TAKUT KEPADA ALLAH

Margo Hutomo

Allah Swt. berfirman, artinya :
Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada -Nya, hanyalah ulama. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”
(Qs. Fatir : 28)

Ayat diatas menyatakan bahwa mayoritas manusia tidak ada yang takut kepada (kekuasaan) Allah, kecuali ulama. Yaitu mereka yang percaya dan meyakini atas kekuasaan-Nya, baik yang ada di alam semesta maupun yang ada di alam akhirat kelak. Yakni adanya hari perhitungan dan pembalasan dengan segala konsekuensinya.

Sikap takut kepada Allah merupakan sikap terpuji yang pasti berdampak bagi lahirnya iman, ilmu dan amal shalih. Disamping dapat membuat pelakunya bersikap hati-hati dlm menjalani kehidupan. Yaitu berusaha untuk menaati dan mematuhi segala perintah dan larangan Allah, sebagaimana termaktub dalam kitab suci Al-Quran.

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa istilah takut merujuk pada hati yang “luka” dan “terbakar” karena memikirkan sesuatu yang tidak menyenangkan di masa mendatang. (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin : Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H, juz IV, halaman 162).

Takut kepada Allah adalah sesuatu yang paling bernilai dalam pandangan Allah. Oleh karenanya hanya berlaku terbatas pada kalangan “ulama” atau “mereka yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan-Nya“. Sebagaimana Allah Swt berfirman, artinya : “Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah ulama”.
(Qs. Fatir : 28).

Baca Juga:  CURHAT MILLENIAL

Dalam berbagai riwayat (hadits) Rasulullah Saw. mengakui bahwa dirinya orang yang paling takut kepada Allah Swt. Sebagaimana beberapa hadits dibawah ini, yang artinya :
1. “Aku ini orang yang paling takut kepada Allah diantara kalian.” (HR al-Bukhari).
2. _“Demi Allah, sesungguhnya aku ini orang yang paling takut dan yang paling takwa kepada Allah diantara kalian.
(HR al-Bukhari).
3. “ Demi Allah, aku ini adalah benar-benar orang yang paling tahu dan yang paling takut kepada Allah diantara kalian.
(HR al-Bukhari dan Muslim).

Baca Juga:  Renungan Demokrasi tentang Politik Uang

Imam Al-Ghazali pernah mengatakan bahwa “takut kepada Allah adalah sikap yang terpuji, sejauh rasa takut itu menjadi motivasi bagi pelakunya dalam meningkatkan iman, ilmu dan amal shalih. Adapun jika terjadi sebaliknya, maka pemahaman terhadap rasa takut kepada Allah itu butuh diluruskan agar tidak berdampak madharat bagi pelakunya”.

Ketahuilah, sungguh takut kepada Allah itu adalah hal yang terpuji. Tetapi, kadangkala orang mengira bahwa tiap rasa takut itu sangat terpuji, padahal bila berlebihan (dalam kekuatan dan jumlah), sebenarnya justru keliru. Takut kepada Allah adalah sebuah motivasi bagi para hamba-Nya agar senantiasa menambah ilmu dan amal shalih. Sehingga dengan keduanya itu mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Allah.”

Salah satu contoh, dalam melakukan pendidikan kepada anak membutuhkan ilustrasi, seperti “mencambuk“. Namun bertujuan untuk memotivasi mereka dan tidak boleh “berlebihan”. Oleh karenanya, rasa takut kepada Allah juga membutuhkan takaran yang wajar, proporsional dan tidak berlebihan “(al-I’tidal wal wasath)“.
[Al-Ghazali, 2018M/1439-1440H : juz IV/164].

Baca Juga:  MAKNA GERAKAN WUDHU

Intinya, bahwa rasa takut terhadap siksa, azab dan hukuman Allah adalah perkara yang sangat penting. Namun kita harus bermodalkan ilmu pengetahuan, baik yang berada di alam raya maupun yang tersebut di dalam kitab suci Al Quran. Sehingga melahirkan rasa takut yang wajar dan tidak berlebihan, serta dapat menambah iman, ilmu dan amal shalih pelakunya. Dengan kata lain, rasa takut yang ‘terpuji dan moderat‘ kepada Allah adalah ‘rasa takut yang mampu membangkitkan tekad dan semangat serta konsistensi dalam menambah iman, ilmu dan amal shalih‘.
Wallahu A’lam

Batang, 27 Oktober 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *