Fordem.id – Di tengah pesatnya arus modernisasi dan globalisasi, tradisi-tradisi lokal dan kearifan budaya menjadi bagian yang tak ternilai harganya dari identitas suatu masyarakat. Salah satu contoh tradisi yang tetap dijaga dan dijalankan secara turun temurun adalah perayaan peringatan 1 Muharram di Desa Tetel, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga.
Perayaan 1 Muharram merupakan momen yang istimewa bagi masyarakat Muslim di seluruh dunia, karena menandai awal tahun baru dalam kalender hijriyah. Namun, di Desa Tetel, tradisi ini memiliki nuansa khusus karena menjadi ajang untuk menyalurkan rasa syukur masyarakat atas pergantian tahun Islam yang telah berganti.
Tahun ini, perayaan 1 Muharram di Desa Tetel menjadi luar biasa karena melibatkan kolaborasi antara Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Tetel, warga, dan simpatisan yang bergotong royong dalam memeriahkan acara ini. Semangat kebersamaan dan gotong royong inilah yang menjadi ciri khas masyarakat Desa Tetel.
Rangkaian perayaan 1 Muharram dimulai pada hari Jumat, (14/7/2023), di Masjid Al Huda Desa Tetel dengan kegiatan potong rambut gratis. Lebih dari 85 orang berpartisipasi dalam kegiatan ini, menunjukkan betapa antusiasnya masyarakat Desa Tetel dalam memeriahkan acara ini. Tradisi potong rambut gratis bukan hanya sebagai pelaksanaan sunnah Nabi Muhammad SAW, tetapi juga sebagai bentuk ungkapan syukur dan permohonan doa untuk mendapatkan berkah di tahun baru Hijriyah.
Tidak berhenti di situ, rangkaian perayaan 1 Muharram dilanjutkan dengan kegiatan pawai obor pada hari Rabu, (19/7/2023). Pawai obor ini menjadi ajang yang menarik perhatian karena diikuti oleh sekitar 200 orang, termasuk anak-anak dari MI Muhammadiyah Tetel, pemuda, dan orang tua.
Hal yang istimewa dari pawai obor ini adalah partisipasi dari warga desa lain, seperti desa Tegalpingen dan desa Sidareja, yang juga turut ambil bagian dalam acara tersebut. Kehadiran warga dari desa lain menunjukkan betapa luasnya dampak dan makna perayaan 1 Muharram ini, tidak hanya mempersatukan warga Desa Tetel tetapi juga mempererat tali silaturahmi dengan masyarakat di sekitarnya.
Pawai obor menempuh rute sepanjang 3 km, melewati beberapa dusun di Desa Tetel. Rute ini diatur sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan kepada seluruh warga untuk berpartisipasi dan merayakan momen kebersamaan ini. Selain sebagai ajang kebersamaan, pawai obor ini juga memiliki nilai religius dan simbolis yang sangat kuat, mencerminkan cahaya keberkahan yang menerangi perjalanan hidup dalam menghadapi tahun baru hijriyah.
Perayaan 1 Muharram di Desa Tetel tidak hanya sekadar acara seremonial, tetapi menjadi sarana untuk memperkuat persatuan, kebersamaan, dan kearifan lokal. Melalui tradisi ini, masyarakat Desa Tetel mengingat kembali nilai-nilai luhur Islam dan mempererat hubungan antar warga.
Semangat kebersamaan dan gotong royong dalam merayakan peringatan 1 Muharram ini menjadi contoh inspiratif bagi masyarakat di daerah tersebut. Tradisi-tradisi lokal seperti ini harus dijaga dan dilestarikan agar warisan budaya berharga ini tetap hidup dan terus memberikan nilai positif bagi generasi mendatang.
Perayaan peringatan 1 Muharram di Desa Tetel mengingatkan kita bahwa identitas budaya dan agama adalah dua hal yang saling melengkapi dan harus dijaga dengan baik. Mari kita bersemangat dalam melestarikan dan menghargai tradisi-tradisi lokal serta tetap memperkuat persatuan dalam keragaman, sebagaimana yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Tetel. (Danar Royani).