PALESTINA MASIH MERANA

Wahyudi Nasution

“Pak Bei, kenapa kita harus bersimpati pada Palestina?,” tanya Kang Narjo. “Sampai-sampai pas Jumatan di masjid kami kemarin, khotib mengajak jamaah untuk menunjukkan keberpihakan, setidaknya membantu berdoa untuk bangsa Palestina,” lanjutnya.

Apa yang disampaikan khotib kemarin, Kang?

“Katanya, kita memang tidak bisa membantu angkat senjata membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan dan gempuran kaum Zionis yang kejam sebagaimana dilakukan oleh kelompok Hamas di Gaza, Hizbullah di Libanon, dan Hauthi di Yaman. Tapi minimal kita bisa berdoa mengetuk pintu langit agar rakyat Palestina dan Masjidil Aqsha ditolong oleh Allah SWT.”

Khotib gak ngajak jamaah untuk saweran dana solidaritas?

“Iya, khotib juga mengajak kita siap partisispasi bila sewaktu-waktu ada penggalangan dana solidaritas.”

Ya bagus itu.” komen pak Bei singkat.

“Katanya dulu ada saudagar Palestina yang kaya-raya menghibahkan seluruh saldo tabungannya di Bank Saudi Arabia untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Apa benar itu, Pak Bei?”

Baca Juga:  Apakah Perlu Melukai Diri dan Sampel Darah untuk Membuktikan 'Aku Muhammadiyah dan Loyal Terhadap UMKU'

Iya benar, Kang. Saudagar itu namanya Muhammad Ali Thahir. Dia juga yang memfasilitasi Mufti Besar Palestina, Syech Muhammad Amin Al-Husaini, pada tanggal 6 dan 7 September 1944 pidato berbahasa Arab di radio Berlin menggalang solidaritas dunia Arab agar mendukung dan menyambut gembira kemerdekaan Indonesia. Disamping itu, beliau juga mendesak Perdana Menteri Jepang agar segera menarik tentaranya agar Indonesia bisa benar-benar merdeka.

“Berarti itu setahun sebelum proklamasi kemerdekaan kita 17 Agustus 1945, Pak Bei?”

Iya, Kang. Itulah makanya setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, negera-negara Arab pun dengan cepat memberikan dukungan de-facto dan de-jure, diawali oleh Mesir. Itu berkat seruan dari Mufti Besar Palestina tadi.

“Wah berarti kita sangat berhutang budi pada Palestina ya, Pak Bei.”

Kang Narjo tahu kan, dulu setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia ke-2, Belanda ingin kembali menjajah Indonesia? Belanda tidak rela kita merdeka. Mereka memobilisasi tentaranya ke Indonesia dengan menumpang pasukan Sekutu. Lalu terjadilah perlawanan sengit dari bangsa Indonesia di berbagai kota yang kita kenal dengan perang kemerdekaan.

Baca Juga:  KILAS BALIK RB/BP MUHAMMADIYAH PATEAN KENDAL

“Iya, Pak Bei. Jakarta jatuh, lalu Ibukota pindah ke Yogyakarta. Semarang dan kota-kota lain juga dikuasai Belanda. Surabaya bisa dipertahankam oleh arek-arek Suroboyo pada pertempuran 10 November.”

Nah, Kang Narjo masih ingat gitu kok.

“Yogyakarta akhirnya jatuh juga. Presiden Soekarno ditangkap dan diasingkan. Untung Panglima Besar Jenderal Soedirman dan tentara BKR tidak mau menyerah dan melakukan perlawanan dengan perang gerilya.”

Kang, kalau saja dulu negara-negara Arab tidak memberikan dukungan secara de-facto dan de-jure, maka PBB pun tidak bisa melegalkan Indonesia sebagai negara merdeka. Pasti negara-negara Sekutu mendukung Belanda untuk kembali menguasai Indonesia.”

“Kasihan bangsa Palestina ya, Pak Bei. Sampai sekarang negerinya masih terjajah. Sudah jutaan nyawa melayang akibat kekejaman kaum Zionis Israil.”

Ya itulah, Kang. UUD 1945 mengamanatkan penjajahan diatas dunia harus dihapuskan. Kasus di Palestina itu jelas, Israil yang didukung negara2 Barat merebut tanah Palestina sejak akhir Perang Dunia pertama. Tanah dan segenap kekayaannya dikuasai Israil. Orang-orang Palestina yang melawan dianggap teroris yang harus dibasmi. Padahal mereka berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan tanah-airnya sendiri.

Baca Juga:  PESAN PENDIDIKAN MELAMPAUI JAMAN KH AHMAD DAHLAN

“Ya sudah, Pak Bei. Ngeri sekali kalau cerita soal Palestina. Saya mau melanjutkan tugas dulu. Sudah wijang, sudah paham saya, kenapa kita harus berpihak pada bangsa Palestina, bangsa yang dijajah dan didholimi oleh bangsa Israil zionis.”

Oke, Kang. Hati-hati di jalan.

Kang Narjo melanjutkan tugasnya mengantar koran ke rumah-rumah pelanggan yang tinggal tersisa beberapa. Selebihnya orang-orang sudah beralih baca berita online dari gadgetnya masing-masing.

Zaman sudah berubah sedemikian cepatnya, tetapi bangsa Palestina masih hidup dalam ancaman moncong meriam, roket, dan bom fosfor. Tak kunjung merdeka. Semoga Allah melindungi bangsa Palestina.. Aamiin..

Klaten, 4 November 2023
*) Ketua LPUMKM PDM Klaten, anggota JATAM dan MPM PP Muhammadiyah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *