Ustadz Akhmad Asikin Mustofa
Di Madinah, tidak terlalu jauh dari Masjid Nabawi, ada sebuah properti sebidang tanah dengan sumur yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Sumur itu dikenal dengan nama “Sumur Ruma” (The Well of Ruma), karena dimiliki seorang Yahudi bernama Ruma.
Sang Yahudi menjual air kepada penduduk Madinah dan setiap hari orang antri untuk membeli airnya. Diwaktu tertentu sang Yahudi menaikkan seenaknya harga airnya dan rakyat Madinah-pun terpaksa harus tetap membelinya. Karena hanya sumur inilah satu-satunya yang tidak pernah kering.
Melihat kenyataan itu, Rasulullah saw. bersabda : “Kalau ada yang bisa membeli sumur ini, balasannya adalah Surga“.
Seorang Sahabat Nabi bernama Usman bin Affan mendekati sang Yahudi. Usman menawarkan untuk membeli sumurnya. Tentu saja Ruma sang Yahudi menolak. Ini adalah bisnisnya dan ia mendapat banyak uang dari bisnisnya.
Namun Usman bukan hanya pebisnis sukses yang kaya raya, ia juga seorang negosiator ulung. Ia bilang kepada Ruma : “Aku akan membeli setengah dari sumurmu dengan harga yang pantas, jadi kita bergantian menjual air, hari ini kamu, besok saya“.
Melalui negosiasi yang sangat ketat, akhirnya sang Yahudi mau menjual sumurnya senilai 1 juta Dirham dan memberikan hak pemasaran 50% kepada Usman bin Affan.
Apa yang terjadi setelahnya membuat sang Yahudi merasa keki. Ternyata Usman menggratiskan air tersebut kepada semua penduduk Madinah. Penduduk pun mengambil air sepuasnya, sehingga keesokan harinya mereka tidak perlu lagi membeli air dari Ruma sang Yahudi.
Merasa kalah, sang Yahudi akhirnya menyerah, ia meminta Usman bin Affan untuk membeli semua kepemilikan sumur dan tanahnya.
Tentu saja Usman tidak harus membayar lagi seharga yang telah disepakati sebelumnya. Sampai sekarang di Madinah, sumur tersebut dikenal dengan nama “Sumur Usman” atau The Well of Usman. Tanah luas sekitar sumur tersebut menjadi sebuah kebun kurma yang diberi air dari sumur Usman. Kebun kurma tersebut dikelola oleh Badan Wakaf Pemerintah Saudi sampai hari ini.
Kurmanya diekspor ke berbagai negara di dunia, hasilnya diberikan untuk yatim piatu dan pendidikan.
Sebagian dikembangkan menjadi hotel dan proyek-proyek lainnya, serta sebagian lagi dimasukkan kembali ke sebuah Rekening Bank Tertua di dunia, atas nama Usman bin Affan.
Hasil pengelolaan kebun kurma dan grup bisnisnya saat ini menghasilkan 50 juta Riyal per tahun. Setara dengan Rp 200 Milyar per tahun.
Sang Yahudi tidak akan pernah menang. Kenapa ? Karena visinya terlalu dangkal. Ia hanya hidup untuk masa kini, semasa ia hidup di dunia. Sedangkan visi dari Usman bin Affan adalah jauh ke depan. Tidak hanya ketika hidup di dunia, tapi hingga kehidupan abadi di akhirat.
Ia rela berkorban untuk menolong sesama manusia yang membutuhkan. Dan ia menatap sebuah visi besar yang bernama “Shadaqatun Jariyah, Sedekah Berkelanjutan“. Sebuah shadaqah yang tidak pernah berhenti, bahkan pada saat manusia sudah mati. Inilah cara memajukan Islam secara cerdas dan barokah dunia akhirat.
Ingat “dawuh” (perintah) Baginda Rasulullah saw. yang pernah bersabda, artinya : “Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala.”
(HR. Al-Bukhari)
Wallahu’alam bi shawab
Kendal, 8 Desember 2023
*) Dewan A’wan PC JQH NU Kab. Kendal, Pengasuh Pengajian On-line ‘Ngatur Jiwo’, Ketua Komite SMP-SMK Ponpes Sabilurasyad Kendal, Jamaah Majlis Tadabur Al-Quran (MTAQ), Pengurus PCNU Kendal.