Rakus dan Pelit

(Pesan-Pesan Tuhan)

Margo Hutomo

Fordem.id – Rakus dan pelit, dua sifat yang mendorong manusia berlomba menumpuk harta dan berpola hidup megah, mewah dan menutup mata telinga terhadap nasib sesamanya. Kedua sifat itu berdampak negatif bagi pelakunya dan masyarakat luas.

Ada sebagian manusia yang menggunakan segala cara demi mendapatkan harta, kekayaan dan juga kekuasaan. Meskipun nurani tahu bahwa cara yang ditempuhnya itu melanggar etika sosial, aturan negara dan hukum Tuhan.

Dlm surat At-Takatsur (Ayat 1-8) Allah Swt. telah berfirman tentang perilaku manusia yang berbuat serakah menimbun harta dan pelit beserta konsekuensi yang akan diterimanya kelak di akhirat, yaitu neraka jahim.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar ra. menyebutkan, adanya tiga akibat besar dari sifat rakus dan pelit, yaitu mendorong orang berbuat zalim, mendorong orang memutuskan silaturrahim, dan mendorong orang berbuat jahat.

Makna Rakus

Dalam bahasa Arab, rakus atau serakah disebut tamak. Artinya sikap tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dicapai. Menurut istilah, tamak adalah cinta kepada dunia/harta yang terlalu berlebihan tanpa memperhatikan norma hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Karena ketidakpuasannya itu, segala cara pun ditempuh.

Baca Juga:  MENJADI PENGAWAS TPS

Rakus merupakan salah satu dari penyakit hati. Ciri-ciri rakus, diantaranya : tidak mensyukuri nikmat yang telah dimiliki, selalu merasa kurang padahal telah banyak mendapat nikmat, ingin memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain, panjang angan-angan/menghayal dan tidak realistis, kikir atau tidak rela hartanya berkurang sedikitpun, kurang menghargai pemberian orang lain, terlalu mencintai harta yg dimiliki, terlalu bersemangat mencari harta tanpa memperdulikan waktu dan kondisi tubuh, dan semua perbuatannya selalu bertendensi pada materi.

Bahaya sifat rakus, antara lain :
selalu merasa kurang dan tidak pandai bersyukur, menimbulkan rasa dengki dan permusuhan, membutakan orang sehingga menghalalkan segala cara dalam meraih tujuan, menjauhkan seseorang dari Allah Swt., membuat orang menjadi bakhil karena takut hartanya berkurang.

Adapun cara menghindari sifat Rakus, diantaranya mensyukuri semua nikmat yang telah Allah berikan; membiasakan diri untuk ikhlas dan rendah hati; membiasakan diri menjadi pemurah dan jujur; hidup sederhana, hemat, qana’ah (merasa cukup) dan zuhud;
meminta pertolongan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat serakah; menghindari sifat iri dengki; sadar diri bahwa materi hanya titipan ilahi dan perantara menuju akhirat.

Baca Juga:  FMM, TERAS CEMARA DAN PERKADERAN

Arti Pelit

Secara bahasa, bakhil artinya menahan sesuatu. Kata lain yang semakna adalah “Asy-Syuhha”.
Dalam tradisi masyarakat Indonesia biasa disebut kikir atau pelit.

Adapun secara istilah, bakhil artinya perbuatan seseorang menahan atau tidak memberikan sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada orang lain. Baik wajib secara agama maupun kepatutan sosial menurut norma adat-budaya-etika.

Seorang muslim yang tidak mau atau enggan membayar zakat, tidak memberi nafkah kepada keluarga disebut bakhil. Karena secara agama zakat dan nafkah adalah wajib.

Orang kaya yang memberi nafkah hanya sedikit kepada keluarga atau memberi barang yang jelek pada orang lain, menurut masyarakat disebut orang bakhil. Sifat bakhil ini muncul karena pelaku terlalu cinta kepada dunia. Mereka lupa bahwa harta yang sesungguhnya adalah harta yang telah mereka sedekahkan kepada orang lain. Bukan harta yang hanya dinikmati dirinya dan keluarganya saat di dunia.

Orang rakus (input) tentu pelit (output), yaitu merasa sangat sayang terhadap hartanya untuk diberikan kepada sesama yang membutuhkan. Apalagi berkorban demi kebahagiaan orang lain. Bahkan orang pelit seringkali berbuat pelit terhadap dirinya sendiri, khawatir harta bendanya berkurang. Oleh karena itu sifat pelit dipandang sebagai sifat buruk dan tercela oleh Allah Swt.

Baca Juga:  Pentingnya Kepatuhan Peserta Pemilu Terhadap Regulasi

Sebagaimana tersebut dalam surat At-Takatsur, manusia secara fitrah kejadiannya sangat mencintai untuk menghimpun harta benda. Sehingga manusia mudah terpapar sifat rakus, pelit, egois dan tak peduli terhadap kesulitan dan kesempitan sesama. Rakus (input) dan pelit (output) merupakan sifat yang sangat bahaya serta merugikan pelaku sebagai pribadi maupun orang lain dan lingkungan. Terutama ketika pelakunya ditanya Tuhannya—di akhirat kelak— tentang segala nikmat harta kekayaan yang telah diterimanya.

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan sifat pelit, yaitu
Qs. Ali Imran: 180;
An-Nisa: 36-37;
At-Taubah: 34-35;
At-Taubah: 67; Al-Isra: 29; Al-Isra: 100; Al-Furqan: 67;
Muhammad: 36-38; Qaf: 23-25;
An-Najm: 33-35;
Al-Hadid: 23-24;
Al-Hasyr: 9; Al-Munafikun: 6-7;
At-Taghabun: 16-17; Al-Qalam: 10-12; Al-Ma’arij: 15-21; Al-Muddattsir: 38-44; Al-Fajr: 17-18; Al-Lail: 8-11; Al-Ma’un: 4-7.

Dengan selalu beristighfar dan memohon Rahmat Allah SWT, semoga kita dijauhkan dari sifat tamak dan bakhil.

Wallahu A’lam
Batang, 15 September 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *