TRANSFORMASI IDEOLOGI SEKULAR vs IDEOLOGI ISLAM

Oleh: Rudi Pramono (MPI PDM Wonosobo) Dalam sejarah ideologi klasik dunia ada 2 sistem ideologi yang telah menciptakan sejarah dunia. Mengharu biru sejarah umat manusia, keduanya saling bertentangan yaitu Komunisme Sosialisme dan Liberalisme Kapitalisme, tesis dan antitesis. Keduanya bisa dikatakan berakar dari paham materialisme sejarah (historis materialisme) yang intinya bahwa ekonomi adalah infrastruktur yang menentukan jalan sejarah umat manusia. Di Uni Sovyet, Sosialisme muncul berawal dari penindasan dari pemilik modal (kaum borjuis) terhadap kaum buruh (proletar), di China merupakan perjuangan petani yang dikuasai oleh pemilik tanah, di Indonesia menjadi marhaenisme (pedagang petani, buruh) yang tertindas.

Sosialisme

Sosialisme dalam konsep tidak mengakui kepemilikan pribadi. Negara menguasai semua sumber daya dengan tujuan mewujudkan pemerataan dan keadilan. Karena ingin menghapus kepemilikan pribadi, sistem kekuasaan menjadi komunis dan totaliter, serta mengambil paksa kepemilikan pribadi. Sistem ini tidak mengenal demokrasi, menerapkan sistem partai tunggal, dan membenci agama. Mereka atheis karena menganggap agama tidak memiliki pengaruh apapun. Ketika terjadi ketimpangan dan keadilan kecuali mengajak manusia untuk sabar, ikhlas dan nanti akan mendapat pahala surga. Ketika mereka bisa mengatasi masalah dengan ilmu, mereka menganggap Tuhan tidak diperlukan lagi. Mereka menganggap agama itu irrasional dan melenakan, serta tidak memberikan manfaat apa pun.

Liberalisme dan Kapitalisme

Sementara Liberalisme dan Kapitalisme adalah paham tentang kebebasan individu, demokrasi dan dalam ekonomi mengakui kepemilikan pribadi, kompetisi dan pasar bebas. Ideologi ini bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan dan kemajuan, namun dalam praktek menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan.
Baca Juga:  MITIGASI PELANGGARAN DALAM PINDAH MEMILIH
Dalam dinamika sejarah dunia, menyusul glasnot dan perestroika di era Gorbachev di Uni Sovyet tahun 1989, berakhirlah kekuasaan komunis sosialis dengan kehancuran Uni Sovyet dan negara-negara Eropa Timur lainnya. Apakah ini merupakan kemenangan ideologi liberal kapitalisme ? Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ahli. Sesungguhnya kedua ideologi itu mengalami krisis kemanusiaan, politik totaliter telah menciptakan perlawanan dari rakyat dan hancurlah negara-negara komunis. Sementara liberal komunis, melahirkan ketimpangan dan ketidakadilan, dalam situasi ini sebagian pengamat berkesimpulan bahwa ideologi telah mati. “The End of Ideologi” membicarkan tentang ideologi dianggap tidak relevan malah dikuatirkan menjadi tertutup, ekstrim dan fundamentalis. Namun sesungguhnya ideologi tidak akan pernah mati dan para kader tidak mau ideologi mati. Boleh melemah tapi harus bangkit kembali ketika situasi memungkinkan. Dalam praktek negara ideologis menyikapi krisis yang terjadi, ideologi mengalami metamorfosa dan transformasi, seperti di China secara politik ideologinya komunisme. Partai tunggal dan otoriter, namun secara ekonomi menganut kapitalisme/ pasar bebas, dalam kontrol negara yang kuat. Dan ternyata China diprediksi menjadi negara adidaya yang akan menandingi Amerika. Sementara itu liberal kapitalisme juga mengalami perluasan, berupa keterlibatan negara dalam upaya-upaya pemberdayaan sosial seluas-luasnya untuk mengatasi kesenjangan dan ketidakadilan. Dengan demikian tidak ada lagi ideologi yang murni sosialis ataupun kapitalis, semuanya mengalami modifikasi, reformasi dan perluasan. Inilah yang disebut transformasi ideologi (sesuai judul kajian kita sore ini) mungkin itu bisa diberi nama sosiodemokrasi atau sosiokapitalisme, dan sebagainya. Dan apakah dua ideologi sekular tersebut vis a vis dengan ideologi Islam?
Baca Juga:  Darul Ahdi wa al-Syahadah, NEGARA PANCASILA Perspektif Islam Berkemajuan

Ideologi Islam

Yang pasti Islam telah mengatur hal yang paling kecil, dari kaki mana yang melangkah dulu ketika masuk WC. Negara mengatur semua urusan, baik yang kecil maupun yang besar. Dalam sistem politik Islam, meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, terdapat tiga varian hubungan antara agama dengan negara dan Islam dengan politik: integralistis, sekularistik, dan substantif. Al Maududi mengenalkan istilah theo demokrasi. Kalau mengenai sistem sosial ekonomi, Islam telah memberikan panduan moral, QS. Taubah 44-45 dan QS. At-Takassur: larangan menimbun-nimbun harta karena akan menjadi bahan bakar neraka yang akan membakar dia, diperintah untuk mengorbankan harta benda dan jiwa di jalan Allah. Ini mungkin yang disebut dengan Sosialisme Islam, yang mengakui kepemilikan individu tetapi memberikan fungsi sosial. Mungkin Pancasila dan UUD 45 (pasal 29 dan 33) bisa dipandang sebagai praksisme Islam di ranah sosial politik ekonomi. Muhammadiyah menerima Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah (Negara perjanjian dan persaksian). Ada sebuah tesis dari Samuel Hantington, setelah peradaban sosialis hancur, maka kapitalisme butuh musuh ideologi baru untuk mengokohkan eksistensiya. Musuh baru itu adalah ideologi Islam, apakah gejala itu telah terjadi? Gejala itu tampak jelas terutama dengan tampilnya Turki di bawah Erdogan yang mengalami masa keemasan dengan ideologi Islam. Selain terus terjadi gerakan perlawanan Islam terhadap dari kaum militan Islam (fundamentalisme).

Ideologi di Indonesia

Di Indonesia sendiri kita merasakan kebangkitan ideologi lama: nasionalisme dan agama juga anasir-anasir komunisme. Terutama sejak reformasi bergulir juga ideologi transnasional Islam yang benihnya telah masuk ke kampus-kampus di tahun 1980 an. Lalu muncullah partai berlatar nasionalisme dan agama (nasional dan transnasional). Di era pemerintahan PDIP sekarang ini lebih keras lagi kebangkitan ideologi lama, nasionalisme sekular, Sukarnoisme, komunisne, islamisme, fundamentalisme. Bahkan tesis Samuel Hantingtin tersebut lebih kuat terjadi di Indonesia berupa kolaborasi kekuatan nasional.
Baca Juga:  KEGENITAN POLITIK WARGA MUHAMMADIYAH
Sekular dan komunis melawan Islam (islam nasional dan transnasional) jadi ideologi tidak akan pernah mati. Akan bangkit kembali entah dengan modifikasi ataupun “memunculkan” musuh baru. Sejarah akan selalu berulang, sejarah ditentukan oleh sang pemenang, selalu saja ada kepentingan ideologis yang muncul di sepanjang jaman. Kasus-kasus yang terjadi sekarang seperti UU HIP, trisila, ekasila, ketuhanan yang berkebudayaan, sekularisasi Pancasila, peta jalan pendidikan, kamus sejarah, pembubaran HTI, FPI tekanan terhadap tokoh Islam, dll. Puzzle-puzle itu bisa dirangkai dan akan terlihat bahwa ideologi lama itu tidak hanya bangkit tapi terus bergerak. Situasi ideologi semakin rame ketika dunia sekarang ini telah muncul pula ideologi baru atau paham-paham baru: pluralisme, sekularisme, liberalisme, Atheisme, feminisme, post modernisme, post tradisionalisme semakin mewarna sejarah dunia kemanusiaan untuk terus kita kaji. Kita pelajari dengan perspektif Islam yang kita yakini sebagai pedoman setiap muslim. Islam adalah agama yang liqulli zamanun wa makanin (relevan setiap jaman) dan islam agama peradaban dan kita yakin memiliki kebenaran karena berasal dari yang Maha Suci, Maha Benar Allah SWT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *