Bertumbuh dalam Perubahan: Jalan Para Para Guru Pejuang

Today's Inspiration Bagian Ketigapuluh Sembilan

#Teacher’s Inspiration Serial 19

Oleh: Lukman Hakim

It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is most adaptable to change
“Bukan spesies yang terkuat yang akan bertahan hidup, atau yang paling cerdas yang akan bertahan hidup. Melainkan yang paling mampu beradaptasi terhadap perubahan.” diatributkan kepada Charles Darwin.

Kehidupan terus mengalami perubahan zaman. Di tengah gelombang perubahan zaman, teknologi cepat sekali berkembang. Belum sempat kita menguasai satu teknologi sudah muncul teknologi yang lebih baru. Dunia pendidikan tak bisa lepas dari arus gelombang perubahan tersebut dan kompleksitas tantangan dunia pendidikan juga semakin bertambah dan berliku.

Maka sebagai guru pejuang , kita harus terus mengikuti irama perubahan tersebut kalau tidak kita akan tergilas dan tertinggal di belakang. Sudah banyak contoh dari sekolah yang guru-gurunya tidak mampu beriringan dan beradaptasi dengan perubahan maka sekolah tersebut gulung tikar. Guru perlu memiliki paradigma yang berubah dan pola pikir yang bertumbuh (growth mindset). Sekolah bukan sekadar tempat belajar. Sekolah adalah ekosistem yang hidup dan untuk tetap hidup, ia harus mampu beradaptasi dan berkembang.

Baca Juga:  Hal Penting Sebelum Ikut Tes Masuk Akpol

Bukan yang terkuat yang bertahan. Bukan pula yang paling cerdas. Tapi yang paling mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, dialah yang akan menjadi penentu masa depan.

Sayangnya, masih banyak sekolah yang belum berkembang karena terjebak dalam pola lama. Ada tujuh penyebab utama yang sering menghambat kemajuan sekolah sebagai institusi pendidikan, dan ini adalah refleksi penting bagi kita semua—kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan:

1. Kepemimpinan yang tidak visioner
Ketika pemimpin sekolah tidak memiliki arah jangka panjang, tidak mampu membaca perubahan, maka sekolah kehilangan kompas. Kepemimpinan yang visioner bukan soal posisi, tapi soal keberanian untuk menuntun masa depan.

2. Guru yang tidak mau belajar
Ada guru yang merasa sudah pintar karena sudah merasa berpengalaman lama mengajar. Ada pula guru yang malas belajar dan tidak mau meng-update ilmu dan informasi. Guru yang berhenti belajar pada hakekatnya sedang mundur. Di era digital dan disrupsi, pembelajaran berkelanjutan adalah keharusan, bukan tambahan.

Baca Juga:  JANGAN BERHENTI MENJADI ORANG BAIK

3. Budaya sekolah yang toxic
Ketika antar warga sekolah saling menjatuhkan, gosip mudah terserap, Ghibah menjadi kebiasaan, , maka sekolah tidak akan pernah menjadi tempat yang aman untuk bertumbuh. Budaya positif adalah tanggung jawab bersama. Jika di sekolah tersebut ada atau bahkan banyak person-person yang kata gen Z menyebutnya sebagai *red flag person* dan tidak ada upaya untuk membenahinya, maka tunggulah saat kehancurannya.

4. Minimnya keterlibatan orang tua
Pendidikan adalah segitiga yang kuat antara sekolah, siswa, dan orang tua. Jika salah satu lemah, maka proses pembelajaran pincang. Tugas kita adalah menjalin komunikasi, bukan menunggu partisipasi.

5. Fokus berlebihan pada nilai akademik
Sekolah yang hanya mengejar angka akan kehilangan makna. Pendidikan harus menyentuh karakter, kreativitas, dan empati. Kita butuh mendidik manusia, bukan sekadar meluluskan peserta ujian.

Baca Juga:  ADA APA DI PERPUSDA KENDAL ?

6. Tidak mampu mengelola perubahan
Perubahan bukan sesuatu yang bisa ditolak. Sekolah yang sukses adalah sekolah yang mampu membaca arah, mengatur ulang sistem, dan menyiapkan semua elemen untuk beradaptasi.

7. Tidak ada refleksi kolektif
Sekolah yang hebat dibangun dari kebiasaan merenung dan memperbaiki diri bersama. Refleksi bukan kelemahan, tapi kekuatan untuk melompat lebih jauh.

Wahai para guru pejuang pendidikan: …
Tugas kita bukan hanya bertahan, tapi bertumbuh.
Bukan sekadar mengajar, tapi menginspirasi.
Bukan hanya hadir, tapi berperan dalam perubahan.

Mari bangkit, Mari berbenah, Mari bergerak bersama.
Karena sekolah yang hebat tidak lahir dari fasilitas, tapi dari jiwa-jiwa yang tak berhenti tumbuh dan berkembang sehingga terus memunculkan inovasi dan karya kreatif. Mari kita tak hanya bicara dengan kata, tapi bicaralah dengan karya. Let’s develop together!

*) Red. Fordem.id – Penulis merupakan Sekretaris MPI PWM Jateng juga sebagai Kepala SMK Muhammadiyah 1 Semarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *