Menjadi Ibu Literasi di Rumah

Sosok ibu ibarat wahana dengan fasilitas lengkap bagi keluarga, khususnya anak. Dari ibu anak mendapatkan pelajaran pertama bagi hidupnya kelak. Peran ibu dimulai sejak anak berada dalam kandungan. Kedekatan ibu dan anak terjalin secara alami, baik fisik maupun emosionalnya. Anak belajar tentang keteladanan positif agar menjadi pribadi yang tangguh dan berakhlak mulia. Salah satu keteladanan yang berpengaruh besar terhadap kehidupan anak adalah menumbuhkan kemampuan literasi dasar. Bahkan ketika masih janin literasi yang bisa diajarkan/dilakukan adalah dengan membacakan cerita untuk membangun kedekatan emosi antara ibu dan sang bayi.

Kebiasaan ibu membacakan buku secara teratur sejak dini berpengaruh pada anak. Kebiasaan itu dilakukan agar terbentuk secara otomatis dan berkelanjutan, sehingga kelak akan menjadi rutinitas yang diteruskan anak sampai tumbuh dewasa. Sejak awal, ibu dapat mengajarkan, mendampingi, dan mengarahkan anak membaca dengan cara membuat jadwal. Misalnya, membiasakan membacakan bacaan sebelum anak tidur dan teratur dilakukan, secara tidak sadar anak akan merekam banyak cerita, beragam kosa kata, dan empati dari cerita yang mengandung pesan moral. Karakter anak akan terbentuk dan teladan yang telah disampaikan ibu akan terbawa sampai ia dewasa. Saat anak tumbuh dewasa diharapkan akan melakukan hal yang sama, mereka akan senang membaca dan merasa nyaman dengan kegiatan tersebut.

Jadwal membaca dapat berupa kesepakatan bersama keluarga maupun ibu sendiri. Misalnya saat sore hari di waktu luang. Tidak perlu lama-lama yang penting anak suka dan senang dengan kegiatan tersebut. Dengan menyediakan buku bacaan bervariasi yang relevan untuk anak, seperti majalah, ensiklopedia, buku nonteks, cergam, ibu dapat menawarkan pilihan ragam mana yang akan anak dibaca. Untuk menumbuhkan rasa senang membaca, biasanya ibu memilihkan bacaan anak-anak yang bersifat menghibur agar anak tertarik dan tidak bosan. Tidak sekadar membacakan cerita, kebiasaan ini akan menumbuhkan pula rasa ingin tahu anak untuk mencoba membaca sendiri. Saat itulah ibu mengajarkan membaca atau mengenalkan huruf dan bunyi. Jika koleksi buku bacaan sudah habis atau menipis, ibu dapat membuat kegiatan yang menyenangkan lainnya, yaitu mengunjungi pameran buku, perpustakaan, atau sesekali membacakan cerita yang diambil dari internet, e-book misalnya.

Baca Juga:  REGENERASI ITU PENTING

Mengunjungi pameran atau bursa buku pasti menyenangkan. Ibu dapat mengarahkan buku mana yang cocok untuk anak. Ibu juga dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk memilih bacaannya sendiri. Dengan kegiatan membaca bersama dan pembiasaan anak melihat keluarga senang membaca akan menumbuhkan kecintaan di bidang literasi. Anak akan menghargai waktu untuk hal-hal yang positif. Selain itu, dengan pembiasaan membaca anak akan membentuk karakternya sendiri, mampu memilah informasi secara bijak supaya menjadi pribadi yang kuat, berakhlak mulia, serta lebih peka terhadap orang lain dan kemajuan zaman.

Kegiatan berliterasi sendiri merupakan sebuah kemampuan yang sangat penting dalam mengakses, memahami, serta menggunakan sebuah informasi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Guna membangun dan menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis bagi anak sejak dini, maka perlu adanya penerapan literasi di lingkungan rumah atau keluarga untuk membantu mendorong meningkatnya tingkat kecerdasan anak. Literasi di lingkungan keluarga merupakan salah satu upaya untuk menyediakan lingkungan yang kaya aksara. Literasi keluarga bisa diartikan sebagai sebuah lingkungan yang disediakan oleh keluarga di rumah, supaya anak-anak bisa membangun keterampilan literasinya.

Baca Juga:  KEADILAN YANG DIHADIRKAN

Kemajuan teknologi saat ini tentu sangat berpengaruh pada kehidupan anak sehari-hari. Kemampuan literasi yang baik sangat diperlukan agar anak tidak terjebak pada hal yang semu, informasi yang negatif dan kurang baik untuknya. Budaya literasi yang ditanamkan ibu akan menjadi kegiatan menyenangkan dan bermakna. Anak akan menjadi sosok yang terbuka pikirannya, lebih beragam gana kosakatanya, serta lancar berbicara. Kebiasaan membaca akan menambah motivasi percaya diri serta lebih inovatif dalam mengungkapkan gagasannya.

Orang tua menjadi penentu atas terbentuknya minat baca anak karena proses pendidikan pertama adalah di lingkungan keluarga, sehingga orang tua harus proaktif untuk menciptakan iklim yang mendukung terbentuknya minat baca, menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang. Sebab, minat itu sendiri bukanlah sesuatu yang dimiliki anak begitu saja, melainkan dapat dikembangkan sehingga orang tua harus mampu menjadi motivator bagi sang anak. Keberhasilan anak-anak, termasuk dalam hal berliterasi sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orang tua mampu memberi sumbangsih dalam prosesnya, karena lingkungan keluarga adalah proses pertama pendidikan anak. Sebagaimana Gilbert Highest dalam Gani (2021) menyatakan, bahwa kebiasaan yang dimiliki anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak bangun tidur hingga tidur kembali di malam hari, anak-anak menerima pengaruh lingkungan keluarga. Kemampuan literasi yang tinggi memiliki dampak yang signifikan terhadap perolehan beragam pengetahuan yang relevan dengan bisnis hidup (bersaing).

Dari uraian di atas, peran ibu sebagai orang tua menjadi mikrosistem lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan literasi anak. Ibu dapat pula melakukan berbagai bentuk aktivitas literasi antara lain seperti membaca buku, menulis, dan hafalan. Selain itu juga memberikan dukungan berupa penggunaan media eduktif dalam menciptakan lingkungan yang kaya literasi, sebagaimana menurut Bronfenbrenner dalam Fatonah (2018) yang menekankan pada peran lingkungan sekitar terhadap dukungan perkembangan literasi anak. Lebih lanjut, bentuk interaksi meliputi peran sosial dan relasi interpersonal yang terjadi di area mikrosistem lingkungan terdekat menjadi faktor utama dalam stimulasi perkembangan anak, karena area mikrosistem merupakan lapisan pertama yang langsung berhubungan.

Baca Juga:  Idul Adha: Berkah untuk alam

Latar belakang ibu rumah tangga memiliki kesempatan lebih senggang dibanding ibu yang bekerja di luar rumah. Namun demikian baik ibu rumah tangga ataupun ibu yang bekerja, mereka sama-sama telah menunjukkan bahwa keduanya dapat melakukan perannya dalam menstimulasi kemampuan literasi anak. Selain itu kemampuan ekonomi tidak menjadi hambatan dalam melakukan upaya stimulasi, antara lain dengan memanfaatkan dan memaksimalkan peran lingkungan sekitar, taman bacaan, atau perpustakaan umum. Memang, kadang sulit dipahami pada era modern orang tua tidak dapat menjadi teladan atau memberikan lingkungan yang membetahkan anak-anak rakus membaca. Rasa ketagihan membaca bisa terbentuk dalam pribadi anak jika dari rumah sudah diciptakan lingkungan yang kondusif untuk anak suka membaca di waktu senggang.

Referensi:
Fatonah, N. 2018. Keterlibatan Orang tua dalam Menumbuhkan Kemampuan Literasi Anak Usia Dini. PAUDPEDIA https://paudpedia.kemdikbud.go.id

Gani, R. 2021. Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Budaya Literasi pada Anak. Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender dan Agama. Vol.: 15 No 2. Desember.

*) Sri Walji Hasthanti, M.Pd adalah Guru SD Muhammadiyah Plus Salatiga, Pengajar Praktik Guru Penggerak Kota Salatiga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *