ETIKA PROTESTAN VS ETIKA WELAS ASIH MUHAMMADIYAH

Oleh: Rudi Pramono Ketua MPI PDM Wonosobo

Fordem.id – QS Al Insyirah dan QS. al Asr yang kemungkinan merupakan dua surat awal yang di kaji Muhammadiyah dan Etika Protestan yang merubah Eropa menjadi maju merupakan dua poin menarik yang di bahas Prof. Dien Syamsudin dalam Kajian Ramadhan dan Ideopolitor se-Kedu pada 19/03/25 di Gedung Adipura Wonosobo.

Prof Dien mengapresiasi Etika Protestan yang menekankan kerja keras, kedisiplinan, penghargaan waktu dan penghematan biaya untuk menuju kebangkitan peradaban Eropa dan menyebut Etika Konfusionaisme, etos kebangkitan China, Jepang, Asia Tenggara yang menekankan kerja keras, keuletan, kedisiplinan dan penghargaan waktu.

Prof Dien Syamsuddin menyampaikan Etika tersebut dan kemungkinan besar juga ada di Muhammadiyah karena seorang sejarawan pernah menyatakan bahwa surat pertama yang dikaji KH Ahmad Dahlan bukan surat Al Ma’un tapi QS Al Insyirah dan minta PP untuk melakukan penelitian.

Dalam QS Al Insyirah terkandung etos kerja keras kalau ada tantangan, jangan menyerah jangan berhenti, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Juga dalam QS Al Asr mengandung penghargaan terhadap waktu, tidak ada kitab suci selain Islam yang mengajarkan waktu kecuali Islam : wal ‘asri, wad-Dhuha, wal-fajri wal-qamari iza talaha, sistem peribadatan Islam terkait waktu.

Baca Juga:  ETIKA ISLAM BERKEMAJUAN MAZHAB PERADABAN BARU ?

Seorang teman (perempuan mualaf) pernah mengatakan bahwa Muhammadiyah itu ‘mirip’ Protestan kaitannya dengan penggunaan akal, kembali ke sumber yang paling otoritatif (Protestan Bible, Islam Al Qur’an dan As Sunnah), menolak taqlid, kultus, menentang pandangan Islam yang konservatif dan stagnasi keagamaan (jumud).

Afghani lebih mengimami Islam sebagai agama yang selaras dengan akal, kemajuan dan peradaban yang dapat mengantarkan pada terwujudnya reformasi Islam model Protestan/seruan Luther, demikian juga dengan Ali Syari’ati menyeru pentingnya kembali pada ‘Islam yang benar’ yang selama ini ditafsirkan ulama konservatif sebagai ‘agama statis dan membisu’ (Abdul Munir Mulkhan, Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan, Kiai Ahmad Dahlan, Juni 2010, Penerbit Kompas hal. 34-38).

Namun menyebut Muhammadiyah sebagai reformasi Islam model Protestan, perlu sejumlah bukti dan kajian serius, termasuk pandangan Prof. Dien Syamsuddin dalam Kajian Ramadhan dan Ideopolitor yang mengapresiasi Etika Protestan dan berharap ada di Muhammadiyah dengan semangat Al Qur’an.

Baca Juga:  PESAN PENDIDIKAN MELAMPAUI JAMAN KH AHMAD DAHLAN

Etika protestan dalam sejarahnya maupun pemikiran para tokohnya Luther, Calvin, Weber, Franklin melahirkan kapitalis, yang memandang dunia dalam konteks produksi, eksploitasi, persaingan, akumulasi modal dan keuntungan sebagai berkah dan kehendak Tuhan untuk membebaskan dari penderitaan.

Berbeda dengan Etika Muhammadiyah (Etika Islam) yang justru jauh sekali dengan Etika Protestan bahkan KH Ahmad Dahlan meski beliau seorang pedagang namun pemikiran-pemikiran beliau mengarah ke ‘sosialis’ dalam semangat Islam berlawanan secara diametral dengan kapitalis.

Tafsir transformatif QS. Al Ma’un dan Ijtihad QS. At Taqassur menjadi spirit dan gerak pembaruan dalam Muhammadiyah generasi awal melalui organisasi dan pengorbanan harta benda.

Dalam pandangan dr. Soetomo seorang priyayi Jawa yang terlibat aktif tanpa mau dibayar dalam pendirian dan pelayanan PKU dan Panti Miskin dimasa-masa awal Muhamadiyah berdiri, menyebut semangat kemanusian berbasis cinta kasihlah yang menggerakkan Muhammadiyah yang kemudian dikenal dengan istilah ‘Etika Welas Asih’ ta’awun, menolong yang harus ditolong tanpa melihat perbedaan mazhab, agama, etnis, suku, bangsa atas dasar akal suci dan hati suci (Tasawuf KH Ahmad Dahlan).

Baca Juga:  GELAR HAJI DAN HAJJAH

Sekarang berkembang menjadi ‘Etika Islam Berkemajuan’ yang bermuatan bobot/kualitas dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam dan merespon jaman yang terus berubah. Islam ya Islam jangan tereduksi menjadi Islam Nusantara, Islam Indonesia, Islam Arab, Eropa, Amerika dst karena menjadi lokalitas dan tidak universal.

Jadi Etika Protestan tidak dikenal di Muhammadiyah, semangat boleh sama (puritan dan perubahan) tapi ujungnya berbeda secara diametral. Dan kita juga tidak ingin ketika Muhammadiyah merambah ke ekonomi maupun menerima tawaran penguasa (menteri dan tambang) sampai melupakan basis nilai-nilai dasarnya yaitu Etika Muhammadiyah yang tercantum dalam pemikiran para tokoh pendahulu dan dokumen resmi ideologis organisasi.

Wallahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *