SIAP JADI MAKMUM….EH…

Oleh: Gus Zuhron

Fordem.id – Publik Muhammadiyah sedang dihebohkan dengan putusan PP Muhammadiyah mengenai penetapan awal puasa, Idul Fitri dan hari sakral lainnya. Kehebohan itu adalah buntut dari maklumat yang berbeda pada perkara yang sama. Sebenarnya, bagi Muhammadiyah merevisi keputusannya sendiri bukanlah perkara baru, itulah salah satu konsekuensi komitmen sebagai gerakan tajdid.

Keberanian mengoreksi pikirannya sendiri adalah salah satu bentuk karakter tajdid. Tetapi, putusan kali ini agak terasa berbeda. Rentang waktu yang begitu singkat menjadikan publik bertanya-tanya ada persoalan apa sebenarnya.

Biasanya, sebuah fatwa atau putusan dikeluarkan itu untuk dipedomani. Butuh waktu puluhan tahun untuk melakukan revisi. Ini menunjukkan kualitas produk pemikiran itu dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi, kalau baru saja diputuskan apalagi melalui sebuah forum besar lalu tiba-tiba dianulir, adalah wajar jika sebagian cendekiawan Muhammadiyah mempertanyakan latar belakangnya.

Jangan sampai produk Tarjih yang dihasilkan seperti produk Undang-Undang yang dibuat DPR. Begitu jadi langsung diajukan yudisial review ke Mahkamah Konstitusi. Ini berarti kualitas produk yang dihasilkan sangat buruk. Benarkah kualitas produk tarjih yang buruk atau ada indikasi lain yang menjadi latarnya.

Salah satu bentuk pembelaan terhadap maklumat yang baru dikeluarkan adalah belum adanya Tanfidz dari putusan yang dihasilkan. KHGT (Kalender Hijriyah Global Tunggal) baru akan berlaku tahun depan dan untuk saat ini masih kembali ke cara lama. Bukankah putusan mengenai KHGT sudah dilakukan, sosialisasi melalui pengajian, forum ilmiah, media sosial dan seterusnya juga telah ditunaikan. Bahkan Suara Muhammadiyah sebagai penerbit persyarikatan sudah mencetak secara resmi kalender untuk disebarluaskan ke warga Muhammadiyah.

Baca Juga:  POLARISASI POLITIK 2024

Sebagian peserta Munas Tarjih di Pekalongan juga bercerita bahwa KHGT sudah langsung diberlakukan. Beberapa institusi Amal Usaha Muhammadiyah sudah mencetak kalender baru dengan semangat baru. Bahkan ada yang sudah membuat jadwal imsakiyah berdasarkan KHGT hasil Munas Tarjih 2024. Sependek pengetahuan penulis, pasca putusan Munas Tarjih tidak ada pernyataan resmi dari Pimpinan Pusat bahwa kalender itu baru berlaku tahun depan. Rasanya baru kali ini membaca pernyataan resmi yang terkesan ‘ujug-ujug’ terbit.

Dalam mensikapi masalah ini tampaknya warga Muhammadiyah terpolarisasi dalam tiga kelompok.

Pertama, kelompok tesis. Ini adalah kelompok yang hidup matinya ikut apa yang dikatakan pimpinan. Sikap taat adalah landasan utama dalam berorganisasi. Apapun yang menjadi keputusan petinggi harus ditaati, harga mati. Patut diduga kelompok ini paling dominan dalam Muhammadiyah, sebab kebanyakan dari mereka adalah masyarakat awam yang hobinya “ngalap berkah”.

Keterbatasan pengetahuan menjadi salah satu alasan mengapa kesetiaan menjadi pilihan. Tidak mau ribet dengan beragam perdebatan yang ujungnya sering tidak jelas.

Baca Juga:  Ketahanan Keluarga dan Degradasi Moral Politik

Kedua, kelompok antitesis. Profesor Agus Purwanto (Gus Pur) menulis sentilan menarik di media sosialnya : “Hari ini, Rabo 12 Pebruari 2025 PP Muhammadiyah membuat maklumat tentang awal Ramadhan 1446 H, awal Syawal dan awal Dzulhijjah, maklumatnya menyelisihi keputusan sebelumnya yang telah diumumkan oleh Sekum. Muhammadiyah jadi mirip Partai Politik, kenyataan ini menggambarkan bahwa negeri ini sedang mempunyai banyak masalah, sehingga Muhammadiyah yang selama ini dikenal paling stabil dan tenang pun ikut terguncang, keguncangan itu mewujud dalam maklumat yang dikeluarkan hari ini.”

Ada juga yang menggelitik beredar tagar “wong pusat haram di debat”. Kelompok antitesis semacam ini mengekspresikan banyak cara untuk menunjukkan sikap ketidaksetujuan pada putusan Pimpinan Pusat.

Ketiga, kelompok sintesis. Mazhab terakhir ini yang paling pusing melihat putusan Pimpinan Pusat. Pasalnya mereka sudah terlanjur banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang KHGT, berusaha meyakinkan bahwa semua warga harus segera beralih dari wujudul hilal ke kalender baru. Tidak sebatas bicara, mazhab ketiga ini juga telah membagi-bagikan kalender KHGT yang di produksi SM.

Baca Juga:  Catatan Pagi Demokrasi

Mereka harus memutar otak untuk menjelaskan kepada masyarakat yang merasa kena prank karena KHGT gagal fungsi di tahun ini. Sambil ‘ngguya-ngguyu’ dan sedikit kesal atas apa yang terjadi, rombongan ketiga ini pelan tapi pasti dengan penuh kesabaran kembali berhadapan dengan umat untuk mengkompromikan pemahaman. Agar umat tetap setia pada persyarikatan meski pimpinan sering bikin kejutan.

Tampaknya, ada kelompok ke empat yang sedang menunggu alternatif pemikiran selain yang sudah tersedia. Siapa tahu, ada dari Muhammadiyah yang sakti seperti Kiyai Jama’ah Aolia Gunung Kidul, yang cukup telephone Allah untuk menentukan kapan hari raya tiba. Bisa jadi, hasilnya lebih akurat dari segala metodologi yang sudah dirumuskan para ilmuwan. Sebab kemampuan ini jelas ilmu di atas ilmu. Kalau ada kiyai semacam itu di Muhammadiyah, insya Allah siap jadi makmum…eh……

Rumah Sanggrahan, Rabu, 12 Februari 2025 pukul 20.17 WIB, masih dalam suasana hati penuh tawa…..xi….xi….

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *