#Teacher’s Inspiration Serial 09
Oleh: Lukman Hakim
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ خَيْرٌ مِّنْهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِيْنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ اِلَّا مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
(Al Qasas; 84)
“Siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu. Dan siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Al-Qaṣaṣ [28]:84).
Ayat ini mengingatkan kita semua, khususnya para guru, bahwa setiap kebaikan yang kita bawa, sekecil apa pun, akan dibalas Allah dengan balasan yang jauh lebih baik. Menjadi guru adalah membawa kebaikan setiap hari. Setiap kata, setiap semangat, setiap perhatian yang kita berikan kepada siswa, tidak akan pernah sia-sia di mata Allah. Bahkan ketika tampak kecil di hadapan manusia, semua itu bernilai besar dalam catatan langit.
Sebagaimana dikatakan oleh Steele (2022:8):
“I don’t think teachers will be remembered primarily for their lessons. I think they will be remembered for their energy … their attitude … and their relationship. Lessons are important … but they don’t tell the entire story. The legacy of a teacher is more than that.”
“Menurut saya, seorang guru akan dikenang bukan karena pelajaran yang mereka berikan. Tetapi guru-guru akan dikenang oleh murid-murid karena energi mereka, sikap mereka, dan hubungan mereka. Pelajaran itu penting, tetapi itu tidak bisa menggambarkan keseluruhan hal yang diingat murid. Warisan seorang guru jauh melebihi dari semua itu.”
Saya pribadi pernah merasakan ini. Ketika bertemu dengan beberapa alumni dari sekolah tempat saya pernah mengajar, yang mereka kenang bukanlah rumus-rumus atau teori-teori yang saya sampaikan. Mereka justru mengingat semangat saya saat mengajar, gaya meledak-ledak yang membuat mereka terjaga di tengah kantuk, atau momen sederhana saat kami nongkrong bersama di angkringan sambil berbagi cerita. Tidak satu pun dari mereka yang menyebutkan isi materi pelajaran. Mereka justru mengingat energi, perhatian, dan hubungan emosional yang terbentuk.
Maka, wahai guru…
Tugas kita bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi menyalakan jiwa. Bukan hanya mengisi kepala, tetapi menggerakkan hati. Bukan sekadar mengajar, tetapi menginspirasi.
Setiap energi positif, setiap doa dalam hati untuk kebaikan siswa, setiap senyum ikhlas, adalah bagian dari ladang amal yang kelak akan kita tuai di hadapan Allah.
Mari kita terus membawa kebaikan di setiap langkah kita sebagai guru. Karena Allah menjanjikan balasan terbaik bagi siapa saja yang membawa kebaikan, dan karena warisan sejati seorang guru adalah cinta, semangat, dan keteladanan yang hidup dalam ingatan para murid selamanya.