Benny Hendrawan
KEDUA orangtuaku hanyalah seorang PNS kecil di sebuah desa yang mungil. Tapi untuk urusan pendidikan anak- anaknya, kedua orangtuaku memiliki visi dan obsesi besar yang tidak dimiliki para orangtua lain di daerahku pada zaman itu.
Terlepas dari akan bekerja dan berprofesi sebagai apa kami nanti, yang jelas kedua orangtuaku sudah sejak dini memikirkan bahwa semua anak- anaknya harus sekolah yang setinggi- tingginya. Perkara apakah anak-anaknya itu nanti akan berhasil atau tidak dalam hidupnya, semuanya itu tentu akan kembali kepada takdir masing- masing. Yang terpenting bagi kedua orangtuaku, mereka telah memfasilitasi kebutuhan pendidikan untuk semua anak- anaknya tanpa terkecuali.
Orangtuaku memiliki 6 orang anak, 5 laki-laki dan 1 perempuan. Usia ke-6 anak-anak mereka ini terbilang rapat, yakni hanya berjarak 2 tahun. Jadi untuk urusan sekolah, bisa dibayangkan betapa repot dan mahalnya. Tapi ada satu hal yang menarik. Sejak di bangku Sekolah Dasar dan Menengah, kami sudah terbiasa hidup mandiri dan tinggal di perantauan yang jauh dari orangtua.
Pada waktu sekolah dan kuliah, orangtuaku mengirimkan satu per satu anaknya untuk menuntut ilmu di kota pendidikan Yogyakarta. Dimulai dari kakak tertuaku, lalu menyusul kakakku yang nomor 3, selanjutnya disusul aku, kemudian diikuti kakakku nomor 4, dan terakhir adikku yang paling bungsu. Dan pada suatu waktu, kami berlima akhirnya berkumpul dan bersekolah bareng di kota yang sama.
Menyekolahkan anak-anaknya hingga 5 orang sekaligus hampir secara bersamaan di Yogyakarta, bukanlah perkara gampang pada masa itu (apalagi pada masa sekarang, pasti berat di kantong). Pada tahun 80-an, (mungkin) orangtuaku adalah satu-satunya orangtua dari daerahku yang menyekolahkan anak- anaknya di Yogyakarta.
Lalu, apakah orang tuaku bergelimang harta yang melimpah? Oh, tentu saja tidak. Mereka hidup bersahaja layaknya kehidupan penduduk desa lainnya. Hanya saja, yang membedakan dengan orang lain, kedua orangtuaku memiliki banyak pasien yang tersebar mulai dari ujung desa ke ujung desa lainnya. Ya, kedua orangtuaku adalah perawat dan bidan desa yang menjadi perintis berdirinya Puskesmas Kecamatan Sembawa, Banyuasin, Sumatera Selatan. Bahkan hampir semua orang- orang sebayaku, lahir dari pertolongan ibuku dan dikhitan oleh jari- jemari dingin ayahku.
Ayahku memang bukanlah seorang perencana pendidikan yang ulung. Tapi beliau adalah seorang praktisi dan eksekutor lapangan yang teruji sekaligus seorang administrator yang mumpuni. Sebaliknya, ibuku adalah seorang perencana pendidikan yang pikirannya dua langkah lebih maju dari ayahku, sekaligus seorang ahli keuangan yang teruji dan terpercaya.
Jadi, kedua orangtuaku adalah kombinasi antara pasangan ahli perencana dan eksekutor serta ahli keuangan dan administrator. Kalau ibuku yang merencanakan pendidikan untuk anak-anaknya, maka ayahku berperan mengantar dan mencarikan sekolah buat kami. Kalau ibuku berperan mencari dan mengumpulkan uang, maka ayahku yang berperan menyimpan dan mengirimkan uang tersebut ke kami tiap bulan. Begitu pola kerja samanya yang terus terjaga dari masa ke masa.
Jadi, kalau kemudian kami akan berbicara tentang rencana- rencana kami kedepan, biasanya kami akan lebih banyak berdiskusi dengan ibu. Tapi kalau kami berencana tentang “bagaimana caranya” melaksanakan sesuatu, kapan, dimana, dengan siapa, dll, ohh..sudah tentu ayah kamilah ahlinya.
Bahkan, bukti bahwa ayahku adalah seorang administrator yang mumpuni, hingga akhir hayatnya, ayahku masih menyimpan dengan rapi semua surat-surat berharga kami, seperti ijazah, BPKB, sertifikat tanah, akte lahir, akte nikah, dll. Mulai dari dokumen berusia puluhan tahun silam, hingga ke dokumen kami yang terkini. Semuanya tersimpan rapi dalam lemari, tanpa rusak sedikitpun karena termakan oleh zaman.
Ahh, berbicara tentang visi pendidikan beliau berdua, tentu tak akan habis oleh cerita kami, anak-anaknya. Hari ini, adalah momen tahunan tentang pendidikan yang hanya akan kupersembahkan untuk beliau berdua. Semoga jerih payahmu jadi amal jariyah. Allahummagfirlahum warhamhum waafiha wa’fuanhum. Aamiiin YRA.
Selamat Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024.
Parentes esse pergamus qui educationem liberis semper praebent. (Mari terus menjadi orang tua yang selalu membersamai pendidikan bagi anak- anaknya).
Depok, 2 Mei 2024
*) Dr. Benny Hendrawan, Asesor SDM Ahli Madya, Biro SDM Kemendikbud- ristek, Psychologist and OD Specialist, Alumni SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta, mantan Aktivis IPM/IRM.