TERNYATA USTADNYA DUDA

Oleh: Gus Zuhron – Warga Muhammadiyah

Fordem.id – Setiap berkunjung ke daerah selalu ada cerita berkesan yang menggugah semangat untuk terus melanjutkan langkah perjuangan. Kisah kali ini berasal dari Bumiayu, tepatnya di Desa Laren.

Bumiayu adalah bagian dari serpihan Kabupaten Brebes yang areanya cukup luas. Muhammadiyah bergerak, berkembang dan tumbuh subur di wilayah itu. Buktinya ada sekitar 2000 jama’ah yang hadir dalam pengajian Hari Bermuhammadiyah.

Pak Abdul Mukti dan pengurus lainnya menyambut kedatangan kami dengan ramah dan penuh semangat. Dari penjelasan mereka terukir kisah menakjubkan mengenai langkah perjuangan yang mereka himpun hingga Muhammadiyah di tempat itu besar seperti sekarang ini. Aset yang menjadi andalan adalah RS PKO Siti Aminah. Sebuah rumah sakit besar yang cikal bakalnya hanyalah sebuah klinik kecil dan sangat terbatas.

Baca Juga:  Emak-Emak Selalu Unik

Di samping Rumah Sakit, aset keunggulan lain adalah lembaga pendidikan yang mewujud dalam bentuk sekolah, perguruan tinggi dan pesantren. Inilah ciri khas Muhammadiyah yang ikonik dengan Trisula gerakannya. Feeding, Healing dan Schooling.

Muhammadiyah Bumiayu lahir sejak 1922. Artinya sang surya telah bersinar di tempat ini sejak pendiri persyarikatan masih hidup. Ada 7 orang sebagai assabiqunal awwalun yang siap menyebarkan Islam lewat jalan Muhammadiyah.

Pada mulanya, 7 orang itu akan dilantik langsung oleh KH. Ahmad Dahlan. Namun dengan berbagai kendala akhirnya baru pada tahun 1924 secara resmi berdiri. Kiyai Dahlan pada akhirnya memang tidak bisa menyaksikan para pejuang ini mengikrarkan sumpah setianya pada Muhammadiyah. Karena satu tahun sebelum peresmian, pendiri persyarikatan sudah dipanggil oleh sang Khaliq.

Baca Juga:  MAKNA KATA ALLAH, RABB DAN ILAH

Meski demikian, semangat menggerakkan Muhammadiyah tidak pernah surut. Beragam halang rintang harus dihadapi. Tuduhan serius datang dari masyarakat sekitar. Mereka menyebut sebagai aliran sesat, pengubah agama dan seterusnya.

Orang- orang bermental pejuang tidak akan bisa dikalahkan hanya dengan retorika murahan. Nilai yang tertanam dalam diri mereka telah terhujam dan mengakar kuat. Tidak mudah roboh oleh terpaan badai sekalipun. Inilah sikap mental perjuangan yang mestinya diwariskan pada generasi penerusnya.

Hal yang tidak kalah menarik adalah kesadaran regenerasi. Buktinya Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Desa Laren adalah anak muda yang usianya di bawah 30 tahun. Kepekaan tentang keberlanjutan diperlukan untuk menggaransi keberlangsungan Muhammadiyah.

Baca Juga:  REFLEKSI POLITIK RAKYAT DI HARI KEMERDEKAAN

Problemnya kesadaran semacam ini tidak banyak dijumpai di tempat lain. Biasanya Pimpinan Muhammadiyah baru akan diganti kalau sudah pensiun dari dunia, sakit-sakitan atau terpaksa tidak dipilih pada saat Musyawarah dilakukan. Fenomena ini menjadi penghambat proses regenerasi kepemimpinan dalam tubuh Muhammadiyah.

Dari semua kisah menakjubkan di atas, ada kejutan menarik yang muncul dari jama’ah saat pengajian berlangsung. Ada salah satu di antara ibu-ibu Aisyiyah yang nyletuk.. “ternyata ustadnya Duda”. Saya tidak tahu dari mana ucapan itu bisa terlontar. Tentu saya respon dengan senyum ringan penuh kegelian, sambil membayangkan “untung yang di rumah tidak ikut pengajian” he…he…

Bon Cafe Magelang, 30 November 2024 pukul 19.32 WIB

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *