Qurban: Jalan Pendidikan Menuju Kesalehan Sosial

Today's Inspiration Bagian Ketigapuluh Delapan

#Teacher’s Inspiration Serial 18

Oleh: Lukman Hakim

Fordem.id – Ibadah dalam Islam bukan hanya soal hubungan vertikal antara manusia dan Tuhannya. Lebih dari itu, ibadah juga menjadi sarana pendidikan hati dan karakter manusia agar mampu hidup dalam harmoni sosial. Salah satu ibadah yang sarat makna sosial adalah qurban.

Kita diajarkan bahwa puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi lebih dari itu: agar manusia, khususnya yang berkecukupan, bisa merasakan betapa beratnya hidup dalam kelaparan seperti yang dialami kaum miskin setiap hari. Maka, setelah Ramadan, datanglah Iduladha dan ibadah qurban sebagai kelanjutan dari pelajaran empati itu.

Ibadah qurban tidak sekadar menyembelih hewan, melainkan menyembelih ego dan keangkuhan diri. Ia adalah panggilan untuk berbagi: agar yang jarang menikmati daging, bisa merasakannya walau setahun sekali. Dalam daging yang dibagikan itu, terselip cinta, solidaritas, dan pengakuan bahwa sesama manusia harus saling menguatkan.

Baca Juga:  Menjadikan Pemilu 2024 Sebagai Pesta Demokrasi yang Menggembirakan dengan Meningkatkan Partisipasi Publik dan Proses yang Adil

Kesalehan itu tidak cukup berhenti di sajadah. Dalam Islam, seseorang yang rajin ibadah disebut saleh pribadi. Tapi keutamaan tertinggi ada pada mereka yang juga saleh sosial—yang ibadahnya menjelma menjadi kebaikan nyata bagi sesama. Allah mengajarkan bahwa pelanggaran hubungan dengan manusia tidak cukup ditebus dengan doa atau istighfar, tetapi harus melalui permintaan maaf kepada sesama. Di sinilah letak pentingnya hablumminannas—kesadaran akan tanggung jawab sosial.

Semangat qurban adalah semangat untuk memberi, berkorban, dan melayani. Nilai inilah yang sejatinya menjadi inti dari pendidikan. Seorang guru adalah representasi nyata dari nilai qurban itu sendiri. Di tengah keterbatasan ekonomi, banyak guru tetap berdiri tegak mendidik generasi, meski dengan bayaran yang tak sebanding dengan pengorbanannya. Terutama para guru di sekolah berbasis agama, mereka tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menanamkan nilai, keikhlasan, dan keteladanan.

Baca Juga:  Sudono Ajak Masyarakat Purbalingga Teladani Ketaatan Nabi Ibrahim

Pendidikan sejati adalah ibadah. Dan guru adalah pejuang qurban yang mengalirkan keberkahan ilmu tanpa pamrih. Mereka tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga menumbuhkan nurani kemanusiaan pada murid-muridnya.

Dalam momen Iduladha, mari kita refleksikan: sudahkah pendidikan yang kita jalankan membentuk manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli? Sudahkah kurikulum kita melatih empati dan semangat berbagi? Sudahkah kita sebagai pendidik memiliki semangat qurban dalam setiap langkah mendidik?

Karakter unggul tidak hanya terbentuk lewat nilai akademik, tetapi juga lewat praktik nyata dari nilai-nilai sosial. Maka, pendidikan harus menjadi ladang tumbuhnya kesalehan sosial—dan itu hanya mungkin jika guru dan peserta didik sama-sama memaknai hidup sebagai ladang pengorbanan dan pengabdian.

Baca Juga:  Bagaimana Cara Mengikis Politik Uang?

Qurban bukan sekadar ritual. Ia adalah jalan pendidikan hati. Dan dari hati yang terdidik, akan lahir generasi yang tak hanya cerdas pikirannya, tapi juga mulia jiwanya.

“The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others.”

(Cara terbaik untuk menemukan siapa dirimu sebenarnya adalah dengan mengabdikan dirimu untuk melayani orang lain.).

No one has ever become poor by giving.

(Tidak pernah ada dalam sejarah bahwa orang jadi miskin karena gemar sedekah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *