Oleh: Izzul Muslimin – Sekretaris PP Muhammadiyah
Fordem.id – Milad Muhammadiyah yang ke 112 kali ini mengambil tema “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua”. Mungkin ada terbersit pertanyaan pada sebagian orang, mengapa kok kemakmuran, bukan adil dan makmur? Kemakmuran untuk semua mengandung maksud adanya pemerataan dan tidak pandang bulu, bukan ada yang makmur sebagian kecil tapi sebagian besar belum merasakan. Muhammadiyah sejak awal berdiri berprinsip agar kemakmuran itu tidak hanya dinikmati segelintir orang. Jadi kemakmuran untuk semua itu berarti juga kemakmuran yang berkeadilan.
Maka muncullah gerakan Al Maun, peduli kepada yang miskin, yatim, dan berkesusahan. Muhammadiyah tidak anti orang kaya, tapi orang kaya harus peduli kepada sesama. Muhammadiyah juga memberdayakan rakyat melalui pendidikan, salah satu cara untuk mengubah nasib seseorang.
Seratus tahun lalu, tepatnya 7 Juni 1924 lewat gerakan Fonds Dachlan Muhammadiyah memberangkatkan 4 anak muda belajar ke Lahore, India (sekarang Pakistan). Meskipun gerakan ini tidak berlanjut karena muncul konflik yang agak ideologis, tetapi ide pembentukan Fonds Dachlan ini perlu menjadi perhatian dan dihidupkan kembali dengan format yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Menurut laporan Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, tahun ini ada 18 Fakultas Kedokteran yang dimiliki Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah. Jika masing-masing menerima 3 orang mahasiswa yang dibiayai melalui gerakan semacam Fonds Dachlan, maka tiap tahun ada 54 orang calon dokter yang disiapkan Muhammadiyah. Jika tiap orang membutuhkan biaya kuliah sekitar 1 milyar rupiah hingga jadi dokter, maka perlu dana 54 milyar.
Darimana dana itu didapat? Tentu dari gotong royong, jangan hanya dibebankan kepada perguruan tinggi masing-masing.
Lalu siapa yang berhak mendapatkan beasiswa? Siswa-siswi lulusan terbaik sekolah Muhammadiyah. Tentu melalui proses seleksi yang ketat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Lalu setelah lulus mereka akan kemana? Mereka harus siap mengabdi di rumah sakit dan klinik Muhammadiyah di berbagai pelosok di Indonesia.
Mustahil nggak sih? Kalau cuma jadi angan-angan ya akan mustahil. Tapi kalau kita kerjakan bersama insya Allah tidak. Ingat pesan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya: Jadilah kamu guru, dokter, master, insinyur dll. Lalu kembalilah kepada Muhammadiyah.