TAPAK-TAPAK KAKI PIMPINAN RANTING LEBIH JELAS TERDENGAR DI SURGA

Oleh: Rudi Pramono

Fordem.id – Sambil melangkah cepat karena gerimis mulai turun, malam Jum’at ini saatnya mengaji. Bergegas menapak jalan sempit terus memasuki jalan menurun yang lebar, menyeberang jalan yang lenggang dan mulai menanjak menuju lokasi pengajian di sebuah Panti Asuhan Muhammadiyah, terbersit rasa bangga menjadi bagian dari Muhammadiyah sebuah gerakan Islam pembaharu yang sukses menjadi pelopor kemajuan umat dan bervisi besar untuk peradaban Islam ke depan.

Semakin bangga sekaligus terharu menjadi bagian dari Pimpinan sekaligus jamaah Ranting Muhammadiyah. Sebuah posisi terendah dalam organisasi, namun sarat nilai, bergaul tertawa dengan warga biasa orang-orang awam, sederhana, tidak terkenal, terselip, tenggelam diantara kebesaran Muhammadiyah dikancah nasional maupun internasional memiliki aset luar biasa mencapai lebih dari 450 T dan menempati posisi ke 4 ormas keagamaan terkaya di dunia.

Di Ranting semua serba sederhana, yang penting ada pengajian rutin seperti Kata pak AR ruh Muhammadiyah itu pengajian, sambil tertatih tatih menghimpun dana sedikit demi sedikit dari jamaah, tak terbersit sama sekali untuk meminta ke pusat yang kaya, karena aset Muhamadiyah itu meski secara hukum an PP tapi kepemilikannya milik elemen-elemen dalam organisasi/amal usaha diberbagai tingkatan.

Baca Juga:  NEGERI PARA PENGHUJAT

Ranting meski pucuk dari sebuah pohon tapi hakekatnya akar, kalau akarnya rapuh maka pohon itu akan mudah tumbang terhempas oleh angin lalu lintas kepalsuan jaman dengan kebebasan nilai-nilainya.

Di Ranting dan amal usaha perjuangan dengan gaji yang minim itulah sesungguhnya akar dari pohon besar Muhammadiyah. Pohon yang semakin besar dan semakin tinggi akan digoyang angin berhembus yang semakin kencang artinya banyak godaan entah itu kepopuleran, ujian kehormatan, jabatan dan semua yang sifatnya dunia yang sangat mudah melalaikan manusia siapapun dia, ulama, ustadz maupun kaum terpelajar.

Pohon besar itu adalah posisi puncak dan menengah yang akan mudah tumbang, oleh godaan pragmatisme, konflik kepentingan dan kekuasaan dan semua yang sifatnya duniawi, merembet ke image organisasi. Namun sepanjang akarnya kuat maka pohon organisasi itu tetap kokoh berdiri. Pohon itu terselamatkan oleh akar tradisinya sendiri yaitu jamaah di akar rumput sebagai basis aqidah, akhlak dan jihad, sarat nilai-nilai kebaikan, keutamaan dan kemuliaan.

Baca Juga:  GOMBAL

Akar itu adalah Ranting dan AUM kecil dengan gaji yang minimal, sebuah posisi terendah gerakan dakwah, yang tidak terekspos, tidak terkenal, sunyi jauh dari hiruk pikuk duniawi tapi disitulah kekuatannya, kemurnian dan ketulusannya. Mulai dari menghidup-hidupkan pengajian, ikhlas mendidik anak di sekolah, mandiri, mengumpulkan dana sedikit demi sedikit, membelanjakan dengan hemat.

Karena sebagian harus setor ke tingkat diatasnya, menjaga jamaah tetap istiqomah, mencari kader muda yang sangat tidak mudah, ‘ngemong’ dan ‘ngeman’ jamaah yang beragam, target KPI, menggerakkan AUM dengan sumber daya dan dana yang sangat terbatas.

Ditengah kesibukan mencari nafkah dan merawat keluarga, ditambah menjaga relasi dengan masyarakat yang berbeda terutama dalam paham keagamaan dan beda organisasi, itu semua menjadi jalan jihad, jalan kemuliaan, jalan makrifat, jalan takwa yang akan menempatkan mereka insha Allah pada maqam’ yang lebih tinggi di sisi Allah SWT dari lainnya.

Baca Juga:  Suara Hati Emak-Emak Menyikapi Pergantian Pemimpin

Sering kita dengar orang berkata: “Orang-orang di tingkat Rantinglah yang pertama kali masuk surga, semua karena komitmen terhadap ajaran Islam, dakwah dan amal dengan sumber daya yang serba terbatas dan semangat juang sarat nilai-nilai jihad yang diajarkan Rasulullah SAW.”. Menjadi jejak tapak-tapak kaki para Pimpinan Ranting lebih jelas terdengar di Surga.

Pimpinan Ranting seperti Bilal yang suara terompahnya terdengar di surga, Bilal seorang penyeru demikian pula di Ranting termasuk amal usaha di tingkat bawah sebagai penyeru agar manusia tetap terjaga fitrah kemuliaannya. Para aktifis dan warga di tingkat Ranting itu mereka bukanlah orang bodoh, orang rendah, orang kecil mereka adalah calon-calon penghuni surga. Insha Allah.

Mengapa kita tidak membersamai mereka ?

Wallahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *