Oleh: Dulrokhim (Bagian 3)
Fordem.id – Beberapa hari kemudian kudengar orang-orang kampung meributkan namaku. Bahkan namaku sudah menyebar ke kampung-kampung tetangga dengan sebutan “Sanib Si Tukang Tebak Nomer Buntutan” Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB). Aku jadi risih kalau orang-orang memandangku kagum penuh cita harap dimana saja aku berada. Aku di mata mereka bagaikan bintang film ibukota yang datang ke desa dimana warganya telah lekat dengan figur idolanya. Ya, aku dipuja-puji gara-gara Ciam Sie yang ada teka-teki nomor buntutan keparat itu!. Kebebasanku jadi terbatas. Berjalan selalu menunduk. Hati selalu was-was, takut kalau-kalau ada orang mengikutiku dan tiba-tiba minta nomor buntutan SDSB di tengah jalan ramai.
Sore hari sehabis mengajar para siswa SMK, aku pulang tidak melewati jalan biasanya. Aku menghindari jalan setapak yang di sampingnya ada gardu ronda tempat mangkal Kaswan bersama kawan-kawannya. Mereka pasti sedang asyik seperti biasa disana dengan ballpoint dan kertas Ciam Sie baru yang ada teka-teki nomor buntutannya.
Aku melewati lorong-lorong samping rumah tetanggaku. Berliku-liku. Walau jauh sedikit tak jadi masalah. Yang penting aku dapat selamat menghindari mereka. Sesampai di rumah nanti aku akan mengunci kamarku rapat-rapat. Dan akan aku pesan pada emakku, bahwa aku belum pulang dari mengajar, dan bahkan mungkin akan lembur membuat soal-soal di sekolahan. Aku tersenyum sendiri membayangkan kemenanganku.
Satu kelokan lagi sampailah aku di depan rumahku. Rasanya aku ingin cepat sampai di rumah. Hatiku sudah mulai tenang. Lega rasanya dapat menghindar dari mereka. Kelokan hampir kulalui. Tinggal belok lalu sampailah aku di depan rumahku. Aku tersenyum lagi. Senyum kemenangan. Satu langkah lagi……
Astaghfirullah…..! Dari balik kelokan tadi, di pelataran rumahku, telah duduk berjejer orang-orang menungguku dengan membawa ballpoint dan kertas Ciam Sie yang ada teka-teki nomor buntutan. Di tengah kerumunan itu juga kulihat Kaswan bersama emakku sedang duduk santai memandangku dengan tersenyum..! (Selesai)
Purworejo, Maret 2000.
(Disadur dari buku “Bunga Sakura” kumpulan Cerpen, Penerbit Elmatera, Yogyakarta, 2021)
*) Dulrokhim adalah Ketua KPU Kabupaten Purworejo, 2013-2018 dan 2018-2023.
Tahun 1991, lulus kuliah dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Muhammadiyah Purworejo. Sempat mengajar Seni Teater di SMA Bruderan 3 tahun dan mengajar Bahasa Indonesia di SMK YPP Purworejo selama 20 tahun. Selain menjadi guru, ia merangkap menjadi wartawan koran Wawasan Semarang tahun 1997-2013. Ia pernah menjadi Penyelenggara Pemilu, Panwaskab Purworejo, tahun 2004, 2005 dan 2009.
Tahun 2013, ia mulai menjabat sebagai Ketua KPU Purworejo. Status guru dan wartawan pun dia lepas. Di sela-sela kesibukannya, ia menyempatkan menulis sastra, serta merampungkan pendidikan S2 di Universitas Widya Dharma Klaten tahun 2018.
Dulrokhim tinggal di Kledung Karangdalem RT 02/RW 02 Banyuurip Purworejo 54171, dan saat ini berkhidmat di LSBO (Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga) PD Muhammadiyah Purworejo.