Emak-Emak Selalu Unik

Cerita mengenai ‘emak-emak’ selalu unik dan menarik. Apalagi tentang mereka berkendara, sungguh sebuah cerita yang memikat banyak pihak. Sebuah cerita yang sangat populer adalah ketika seorang ibu berkendara menghidupkan sein kanan, tapi belok ke kiri, hal tersebut seakan sudah lumrah kalau dilakukan oleh ibu-ibu. Maka, tak ayal membuat kebingungan pengendara yang berada di belakangnya. Padahal aksi tersebut bisa membahayakan nyawanya sendiri dan pengendara lain.

Ada istilah baru yang muncul yakni ‘emak-emak raja jalanan.’ Istilah ini merujuk pada ibu-ibu yang suka melakukan hal-hal yang tidak wajar saat berkendara di jalan. Sebuah istilah yang memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Kita pasti sudah mendengar aksi seorang ‘emak-emak’ yang memboncengkan dua anak kecil menggunakan sepeda motor di jalan raya, tanpa helm. Baru-baru ini mereka berkendara dengan berboncengan tujuh orang. Belum lagi sebuah cerita seorang ‘emak-emak’ berjalan sendirian di jalan tol. Mereka memang sering tidak fokus dan melamun bila di jalanan, sehingga ia tidak sadar kalau ada sepeda yang ingin lewat.

Dalam car free day para ibu mempersembahkan berbagai macam kegiatan. Senam aerobik menjadi pilihan utama sebelum melakukan aktivitas yang lain. Dengan seragam merah-merah mampu menghiasi dan membuat warna lebih indah menghiasi keramaian. Sebagian ada yang tetap memilih jalan kaki, namun ada pula yang menyalurkan hobinya bersepeda. Sungguh ramai dan menyehatkan dunia. Semua mempunyai harapan yang besar dengan adanya kegiatan itu, terutama bagi kaum ibu agar bisa sejenak refreshing dan meninggalkan kegiatan rumah tangga. Mereka butuh istirahat dan sehat dalam segala kegiatan.

Baca Juga:  2025 DAN KITA

Para ibu diharapkan aktif dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Apalagi mayoritas penduduk dunia ini di dominasi kaum Hawa. Mereka pulalah yang mempunyai powerfull saat berkendara. Simak saja, saat ini banyak para ibu yang lebih memilih motor gede, trail dan ninja. Cara berkendara tak kalah, bila dibandingkan dengan laki-laki.

Istilah ‘emak-emak’ sendiri berasal dari bahasa jawa yang berarti ibu. ‘Emak-emak’ sering digambarkan sebagai seorang ibu yang tengah sibuk dengan tugas-tugas rumah tangga dan mengurus keluarga. Konotasi negatif tentang penggunaan kata ‘emak’ semakin meluas, sehingga banyak orang yang menggunakan kata ini untuk merendahkan atau meremehkan peran seorang ibu di masyarakat. Mereka menganggap ibu hanya berkonsentrasi pada urusan rumah tangga dan tidak mempunyai kehidupan yang berarti di luar itu.

Seiring berjalannya waktu, ‘emak-emak’ mampu mengubah stigma negatif menjadi sesuatu yang positif. Mereka bangkit dengan potensi diri masing-masing. Seorang ibu adalah simbol kekuatan dan ketahanan perempuan. Mereka adalah sosok tangguh, mampu menjalankan berbagai peran sekaligus, memiliki kemampuan multitasking dalam kehidupan, menjadi pilar keluarga yang kuat dan mampu mengatasi segala tantangan yang dihadapi. Sudah saatnya mereka membuktikan bahwa menjadi seorang ibu tidak menghalangi untuk mencapai impian dan meraih kesuksesan masa depan.

Baca Juga:  Desain Keserentakan Pemilu sebagai Sarana Integrasi Bangsa

Saat ini, ibu-ibu sangat diperhitungkan. Bukan soal pamer harta dan menghabiskan kekayaan suami saja, seperti seorang ibu yang pulang haji dengan tubuh tertutupi oleh emas atau sekadar pamer harta di media sosial. Namun, seorang ibu merupakan perwujudan dari kekuatan perempuan dalam menghadapi patriarki dan norma-norma yang membatasi mereka. Simak saja di beberapa pergantian kabinet menteri, perempuan selalu menghiasi dan menjadi warna yang berarti bagi negara. Presiden perempuan merupakan pemandangan biasa saat ini. Bahkan di negeri ini perempuan sangat diperhitungkan untuk maju dan mendampingi sebagai kepala daerah. Sebagai contoh di Jawa Timur, ketiga calon gubernur semuanya perempuan. Apalagi bila sudah berbicara tentang suara, kaum ibu sangat mendominasi jumlahnya bila dibandingkan dengan kaum Adam.

Ketika berbicara tentang religiositas. Ibu-ibu selalu berada di garda terdepan. Apalagi mereka sudah mengenakan seragam, sungguh semangat luar biasa. Maka, pada saat beribadah di masjid atau musola lebih banyak ibu. Mereka selalu mampu memenuhi saf dengan bermacam-macam warna mukenanya. Urusan ibadah, ibu-ibu tidak kalah bila urusan warna. Sementara bapak-bapak hanya sebagai penghias. Beberapa masjid tetap lengang kegiatan salat wajib. Berbagai alasan sering muncul, mulai dari sibuk kerja, di luar kota atau sangat kelelahan.

Baca Juga:  MEMBEDAH POLITIK JOKOWI

Apabila urusan memperingati maulid nabi, kaum ibu juga lebih bersemangat. Banyak kampung yang terhiasi suara indah mereka melalui mikrofon. Belum lagi bila acara kampung Dasa Wisma atau PKK, merekalah paling rajin. Bahkan pernah ada ‘Power of Emak-Emak’ menghiasi layar perfilman yang mempertontonkan kehebatan ‘emak-emak’ dengan segala keunikannya.

Ibu-ibu selalu berjuang untuk menciptakan lingkungan yang adil dan setara bagi anak-anak mereka. Selalu berperan aktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan secara umum. Para ibu adalah agen perubahan yang berperan penting dalam memajukan kesetaraan.

Di era modern ini, banyak ibu yang memiliki karier sukses. Mereka mampu menjaga keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Mereka adalah inspirasi bagi banyak orang, terutama para generasi muda, untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan mimpi mereka.

*) I’anatul Khasanah, S.Pd.I, M.Psi adalah Guru SD Muhammadiyah Plus Salatiga, Tim Penulis Buku Gerontologi dan Pendidikan Islam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *