SAKIT

Encep Saepudin

Sakit bikin seseorang lemah. Jabatan dan pangkat yang bikin seseorang digdaya hanya mampu menolongnya sebatas kecepatan tindakan dan kelengkapan peralatan saat sakit. Selebihnya orang itu perlu bantuan orang lain meski hanya untuk seteguk minum.

Sakit adalah keniscayaan. Tidak ada orang yang pernah luput dari sakit.

Rasulullah Muhammad Saw mengalami sakit sebanyak dua kali selama hidupnya. Sakit yang kedua kalinya selama 13 hari dan berakhir dengan wafatnya Beliau Saw.

Dunia kedokteran masih belum bisa menjawab berapa banyak manusia normal dibolehkan sakit selama satu tahun terakhir. Mencari jawabannya masih sulit karena sakit sangat bergantung kemampuan fisik seseorang dalam beradaptasi dengan lingkungan, pola makan, dan gaya hidup sehat.

Namun demikian, terdapat data kunjungan keluhan kesehatan selama sebulan terakhir yang dirilis BPS. Mari kita simak.

BPS mencatat 29,94% dari populasi mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan terakhir pada tahun 2022. Angka keluhan kesehatan ini bergerak fluktuatif selama 12 tahun terakhir, terendah 27,23 pada 2021 dan tertinggi 32,36 pada 2019.

Sakit merupakan rasa tidak nyaman pada bagian tubuh. Jenis sakitnya disebut penyakit, yaitu gangguan kesehatan karena bakteri, virus, atau kelainan sistem faal.

Baca Juga:  Suara Hati Emak-Emak Menyikapi Pergantian Pemimpin

Penyakit setiap bagian tubuh berbeda namanya. Kalau di kepala, namanya migren. Di perut, mulas. Di kuku, namanya cantengan. Di darah, namanya diabetes. Di paru-paru, namanya bisa TBC. Di jantung, namanya bisa aritmia.

Di mata, namanya berbintit. Namun bintit tidak ada hubungannya dengan intip mengintip.
Tapi kalau mengintip sudah menjadi hobi, tanda gejala penyakit. Nama penyakitnya voyeurisme. Semoga bukan kamu. Xixixi…

Voyeurisme merupakan kelompok penyakit pada rohani (kejiwaan). Penyakit yang menyerang rohani lainnya, seperti phobia, LGBT, skizofrenia, gangguan kecemasan, dan sebagainya.

Celakanya penyakit yang menyerang rohani cenderung merusak jasmani. Pengobatannya dengan cara psikoterapi, yang kadang perlu ditambah konsumsi obat secara oral.

Jenis penyakit bisa menentukan strata sosialnya di masyarakat. Penyakit orang miskin dan orang kaya beda.

Penyakit kemiskinan (disease of poverty) seringkali bersifat komorbid dan berkaitan dengan malnutrisi. Kebanyakan sifat penyakitnya menular, seperti TBC, panu, kudis, dan sebagainya.

Penyakit orang kaya (diseases of affluence) mayoritas tidak menular. Namun penyakitnya berbahaya dan menguras uang, seperti stroke, jantung, dan sebagainya.

Baca Juga:  Zaman yang Absurd

Kalau ‘panjenengan’ (anda) seringkali terkena penyakit “korengan” saat kecil, sedangkan sudah dewasa matang malah mengidap sakit jantung selayaknya banyak bersyukur. Sebab perubahan jenis penyakit itu pertanda perubahan dari susah menjadi sejahtera. Alhamdulillah..!

Sebaliknya kalau masih kecil bertumbuh gemuk dan cenderung obesitas dengan kulit bersih dari “korengan”, sedangkan masa dewasa kena hipertensi selayaknya perbanyak istighfar. Sebab perubahan jenis penyakit itu pertanda sudah senang dan sekarang malah sedang susah hidup. Astaghfirullah..!

Islam membahas secara khusus tentang sakit dan penyakit. Sakit merupakan salah satu cara menggugurkan dosa seorang hamba. Sebagaimana pesan hadits : “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa- dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.
(HR. Bukhari 5660 dan Muslim 2571).

Meski iming-iming sakit sangat menjanjikan, sebaiknya juga jangan salah harapan. Islam memerintahkan umatnya agar berobat sebagai ikhtiar untuk sembuh.

Rasulullah Muhammad Saw mengingatkan dalam sabdanya : “Dari Aisyah, bahwa Rasulullah Saw. jika Beliau menderita sakit, maka Beliau membaca Al-Mu’awwidzat (ayat-ayat yang berisi permohonan perlindungan kepada Allah) untuk dirinya sendiri dan meniupnya, ketika sakitnya bertambah parah maka akulah yang membacakan untuknya dan kuusapkan dengan tangannya seraya mengharap berkahnya.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Baca Juga:  KOPERASI: Ekonomi Kerakyatan

Selama abad pertengahan, dunia Islam melahirkan banyak tokoh kesehatan. Salah satu yang termasyhur adalah Abu Ali Al-Hussain Ibnu Abdullah Ibnu Sina atau disingkat menjadi Ibnu Sina (980-1037). Beliau banyak menemukan obat dan metode pengobatan agar pasien sembuh dari sakitnya.

Dalam sejarah pernah tercatat manusia yang hidup selama 400 tahun dan kagak pernah sakit. Kelebihan ini justru membuatnya takabur dan bahkan mengaku dirinya sebagai tuhan (huruf ‘t’ kecil).

Fir’aun ditenggelamkan di Laut Merah saat hendak mengejar rombongan Nabi Musa as. Muminya masih bisa kita lihat di Museum Kairo, Mesir.

Semoga kita tidak mengikuti jejak Fir’aun. Sehat tapi kufur nikmat.

Lebih baik sakit sekali agar dapat kiriman angpao dan parsel. Hush…Saru..!

Ramadan 151455H
*) Dr. Encep Saepudin, S.E., M.Si. Pemulung Kata, Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah, FAI, UMP.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *