Oleh: Rudi Pramono – (Ketua MPI PDM Wonosobo)
Fordem.id – Banyak video beredar tentang pembelaan orang-orang Barat terhadap perjuangan Palestina, padahal mereka non muslim, tidak berjilbab dan militan, dari suara kritis, demo dan boikot produk.
Salah satu pendorong adalah salah satu kekuatan peradaban mereka yaitu humanity (kemanusiaan) dan humanisme (HAM) meskipun dalam banyak aspek kita bisa tidak setuju, namun selalu ada sisi baik tentang kemanusiaan, kesetaraan dan hak asasi manusia. Tidak selamanya tradisi Barat atau diluar Islam itu buruk.
Dalam Tajdid Muhammadiyah membedakan antara ranah aqidah dengan ranah muamalah. Aqidah merupakan tsawabit (tetap, tidak berubah). Persoalan Palestina masuk muamalah duniawiyah sehingga dimungkinkan ijtihad karena termasuk mutaghyyirat (terbuka) terhadap perkembangan situasi yang dalam rangka meraih kemaslahatan.
Kemanusiaan telah menjadi bagian dari sejarah Muhammadiyah, kemanusiaan melampaui segala perbedaan politik, agama, etnis dan bangsa. Memang humanity berasal dari peradaban Barat yang sekuler, tapi secara substansi tidak bertentangan dengan Islam. Seorang pelacur yg memberi minum anjing yang kehausan dia masuk surga (hadist) menunjukkan Islam mengutamakan ‘kemanusiaan’ kerahmatan terhadap semua makhluk ciptaanNya.
Kemanusiaan soal hati nurani, mungkin dalam pendekatan tarjih masuk wilayah Irfani (intuisi, batin, hati nurani) menjadi satu bagian selain bayani (tekstual) dan burhani (ilmu) dalam pendekatan tafsir, sehingga persoalan Palestina sebaiknya tidak hanya dipahami dari aspek literal agama (tekstual) tentang jihad, jannah, sejarah dan juga tidak burhani saja (kontekstual, global) tapi juga Irfani (kedalaman batin, rasa).
Pertanyaan mendasar apakah kita tidak tersentuh oleh korban-korban anak, remaja, dewasa dan kehancuran bangunan yang mengerikan dan luar biasa ? Apakah atas nama legitimasi agama, jannah, history, syuhada kita berjuang sampai habis-habisan. Kehidupan itu berharga, dunia itu anugerah, remaja dan anak2 adalah masa depan. Kemanusiaan lebih penting dari segalanya. Situasi konflik tidak lagi ‘murni’ banyak pihak (negara/kelompok) yang berkepentingan. Sikap realistis di butuhkan karena itu peperangan harus dihentikan, stop kekerasan, genocida, kembali ke meja perundingan yang telah berjalan selama ini (PBB) meski kita tahu sangat jauh dari harapan, kita yakin semua butuh proses, galang persatuan internal (Hamas, Fatah) dan dunia Islam (OKI), ambil langkah strategis dalam politik global (ada 2 Blok Dunia : Barat vs Timur), dll
Mari kita melangkah menjadi syuhada syuhada kemanusiaan dan perdamaian, stop kekerasan dan peperangan. Kita coba memahami agama pada level maslahah sesuai tujuan syariah dalam Maqashid Syariah (Kitab Al I’tisom, As Syatibi)
Wallahu a’lam