pembelaan terhadap mereka yang menyerang kultur mereka sendiri, mbatin saya : mereka pinter kritis kok tidak jadi Muhammadiyah saja, ketika nalar semakin kuat kenapa tidak menjadi Muhammadiyah , tepat sekali wadahnya, hehe..

No Viral No Dakwah, Viralkan Dakwah Berkemajuan, Resonansikan jaman dengan berani, yakin, unik, kontoversi dan tetap dalam bingkai amal ilmiah ilmu amaliyah serta memperjuangkan etika kemanusiaan dan moral peradaban.

Wallahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *