Fordem.id – Memiliki anak yang shalih nan Qurata a’yun tentu merupakan karunia yang besar, kesyukuran tiada tara dan dambaan semua keluarga. Selain anak yang menjadi permata hati dan penyejuk mata tersebut, Prof. Yunahar Ilyas menyebut ada beberapa tipologi anak dalam Al-Qur’an lainnya, antara lain sebagai perhiasan kehidupan dunia, sebagai ujian, bahkan sebagai musuh. Sebagai upaya menjadikan anak yang shalih, diperlukan usaha yang besar dari orangtua dalam memberikan pendidikan yang cukup kepada anaknya.
Sebagaimana disampaikan oleh Abdullah Nasih Ulwan, setidaknya ada lima metode pendidikan yang dapat dilakukan, yakni dengan keteladanan; mendidik dengan kebiasaan; mendidik dengan nasihat; mendidik dengan perhatian/ pengawasan; serta mendidik dengan hukuman jika dirasa perlu. Semua hal itu, diharapkan anak tumbuh menjadi anak yang shalih dan menjadi permata hati yang sedap dipandang dan selalu dirindukan setiap waktu. Bukan sebaliknya, akibat kelalaian orangtua dalam memberikan hak kepada anak, justru ia tumbuh menjadi pribadi yang durhaka, na’udzu billahi min dzalik.
Diceritakan dalam kitab Tanbihul Ghafilin, Abu Laits as-Samarqandi mencantumkan sebuah kisah seorang ayah yang datang kepada Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, mengadu karena merasa anaknya durhaka dan tidak hormat kepadanya. Maka Sayyidina Umar memberikan nasehat. Setelah mendengar nasehatnya, kemudian anak itu bertanya, “wahai Amirul Mukminin apakah anak juga memiliki hak atas orangtuanya, atau adakah kewajiban orangtua atas anaknya?”
Dijawab oleh Sayyidina Umar, “tentu. Bahwa hak anak atas orangtuanya antara lain menjadikan ibu yang mulia bagi anak-anaknya, memberinya nama yang baik dan mengajarkan kitab (Al-Qur’an),”. Lalu anak itu bersumpah dan mengatakan bahwa apa yang disebut oleh Amirul Mukminin tidak ada pada ayahnya, anak itu mengatakan bahwa nama yang diberikan oleh ayahnya bukan nama yang bagus, bahkan mendidiknya dengan satu ayatpun dari Al-Quran tidak pernah dilakukan.
Seketika itu Amirul Mukminin berpindah menatap balik ke arah ayahnya, sambil berkata: “barusan kau mengadu bahwa anakmu durhaka padamu, padahal sungguh dirimulah yang telah durhaka kepada anakmu, sebelum dia berbuat durhaka kepadamu, beranjaklah!”
Sekelumit catatan di atas adalah beberapa point yang disampaikan oleh Bapak Diyan Faturahman yang membidangi seksi Pendidikan TPQ, narasumber Parenting Islami, Wali Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Aisyiyah pada awal tahun baru 2024 yang lalu di Aula Madrasah Aisyiyah Goa Lawa, Pengalusan, Mrebet, Purbalingga. Senin (1/1).
Catatan lainnya, antara lain bahwa sejatinya, fitrah anak adalah meniru dan mencontoh apa yang dilakukan oleh guru atau orang tua serta lingkungannya, sehingga diperlukan teladan yang baik dari orangtua. Kemudian pembiasaan yang sering dipraktikkan oleh anak akan membuat mereka terbiasa melakukan hal tersebut tanpa ada rasa paksaan. Bahkan kebiasaan juga dapat melatih anak untuk mengingat kebaikan yang selalu dibiasakan sampai dewasa.
Selain itu perlu diingat, bahwa orangtua ketika memberikan nasihat diharapkan memberikannya dengan bahasa yang sopan dan lemah lembut, tidak perlu memaksa dalam arti sampai menyisakkan luka dalam hati atau jiwa anak. Adapun mengawasi anak bukan berarti memberi batasan yang ketat terhadap kegiatan yang dilakukan oleh mereka, sehingga anak akan merasa terkekang, namun pengawasan yang dimaksud ialah sebatas dapat memastikan anak tidak menyimpang dari agama. Terakhir, apabila diperlukan anak dapat diberikan punishment atau hukuman. Namun tidak harus diberikan hukuman berat, adakalnya cukup dengan memberikan tatapan atau menegurnya saja, mereka sudah kembali sadar.
TPQ Aisyiyah menyelenggarakan Parenting Islami yang perdana dan dihadiri oleh para wali santri tidak kurang dari 30 orang. Para pengelola yang terdiri dari Ketua RW selaku Kordinator Forum Wali Santri, Bapak Qomaruddin, perwakilan pembina TPQ Bapak Sutarto dan Bapak Hermanto, perwakilan donator Bapak Imin, wakil ketua TPQ Bapak Hilal Budi, sekretaris TPQ Bapak Herli Utomo, hingga pengajar TPQ Ustadz Farhan juga hadir membersamai kegiatan dari awal hingga akhir.
Dimulai sejak pukul 10.00 WIB, lokasi kegiatan sudah dipenuhi oleh ibu-ibu wali santri yang sebagian terlihat ada yang membawa anak-anaknya. Meski cuaca nampak mendung, namun tidak menghalangi niat baik mereka untuk memenuhi undangan dan mengikuti kegiatan tersebut. Tepat kumandang adzan Dzuhur acara ditutup dan pemberian doorprize bagi wali santri yang dating lebih awal serta wali yang paling banyak menitipkan putra/ putrinya belajar di TPQ Aisyiyah Goa Lawa. (DF).