SUMBANGAN DANA SOSIAL BERHADIAH (Bagian 2)

Cerpen oleh: Dulrokhim (Bagian 2)

Fordem.id– Tengah malam, saat terlelap dalam tidur panjang, aku terbangun oleh suara ketukan pintu rumahku. Kudengar juga suara orang memanggil namaku.

“Sanib…! Nib….”
Aku mengenal suara itu. Kaswan !.
“Niiib….”
Suara ketukan dan panggilan lebih keras lagi. Aku melangkah menuju pintu dan membukanya.
“Sanib…! selamat Nib. Jawabanmu tepat sekali. Makasih loh Nib. Makasih…..”.
Haaa….! Jawabanku tepat?! Aku melongo, terpana. Kaswan menjabat erat-erat tanganku. Luapan kegembiraan terpancar di seluruh raut mukanya. Ia lalu merogoh sesuatu dari saku celananya.
“Oh iya, ini hadiah dariku, Nib. Terimalah”.
Kaswan menyodorkan amplop warna putih kepadaku.
“Apa ini?”
“Bukalah! sekedar untuk jajan”
Aku sudah tahu isinya. Tapi amplop itu tidak akan aku buka.
“Maaf aku harus istirahat.”.
Lalu kututup pintu. Selintas terlihat di wajah seraut kekecewaan.

Baca Juga:  SUMBANGAN DANA SOSIAL BERHADIAH (Bagian 1)

Dan kudengar ada beberapa langkah kaki mendekati rumahku.
“Bagaimana? Sanib mana?”
“Ya, Sanib mana? Apa dia sudah bangun?”
“Ini aku bawa hadiah untuk Sanib”
“Aku juga”.
“Aku juga..”.
“Kita semua membawa hadiah untuk Sanib”.
“Ssst…diam! Jangan membuat Sanib marah. Biarkan ia menikmati istirahantnya malam ini. Besok, hadiah-hadiah ini langsung saja kita berikan pada emaknya”.
“Wah, saya ingin memberikan hadiah ini langsung pada Sanib kok”
“Hiya, saya juga”.
Suara-suara langkah kaki dan percakapan mereka mulai menjauh. Aku terpatri di balik pintu. Suasana kembali lengang dan sunyi.

Baca Juga:  SIAPA ORANG MUHAMMADIYAH?

Inikah wargaku?. Orang-orang yang menginginkan hidup enak kaya mendadak tanpa mau susah payah keluar tenaga dan keringat?. Ah, mereka belum tahu, bahwa hidup bahagia di dunia tidak harus kaya. Kekayaan di dunia ini hanya sementara. Miskin harta tak apa, asal bahagia. Moga-moga mereka sadar. Untuk mencapai kebahagiaan itu harus berjuang. Harus keluar tenaga dan keringat, tidak hanya nongkrong menghabiskan waktu sia-sia hanya untuk mereka-reka angka-angka.

Esoknya orang-orang berduyun-duyun datang ke rumahku dengan membawa hadiah bawaannya dan semuanya diberikan kepada emakku. Emakku melongo kaget, gembira hatinya. Ia langsung menerimanya, ia pantang menolak pemberian dari siapa pun. Terimalah rejeki itu, tapi jangan sekali-kali kita memintanya, begitu nasehatnya padaku. Aku hanya diam saja menghormati wejangannya. (Lanjut Bagian 3)

*****

Baca Juga:  DEMOKRASI MENUJU MONARKI

Flyer Seminar Undip 1987

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *