Pujiono
(Kepala SD Muhammadiyah PK Banyudono-Boyolali)
Bila kita amati saat ini tak sedikit apa yang dikatakan Guru bahkan Kyai kurang mengena, menghunjam atau bahkan tidak ditaati oleh siswa/santri. Seolah-olah didengar telinga kiri keluar telinga kanan. Hanya sekedar seperti informasi layaknya pengumuman.
Saatnya kita musti muhasabah diri, tidak menyalahkan siswa. Bisa jadi kita yang kurang ikhlas, kurang fokus, kurang bersih perut ini dari barang haram yang kita makan, atau kurang dekat dengan Allah.
Kebahagian dan jariyah tersendiri bila pembelajaran berkesan, murid taat sepenuh hati bukan ‘mimikri’ dan mau melakukan ‘dawuh’ mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ustad Rosyid Ridho Al- Idrusi Semarang, saat ngrumpi di hotel Grasia menuturkan : “Bisa jadi kenapa kata-kata kita kurang berimplikasi, karena hubungan kita dengan Ilahi kurang intensif, seperti sholat wajib kita, dhuha, puasa kita, baca Qur’an kita. Sehingga ucapan kita kurang bermakna“. Sekilas kalimat itu sederhana, tetapi bila kita cerna maknanya sangat dalam.
Dari diskusi di ruang transit, menggugah hati ini untuk mengabadikan dalam sebuah narasi, untuk menciptakan pembelajaran yang membekas dan berkesan pada siswa. Seorang guru harus melakukan sejumlah tindakan spiritual dan laku batin berdasarkan ajaran keyakinan kita. Barang siapa membantu Agama Allah, maka Allah akan nembantu kita dalam nenghujamkan kata- kata, padat penuh makna di dada siswa.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan, yaitu :
1. Niat Ikhlas karena Allah
Setiap guru harus memulai dengan niat yang ikhlas dalam mengajar. Sebagaimana sebuah hadis, menyatakan : “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya” (HR. Bukhari).
Dengan niat yang tulus karena Allah, pengajaran menjadi bentuk ibadah yang mendapatkan berkah. Jangan mengajar yang dipikir hanya gaji setiap tanggal 1 saja, yang besarnya tak seberapa.
2. Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, kemudian Tawakal
Sebelum memulai pembelajaran, seorang guru sebaiknya memanjatkan doa untuk memohon pertolongan dan petunjuk dari Allah. Tawakal atau berserah diri kepada Allah, juga penting agar setiap usaha yang dilakukan mendapat rahmat dan bimbingan-Nya. Begitu pula setelah selesai pembelajaran berdoa sepenuh hati, jangan sekedar memenuhi Tuntutan RPP.
3. Mengamalkan Akhlak Mulia
Guru harus menjadi teladan dalam berakhlak mulia. Siswa cenderung meniru perilaku guru mereka. Oleh karena itu, guru yang sabar, jujur, adil, dan penuh kasih sayang akan memberikan kesan mendalam dan menjadi panutan bagi siswa.
4. Menanamkan Nilai-Nilai Keislaman
Pembelajaran tidak hanya fokus pada pengetahuan akademis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai ke-Islaman seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, dan kepedulian sosial. Ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam setiap mata pelajaran. Seorang Guru/Kyai laku dan kata harus seirama.
5. Membangun Hubungan yang Baik dengan Siswa.
Dalam Islam, penting untuk membangun hubungan yang baik dan penuh kasih sayang dengan sesama. Guru harus mengenal siswa secara pribadi, memahami kebutuhan dan karakter mereka, serta mendukung perkembangan mereka. Ini akan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendalam. Gunakan “Bahasa Hati, Empati Peduli” bukan sekedar transaksi.
6. Mendengarkan dengan Hati
Mendengarkan dengan hati atau qalbu akan membantu guru memahami kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa. Dalam Islam, mendengarkan adalah bagian dari empati dan perhatian yang tinggi terhadap sesama.
7. Menyediakan Contoh-Contoh dari Al-Quran dan As-Sunah:
Menggunakan contoh-contoh dari Al-Quran dan Sunah Nabi (hadis shahih) dalam pembelajaran dapat memberikan pelajaran yang lebih mendalam dan relevan bagi siswa. Kisah-kisah nabi dan sahabat dapat menjadi inspirasi dan pelajaran hidup yang berharga.
8. Berzikir dan Mengingat Allah
Mengajak siswa untuk berzikir dan mengingat Allah dalam setiap kegiatan belajar. Ini membantu mereka menyadari kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka dan menjadikan proses belajar sebagai bentuk ibadah.
9. Refleksi dan Evaluasi
Guru harus sering melakukan refleksi terhadap metode pengajaran dan hubungan dengan siswa. Evaluasi yang jujur dan kontemplatif akan membantu meningkatkan kualitas pengajaran dan memastikan bahwa nilai-nilai Islam tetap terjaga dan diaplikasikan.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, seorang guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan spiritualitas siswa. Hal ini akan memastikan bahwa pembelajaran tidak hanya berkesan secara akademis, tetapi juga membekas dalam hati dan perilaku siswa, sesuai dengan ajaran Islam.
Sama sama berkata, beda nilai pahala. Saatnya kita lakukan setiap kata adalah pahala.
Hotel Gracia Semarang, 1 Juni 2024