Oleh: Baroroh Baried
Jika saat ini yang kita saksikan adalah sebuah bangunan Rumah Sakit yang cukup megah, maka bagi warga Kawedanan Selokatan (kecamatan Patean, Sukorejo, Plantungan dan Pageruyung) 32 th yang lalu hal itu hanyalah mimpi di siang bolong, hanya lamunan para utopian.
Pada saat itu jangankan RS megah, berobat bisa bertemu dokter saja sudah hal yang mewah. Sebab satu-satunya fasilitas kesehatan yang tersedia di Kawedanan Selokaton hanyalah Puskesmas. Dimana dokternya hanya 1 orang yaitu Kepala Puskesmas, yang tidak selalu punya waktu untuk menangani pasien. Dan Puskesmas yang mempunyai fasilitas rawat inap pun hanya 1, yaitu Puskesmas Sukorejo yang daya tampungnya sangat terbatas.
Oleh karenanya, jika ingin opname maka pilihan yang ada hanya Puskesmas Sukorejo. Jika ingin alternatif yang lain, maka pilihan utamanya adalah RS Kristen (RSK) Ngesti Waluyo di Parakan Temanggung, tetangga kabupaten. Satu-satunya RS Umum Swasta yang ada di Kabupaten Kendal dan Temanggung pada saat itu.
Selain dekat tentu saja karena fasilitas dan layanan yang dimiliki RSK relatif lebih baik dibanding lainnya. Sebuah pilihan yang tentunya sangat ironis dan menggelisahkan bagi umat Islam. Oleh karenanya gagasan keluarga H. Mustofa Karsono mewakafkan tanahnya untuk dibangun fasilitas kesehatan adalah sebuah ide brilian. Sebuah ide yang tidak hanya untuk menyelamatkan nyawa, tapi juga untuk menyelamatkan keimanan umat. (Al-Fatihah untuk almarhum H. Mustofa Karsono beserta keluarga).
Bapak H. Karsono mewakafkan tanahnya seluas 5.075 m2 kepada Muhammadiyah Kendal pada tahun 1992. Kemudian dibangun secara gotong royong, yang diantara cara atau metode penawarannya dengan cara Lelang Pembangunan Bangsal bagi masyarakat umum. Untuk selanjutnya, nama-nama donatur lelang disematkan sebagai nama bangsal. Ada bangsal Hajah Halimah (ibunda Mas Suharjo owner BPRS Asad Alif), bangsal Sabarudin (ayahanda Bu Sudarsih mantan anggota DPRD Kendal) dan bangsal Keluarga Besar Tegarindo (Perusahaan pakan ternak terbesar di Sukorejo saat itu, milik Bah Edy yang nota-bene non Muslim).
Akhirnya berkat kesungguhan dan kerjasama yang baik dari semua pihak, serta adanya dukungan penuh dari keluarga H. Mastur Karsono, pembangunan RB/BP Muhammadiyah Patean pun kelar hanya dalam hitungan bulan. Pembangunan diselesaikan kurang dari setahun dan diresmikan pada 27 September 1992, bertepatan dengan 29 Rabbiul Awal 1413H oleh Bupati Kendal Sumoyo Hadiwinoto, S.H. Rumah Bersalin/Balai Pengobatan (RB/BP) Muhammadiyah Patean menjadi Faskes rawat inap pertama yang dimiliki PDM Kendal. Menyusul RB/BP Aisyiyah Truko yang didirikan oleh PD Aisyiyah Kendal 10 th sebelumnya.
Kehadiran RB/BP Muhammadiyah Patean disambut antusias oleh warga, hingga tak membutuhkan waktu lama untuk berjaya. Namun sayangnya “bulan madu” tersebut hanya sebentar saja. Belum genap 10 tahun managemen mulai oleng. Persoalan yang dihadapi adalah persoalan klise AUM Kesehatan, yaitu ketersediaan dokter. Selain karena secara umum jumlah dokter sangat terbatas, juga karena secara geografis jauh dari kota. Ditambah ketidakmampuan pengurus untuk membayar tenaga medis melebihi standar yang ada.
Situasi agak mulai membaik pada tahun 2003. Seiring dengan pergantian pengurus MPKU PDM Kendal. Pengurus MPKU PDM yang baru, yang nota-bene Ketuanya dari kawedanan Selokaton, memberi perhatian khusus kepada RB/BP Muhammadiyah Patean. Sehingga mampu menarik 3 dokter sekaligus. Yaitu dr. Ari dari Semarang, dr. Iwan putranya dr. Sukriswo Kendal dan dr. Hamad dari Purbalingga yang tinggal di rumah kontrakan ibundanya Siti Nurmarkesi (mantan Bupati Kendal).
Dibawah kepemimpinan dr. Ari dan didukung dokter lainnya, kunjungan pasien mulai ramai kembali. Keuangan juga relatif stabil. (Al-Fatihah untuk dokter Ari dan dokter Hamad, semoga Allah menerima amal shalih panjenengan berdua). Namun lagi – lagi hal itu hanya sebentar. Dokter Ari dan Hamad diterima PNS. Sedang dr. Iwan berencana melanjutkan studi dokter spesialis. Pengurus pun kembali pontang panting, hingga kemudian mendapat ganti dr. Supri dan dr. Sarjono. Keduanya berasal dari kabupaten Temanggung berbatasan dengan kecamatan Patean kabupaten Kendal.
Lagi-lagi ujian kembali datang. Kedua dokter diterima PNS. Untuk mendapatkan dokter selanjutnya, akhirnya MPKU merapat ke Unissula. MPKU tidak lagi fokus mencari dokter pasca PTT. Sebab, meski lebih bagus karena telah berpengalaman, tapi kemungkinannya kecil untuk bertahan. MPKU lebih fokus mencari dokter yang akan diwisuda. Serta mencari dokter co-ass yang menemui kendala keuangan, dengan perjanjian bersedia diikat perjanjian selama 2 tahun. Untuk menyelesaikan Co-ass dan PTT dibiayai oleh pengurus MPKU dengan sumber dana pribadi.
Namun faktanya hal itu tidak mudah. Dokter yang telah dibiayai pun pada akhirnya tidak bersedia untuk diikat bekerja di RB/BP Muhammadiyah Patean. Kemudian MPKU mendapatkan dokter Lucy. Fresh graduate Unissula yang berasal dari Jawa Timur. Meski sudah tersedia dokter, situasi tak juga kunjung stabil. Karena dokter yang ada hanya 1, sehingga kadang terjadi kekosongan pelayanan. Dikala dokternya libur, pengurus pun sport jantung, hanya bisa pasrah saat tiba-tiba ditelepon perawat ada pasien yang butuh penangan dokter.
Situasi tidak kunjung membaik. Untuk mengatasi persoalan keuangan dan meningkatkan kepedulian warga Muhammadiyah agar mau berobat di AUM nya sendiri, pengurus pun mengeluarkan produk Dana Sehat Muhammadiyah (DSM). Semacam BPJS saat ini. Dengan membayar Rp 3.000 per bulan, maka warga Muhammadiyah bisa periksa di RB/BP Muhammadiyah Patean secara gratis. Sehingga kondisi keuangan RB/BP Patean sedikit terbantu. Selain terobosan keuangan, pengurus juga mencari terobosan lainnya.
Melalui MPKU Wilayah, Pengurus berusaha menggandeng RS PKU Roemani Semarang. Dokter Mutmainah, spesialis kandungan di RS Bunda, bersama team dari MPKU Wilayah dan dr. Edy Sumarwoto yang mewakili RS Roemani wira-wiri ke Patean. Puncaknya adalah mengadakan khitanan masal di RB/BP Patean yang dihadiri oleh dr. Sofa Chasani selaku Direktur RS Roemani. Hanya support itu yang bisa diberikan RS Roemani. Pengurus tidak bisa meminta lebih, baik bantuan dokter maupun yang lainnya.
Lepas dari RS PKU Roemani Semarang, pengurus merapat ke PDM Temanggung. Harapannya RB/BP Patean bisa dijadikan satelit oleh RS PKU Muhammadiyah Temanggung (Kalisat-Parakan). Mengingat banyak pasien di RS PKU Parakan Temanggung yang berasal dari Patean dan Sukorejo. Namun yang didapat juga tidak jauh beda dengan RS Roemani. Meski MPKU-nya ingin memberi lebih, namun pihak managemen merasa belum mampu. Yang bisa mereka berikan hanyalah support psychologis. Kegiatan puncaknya adalah Ketua MPKU PDM Temanggung mengisi Pengajian Akbar di RB/BP Muhammadiyah Patean, dengan mendatangkan warga persyarikatan se kawedanan Selokaton.
Setelah lobby sana-sini hasilnya nihil, akhirnya pengurus menyadari bahwa apapun yang terjadi harus kita hadapi sendiri. Yang penting ihtiar maksimal. Berbagai ihtiar dan promosi telah dilakoni. Dari khitanan massal, pengajian hingga pemotongan hewan qurban. Meski begitu, hasilnya tetap stagnan. Strategi yang bisa dilakukan pengurus saat itu hanya bertahan.
Seiring berjalannya waktu, dokter Lucy menikah. Kemudian diganti dokter Mety dari Majenang yang juga fresh graduate dari FK Unissula. Ada peristiwa menarik yang masih saya ingat saat dokternya Bu Mety. Saat dokter Mety mau pulang ke Sukorejo kemalaman dan terlantar di pertigaan Weleri. Pada waktu itu Pak Kasman yang menjemput, menyetir sambil menggendong cucunya yang tidur. Karena ditinggal tidak mau, digendong saya juga tidak mau. (Al-Fatihah untuk Pak Kasman, sosok yang totalitas memikirkan RB/BP dan pantang surut langkah meski di tengah cercaan).
Dokter Mety akhirnya menikah, bersamaan dengan pergantian kepengurusan MPKU PDM Kendal. Dengan pergantian kepengurusan MPKU, harapannya akan ada perbaikan kondisi yang baru. Mengingat secara geografis dan psychologis, terdapat kedekatan yang lebih antara pengurus MPKU PDM Kendal yang baru dengan RSI Muhammadiyah Weleri. Sehingga secara kelembagaan, diharapkan RSIM bisa membantu mengurai persoalan yang ada di RB/BP Muhammadiyah Patean.
Harapan tinggal harapan. MPKU PDM yang baru tidak mampu mengurai persoalan, angkat tangan hingga akhirnya RB/BP Patean ditutup pada tahun 2009. Karyawan yang tersisa (mbak Cut dkk) diboyong ke RSIM Kendal di Weleri. Itulah sekelumit perjalanan RB/BP Muhammadiyah Patean di masa lalu. Dari yang senang, hingga yang kelam. Dari peresmian hingga ditutup.
RSIM 2 Kendal di Patean
Usai ditutup, gedung RB/BP Mu Patean mangkrak selama 8 tahun. Kemudian baralih fungsi menjadi Pondok Pesantren Darul Arqam dan kampus STIT Muhammadiyah pada tahun 2017. Pada tahun 2023 kampus STIT Mu pindah ke Kendal, bergabung dengan UMKABA. Seiring dengan ground breaking pembangunan RSI Muhammadiyah 2 pada Maret tahun 2023 oleh Menko PMK Prof. Dr. Muhadjir Effendy. Dan saat ini pembangunan RSI Muhammadiyah 2 Kendal telah selesai dan siap diresmikan (soft launching) oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.
RB/BP Muhammadiyah Patean yang pernah dipandang sebelah mata, kini telah bertransformasi menjadi RSI Muhammadiyah 2 Kendal di Patean. RS yang termegah, terdepan dan paling bergengsi di kawasan atas kabupaten Kendal (ex. Kawedanan Selokaton). Rumah Sakit kebanggaan umat yang akan menebar banyak manfaat bagi masyarakat. Begitulah perjalanan transformasi RB/BP Patean menjadi RSI Muhammadiyah 2 Kendal. Transformasi yang bukan sekedar bercerita tentang sejarah, tetapi juga bercerita tentang romantisme perjuangan. Sebuah romantisme jatuh bangun yang menyiratkan banyak hikmah dan pelajaran.
Sebuah pelajaran bahwa membangun AUM Kesehatan itu tidak cukup hanya bermodalkan niat dan sarana prasarana. Namun juga membutuhkan kesungguhan secara berjamaah. Yang tidak kalah penting yaitu membutuhkan SDM yang ahli dan loyal. Oleh karenanya kaderisasi tenaga ahli harus senantiasa dipersiapkan, serta pertimbangan loyalitas harus diutamakan.
Juga pelajaran tentang keabadian sebuah kebaikan. PT. Tegarindo boleh sirna tak bersisa, namun prasasti kebaikan yang pernah ditanam akan tetap dikenang. Begitu juga dengan Hj. Halimah, bapak Sabarudin serta H. Mustofa Karsono dan istri. Meski jasad mereka telah di alam baka, namun amal jariyahnya akan terus mengalir kekal abadi selamanya. (Al-Fatihah untuk beliau semua, semoga Allah mengampuni dan menerima amal kebaikannya).
RB/BP yang bertransformasi menjadi RSIM 2 Kendal, memberikan pelajaran bahwa tidak ada kegagalan dalam perjuangan. Jatuh bangun dan kalah menang hanyalah Sunatullah, sebuah proses menuju kemenangan. Sebagaimana Rasulullah saw. pernah merasakan kekalahan dan kemenangan di perang Uhud dan Badar. Sebuah pelajaran bahwa kemenangan pasti akan didapatkan, selama ada niat, kesungguhan dan keistiqomahan terjaga, sebagaimana Sunatullah-Nya.
Man jadda wa jadda “Barang siapa yang bersungguh sungguh dia akan berhasil”.
Semoga RSI Muhammadiyah 2 Kendal di Patean bisa menjadi tonggak sejarah perjuangan kita bersama dan menjadi tonggak kemenangan umat. Tonggak sejarah yang akan menebarkan kemaslahatan dan menuntun kita ke syurga-Nya. Aamiin.
*) Red. Fordem.id – Sukorejo, 15 November 2024