Wahyudi Nasution
“Le, kamu ini kenapa? Sudah sebulan gak pulang, pulang-pulang kok wajahmu murung begini? Jelek sekali. Ada apa?,” tanya Yu Sum pada anaknya yang mahasiswa di Jogja itu tadi sore.
“Lagi sedih aku, Mbok,” jawab Tono sambil membaringkan tubuhnya di lincak.
“Ada apa to, Le. Mbokya cerita sama simbok,” bujuk Yu Sum sambil tangannya memijat kaki anak tunggalnya.
“Simbok pasti juga gak mudheng, gak akan paham masalahku.” jawab Tono sedikit sewot
“Ya gak papa, Le. Yang penting kamu bisa ngudari masalahmu biar tidak sumpeg hatimu. Soal simbok gak mudheng, ya dimaklumi saja, mbokmu ini memang wong bodo, dulu cuma sekolah sampe SMP terus dirabi bapakmu,” kenang Yu Sum.
“Begini lho, Mbok. Sudah 2 bulan ini aku nyambi kerja, ikut jadi surveyor di sebuah lembaga survey“. jelas Tono
“Wah, ternyata anakku sudah nyambi kerja to? Makanya kok tidak pulang minta ‘sangu’ (uang saku). Sudah punya duit sendiri, to. Alhamdulillaah…”
“Duit tidak seberapa, Mbok, tapi hatiku jadi merasa sangat berdosa”
“Lah kenapa, Le? Kamu kan tidak mencuri, bukan mencopet, bukan menipu orang?”
“Ya itu masalahnya, Mbok“, jawab Tono
“Piye, Le?”
“Pekerjaanku ini survey politik, menggiring orang supaya bersimpati pada calon presiden agar menang di Pilpres 2024 nanti.” Tono coba menjelaskan.
“Ya itu kan bagus. Berarti anak simbok ini termasuk cah pinter, bisa kerja untuk memenangkan calon presiden. Pasti tidak sembarang mahasiswa bisa, kan?”
“Ya justru itu aku jadi sedih, Mbok.”
“Dijalani saja dengan baik, Le. Gak usah sedih begitu.”
“Wah Simbok ini memang gak mudheng (faham) tenan, kok.”
“Loh asal kerjamu jujur kan beres to, Le.”
“Ya itu masalahnya, Mbok.”
“Piye?”
“Setelah kupikir-pikir dan kurasakan, pekerjaanku ini termasuk membohongi rakyat, Mbok.”
“Kok bisa, Le?”
“Kami seolah membuat survey di masyarakat, padahal sesungguhnya kami hanya utak-atik angka di laptop. Mengarang angka-angka. Bikin simulasi.”
“Simulasi ki opo to, Le?”
“Ngotak-atik angka biar seperti data sungguhan, Mbok. Pokoknya bagaimana caranya kami buat angka-angka supaya calon yang memberi pekerjaan kami ini nilainya tinggi dan bakal menang di Pilpres nanti. Itu kami umumkan di media setiap bulan biar dibaca orang, Mbok. Biar pembaca terpengaruh dan ikut memilih calon kita.”
“Itu kan namanya ikhtiar, Le. Semua calon pasti ikhtiar dengan sungguh-sungguh kalau mau menang. Kamu juga ikhtiar membantu simbok mencari uang sendiri untuk biaya kuliah.”
“Lha iya, Mbok. Tapi ini kan ngapusi rakyat, membohongi rakyat. Dan saya termasuk pelaku yang membantu orang ngapusi itu,” kata Tono sambil bangkit dari lincak, duduk memelas menatap wajah Yu Sum yang sumeleh.
“Yo wis terserah kamu, Le. Kalau kerja tapi hatimu jadi gundah begitu, mending gak usah kerja. Cepat selesaikan saja dulu kuliahmu, terus cari pekerjaan yang bagus dan sesuai hati nuranimu.”
Klaten, 13/11/2023