M. Rifai
Adalah Carol Dweck, seorang Profesor dari Stanford University yang pertamakali mengemukakan secara eksplisit teori growth mindset.
Dalam bukunya yang berjudul Mind set : A New Pshycology of Success, Dweck menulis berbagai hal seputar pola pikir dan bagaimana pola fikir berkembang (growth mindset) menjadi faktor terpenting dalam mengembangkan kesuksesan manusia.
Dweck membagi pola pikir manusia dalam dua jenis. Yang pertama adalah fixed mindset, yaitu sebuah keyakinan yang dimiliki oleh seseorang bahwa kemampuan dan kecerdasan bersifat statis, tidak bisa berkembang dan ‘mandeg’.
Pola pikir semacam ini ditandai adanya kecenderungan menghindari tantangan (avoid challenges), mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan (give up easily), melihat usaha sebagai sesuatu yang sia-sia (seeing effort as fruitless), tidak suka terhadap masukan dan saran serta adanya perasaan terancam dengan (kesuksesan) orang lain.
Sedangkan pola pikir manusia yang kedua adalah apa yang disebut dengan growth mindset. Pola pikir ini memiliki keyakinan bahwa kecerdasan dan kemampuan seseorang tidaklah statis, namun bisa berkembang dan mampu dikembangkan.
Pola pikir ini ditandai dengan adanya kecenderungan menyukai tantangan (embrace challenges), tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan, melihat usaha sebagai cara untuk menjadi ahli dalam suatu hal, belajar dari kritik dan masukan orang lain (learn from criticisme) serta melihat kesuksesan orang lain sebagai sebuah inspirasi dan referensi untuk maju dan berkembang
Konsekuensi dari memiliki pola pikir berkembang (growth mindset) seseorang akan mencapai level tertinggi dari pencapaian kesuksesan, karena mereka memiliki kebebasan dalam bertindak.
Sebaliknya, pola pikir mandeg (fixed mindset) menjadikan capaian seseorang di bawah kemampuan dan potensinya. Hal ini dikarenakan cara pandang deterministik yang dimilikinya .
Salah satu substansi dari ajaran agama adalah membimbing dan memberi petunjuk umat manusia dalam menggunakan fikiran. Karena seluruh perbuatan manusia pada hakekatnya berawal dari fikiran.
Ajaran Islam misalnya, tidak hanya mendorong umat Islam agar menggunakan fikirannya, namun juga bagaimana memiliki pola pikir positif, berkembang dan menghindarkan diri dari fikiran yang jelek dan negatif.
Islam mendorong agar umatnya mampu membangun fikirannya dengan melaksanakan kebiasaan-kebiasaan positif, seperti :
(a) tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan (sabar),
(b). Senantiasa termotivasi untuk berusaha (berihtiar) dalam menghadpi masalah kehidupan,
(c) terbuka terhadap kritik dan masukan orang lain (lapang dada; samahah, musyawarah, dan
(d) melihat kesuksesan orang lain sebagai sebuah inspirasi dan referensi untuk maju dan berkembang ( ta’awun, tidak hasud dan dengki kepada orang lain).
Menjalankan agama dengan baik, dengan demikian, dapat menjadi jalan bagi seseorang untuk mengelola dan mengembangkan pola fikir yang baik dan berkembang (fixed mindset). Hiker substansi agama adalah membangun pola pikir dan mentalitas manusia.
Semoga kita dapat mengasah dan mengembangkan pola fikir sehingga menjadi growth mindset Amien ya Rabbal ‘alamien.
22 Agustus 2024
*) M. Rifai, Waka AIK, Guru PAI SMK Muhammadiyah 1 (Mutu) Kota Semarang