MENAJAMKAN RASA BERMUHAMMADIYAH

Oleh: Gus Zuhron

Fordem.id – Dalam sebuah kesempatan Prof. Haedar Nashir mengungkapkan bahwa ada 3 (tiga) kelompok orang yang berada dalam rumah besar Muhammadiyah.

Pertama, Kelompok Pencuri adalah mereka yang sekedar mencari untung secara materi dan menjadikan Muhammadiyah sebagai kendaraan untuk membesarkan dirinya.

Kedua, Kelompok Tamu, orang-orang yang hobinya sekedar mengkritik dan ahli komentar tentang keadaan Muhammadiyah. Kelompok ini selalu menggunakan kacamata negatif dalam melihat segala bentuk tindak tanduk persyarikatan. Sekecil apapun kesalahan akan digoreng sampai matang.

Ketiga, Kelompok Tuan Rumah adalah mereka yang menerima sepenuh hati apapun keadaan Muhammadiyah dan terus berusaha membesarkan dan memajukannya.

Sayyid Qutub seorang tokoh sentral dalam gerakan Ihwanul Muslimin pernah mengatakan: “jika sebuah gerakan tidak ditopang dengan sungguh-sungguh oleh orang yang ada di dalamnya, maka gerakan itu akan mati secara perlahan dan dengan cara yang mengenaskan”. Nasehat ini pada prinsipnya berlaku untuk semua gerakan yang ingin bertahan di tengah arus perubahan zaman. Mereka yang tidak memiliki sumber daya handal akan digilas oleh perubahan itu.

Baca Juga:  #PercayaMuhammadiyahBisa

Dalam konteks Muhammadiyah, eksistensi gerakan ini sangat ditentukan oleh (3) tiga hal.

Pertama adalah Sistem Gerakan. Konsekuensi dari sistem adalah membutuhkan banyak perangkat dan unsur yang saling berkaitan dan bergerak dalam denyut yang seirama untuk menghasilkan langkah nyata untuk membesarkan Muhammadiyah.

Kedua, Ideologi Gerakan. Aspek ini seperti fondasi yang menopang sistem gerakan. Karena sebuah gerakan akan rapuh jika tidak ditopang dengan ideologi sebagai sistem keyakinan dan perangkat pemikiran yang kuat.

Ketiga, Pelaku Gerakan. Adalah anggota inti penggerak organisasi yang dididik dan ditunjuk secara khusus dengan kompetensi yang memadai dan komitmen yang kuat untuk meguatkan barisan Muhammadiyah.

Baca Juga:  PESAN PENDIDIKAN MELAMPAUI JAMAN KH AHMAD DAHLAN

Keseimbangan tiga unsur di atas sangat menentukan bagaimana performa sebuah gerakan. Ada satu saja yang tidak sehat maka gerakan itu akan berjalan pincang. Sejarah telah berulang kali menguji Muhammadiyah dengan beragam badai persoalan yang cukup berat.

Konflik internal, intervensi kekuasaan, merangseknya cita rasa politik pada kurun waktu tertentu, serangan ideologi eksternal, perilaku menyimpang pada sebagian penikmat sang surya dan seterusnya. Adalah bukti kongkrit bahwa ada rentang perjalanan Muhammadiyah yang tidak baik-baik saja.

Namun Muhammadiyah mampu membuktikan dirinya cukup kuat untuk menghadapi berbagai halang rintang itu.

Rasa bermuhammadiyah terbangun dari proses kaderisasi yang panjang dan penuh warna. Proses kaderisasi itu menjadikan para pelaku gerakan tidak setengah hati mendialogkan Muhammadiyah dengan berbagai realitas yang dihadapi. Semua itu dilakukan untuk sebuah tujuan besar yakni mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Orang pada tingkatan ini telah mampu menjadikan Muhammadiyah sebagai ideologi yang hidup (living ideology), menyatu dalam perilaku, pikiran, dan alam batinnya.

Baca Juga:  TIGA KELOMPOK PASCA PEMILU

Muhammadiyah telah menjadi entitas untuk menyempurnakan cara beragama. Kesadaran semacam ini tidak mungkin lahir pada mereka yang sekedar “nunut urip” (numpang hidup) sekedar mencari eksistensi, sekedar mencari ruang aktualisasi atau sekedar numpang tenar di Muhammadiyah.

Agaknya seluruh komponen persyarikatan perlu terus memupuk rasa bermuhammadiyah dengan berbagai nutrisi yang sesuai dengan alam pikiran Muhammadiyah. Cara itu akan memberikan jaminan keberlangsungan Muhammadiyah menjangkau usia pada abad selanjutnya.

Kantor LP2SI, Rabu, 23 Juli 2025 pukul 09.08 WIB.

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *