Oleh: Rudi Pramono
Fordem.id – Ketika itu tgl 1 Oktober 1965 Kursus Kader Takari (Tahun Berdikari) yg tengah berlangsung di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) terpaksa berhenti ketika terdengar kabar hilangnya 7 Jendral TNI AD, dari situasi genting tersebut timbul gagasan mendirikan Kesatuan para militer untuk menjaga ulama dan aset Muhammadiyah dan menyelamatkan bangsa bersama TNI dari bahaya komunisme.
Adalah HS Projokusumo Ketua PWM Jakarta yang memompa semangat Angkatan Muda Muhammadiyah untuk segera nengambil peran kebangsaan Menjaga Pancasila dan NKRI dengan membentuk Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM)
Demikian pula dengan KH Ahmad Badawi dengan tegas menyampaikan bahwa tugas KOKAM sebagai Jihad Fisabililah dan Mensirnakan Gerakan 30 September adalah ibadah bagian dari hubbul wathoni minal iman semakin menggelorakan semangat mendirikan KOKAM di daerah daerah.
KOKAM hari ini menemukan momentumnya kembali, sejarah berulang, komunisme bangkit, nyata ada, baik secara terang-terangan dan sembunyi, terus bergerak dan menciptakan kondisi yang mendukung ideologi tersebut. Meski mungkin ada transformasi atau perubahan namun sejatinya sama anti agama dan Pansila
Di awali sejak reformasi muncul tuntutan pencabutan Tap MPRS no 25/1966 tentang pelarangan komunisme, Marxisme dan Leninisme, tuntutan pemerintah minta maaf, pelajaran sejarah yang tidak menyebutkan PKI, ada tokoh LSM yang membawa persoalan ini ke Mahkamah Internasional di Belanda, ada tokoh PKI atau kader berideologi kiri yang terang terangan muncul dan menempati posisi di eksekutif dan legislatif pembunuhan kyai, ustadz guru ngaji di Jawa Timur dengan tuduhan dukun santet, RUU HIP/BIP, Parpol tertentu belajar perkaderan di PKC, cengkeraman hutang dan derasnya warga China masuk Indonesia, menghabisi gerakan Islam dengan tuduhan radikal, dll., menjadi tantangan teraktual bagi KOKAM untuk merumuskan langkah bersama komponen masyarakat lainnya untuk mengawal Pancasila dan NKRI
Peran kebangsaan lainnya yang menjadi tugas KOKAM adalah menjaga keberagaman karena Pancasila alat pemersatu semua perbedaan, dan tugas KOKAM mengawal umat agar tidak terjebak pada toleransi yang berlebihan, melampaui batas jatuh pada subghat, melemahkan aqidah dan ibadah yang justru menghilangkan identitas perbedaan dan keragaman itu sendiri.
Menjaga keragaman dengan memperkuat kultur masyarakat indonesia yang toleran terhadap perbedaan dan dalam agama juga sudah terlampau jelas dan sudah selesai lakum dinukum waliyadin, kenapa toleransi harus dengan pluralisme, semua agama sama dan benar, satu surga banyak pintu, jangan takfiri padahal itu jelas ada dalam Al Qur’an dan sama sekali kita tidak lantas menjadi tidak toleran, apakah ada kaum liberal sekular yang bermain? yang akhirnya berhadapan dengan militansi Islam yang sering dituduh radikal, negarapun kelihatan diposisi dimana berada sesuai kepentingan politiknya.
Adanya konflik antar umat beragama, bahkan berdarah-darah di beberapa daerah melibatkan suku/etnis bukan karena tidak toleran umat Islam dan bukan karena agama yang berbeda tapi pokok persoalannya pada tidak tegaknya keadilan baik politik, ekonomi atau sosial yang sudah sangat lama dan akhirnya agama terbawa bawa karena dalam agama memang ada energi disamping bisa diselewengkan menjadi komoditi.
Peran Kebangsaan KOKAM dan AMM tak lain dalam kerangka Amar Ma’ruf Nahi Munkar, mencegah yang munkar dengan amar ma’ruf, dengan tabligh, pemberdayaan dan gerakan massa tanpa melanggar hukum, menyerukan keadilan dan tegakkan kebenaran sebagai kekuatan moral, Kuatkan demokrasi sebagai sarana chek and balance, karena power tend to corrups, kekuasaan semakin lama cenderung korup, ambil posisi sebagai kekuatan penyeimbnag karena kekuasaan dengan sumberdaya yang besar, kewenangan membuat aturan dan memiliki kekuatan memaksa harus terus menerus di kritisi dengan berani dan berdasar ilmu.
Dalam Trilogi KOKAM dengan semangat altruisme digerakkan 3 Peran : 1. Peran Kebangsaan : Mengawal Pancasila dan NKRI. 2). Peran Keumatan : Merawat Ukhuwah Islamiyah dan 3). Peran Kemanusiaan : menggembirakan kemanusiaan dengan kerja-kerja penanggulangan bencana dan pelayanan kemanusian lainnya.