Wahyudi Nasution
Kemarin Pak Bei didatangi tiga orang ibu-ibu kampung, katanya mewakili ibu-ibu se-RT. Ceritanya, mereka masih bingung menghadapi Pemilu 14 Februari nanti.
“Kenapa bingung?” tanya Pak Bei.
“Ya bingung to, Pak Bei. Katanya kita nanti harus nyoblos 5 nama : Caleg DPRD Kabupaten, Caleg DPRD Provinsi, Caleg DPR RI, Calon DPD, dan Capres- Cawapres,” jawab Bu Siti.
“Ya memang, Bu Siti,” jawab Pak Bei.
“Kami ini sama sekali belum tahu mana Caleg DPRD 2, DPRD 1, DPR Senayan, dan Calon DPD yang layak dipilih. Pengalaman selama ini, kita juga tidak pernah tahu kerjaan mereka di gedung dewan itu apa saja. Rasanya gak ada pengaruhnya untuk kebaikan hidup negeri kita,” Bu Sri nimpali.
“Benar, Pak Bei. Mosok kita mau disuruh milih lagi orang-orang yang gak jelas, yang hanya majang foto-foto di pinggir jalan, di tiang-tiang lampu, dan tembok pagar makam,” Bu Nanik menambahi.
“Lha terus apa yang bisa saya bantu, Ibu-Ibu?”
“Pak Bei ini kan Ketua BPD, mbokya kami ini dikasih tahu siapa saja yang layak kami coblos di Pemilu nanti,” kata Bu Siti.
“Tunjukilah kami Caleg-caleg yang berkualitas dan amanah, yang sekiranya bisa membawa kebaikan, minimal untuk kampung dan Desa kita,” kata Bu Sri.
“Juga Capres- cawapres, Pak Bei, kita mau milih yang mana? Kami masih bingung.”
“Kalau untuk Capres-Cawapres kan Ibu-ibu bisa nyimak Debat Capres di TV? Asyik lho…”
“Walah, Pak Bei. Mana sempat emak- emak macam kami ini nonton orang debat di tivi.”
“Pak Bei dan anggota BPD yang lain mbokya ikhtiar mencarikan yang terbaik untuk kami pilih. Ini penting agar suara kita tidak muspro, Pak Bei,” kata Bu Nanik.
Mak jleb rasa di ulu hati. Pak Bei tidak pernah terpikir betapa masyarakat di desa masih mengalami kebingungan dan kesulitan menghadapi Pemilu yang tinggal sebulan lagi. Pak Bei baru menyadari betapa tim-tim sukses caleg yang sudah hilir-mudik gerilya ke kampung-kampung itu hanya jualan calegnya sendiri. Tidak lebih. Tidak mengajari rakyat agar cerdas memilih, memilih kelima- limanya, memilih yang terbaik.
“Baiklah, Ibu-Ibu. Saya baru memahami kesulitan Panjenengan.”
“Terus bagaimana, Pak Bei?”
“Saya minta waktu untuk mencari informasi, mencari wangsit, supaya bisa menjawab pertanyaan Ibu-Ibu. Begitu, ya. Saya minta waktu 1-2 minggu.”
“Baiklah, Pak Bei. Kami nyuwun pamit dulu.”
“Njih, Bu. Matur nuwun sanget awit karawuhan Panjenengan sami.”
#fkbpdkabklaten
#mpmppmuhammadiyah
#jamaahtanimuhammadiyah
#lpukmkmpdmklaten