MENJAGA PERSATUAN

Pesan-Pesan Tuhan

Oleh: Margo Hutomo

Allah SWT berfirman:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ
Artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(QS. Al-Anfal ayat 46)

Pada awal ayat di atas, terdapat perintah untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu disusul dengan perintah untuk tidak berbantah-bantahan satu sama lain, serta selalu mengutamakan sabar di segala situasi. Baru kemudian dinyatakan bahwa Allah Swt bersama orang-orang yang sabar.

Beberapa poin inilah yang dapat dijadikan pedoman penting dan pengingat bagi umat Islam dalam rangka menjaga persatuan di kehidupan sehari-hari.

Pemahaman ini diperkuat penjelasan dari beberapa mufasir seperti Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya yang mengutarakan, bahwa sahabat terdahulu memiliki keberanian yang diiringi dengan sikap taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. Para sahabat juga selalu menghindari pertengkaran di dalam kelompok yang dapat memicu terjadinya perpecahan, sehingga memudarkan kekuatan pada kubu sendiri. Tabah dalam menghadapi musuh juga menjadi kunci kemenangan akhir yang diperoleh para Sahabat Nabi saw. saat berperang. (Qur’anul ‘Azim, 4/63).

Al-Qurtubi juga menafsirkan demikian, berfokus pada beberapa poin yakni perintah taat pada Allah Swt. dan Rasul dalam memutuskan segala sesuatu dan menyelesaikan perselisihan dari sebuah masalah. Sebab perselisihan akan menimbulkan kerusakan.

Baca Juga:  FORUM AMBULAN-MU JATENG

Adanya perumpamaan sikap sabar dengan angin, bermakna agar kemanapun pergi hendaknya kalian dapat memanfaatkan kesabaran itu dengan baik agar persatuan tetap terjaga. Penafsiran ini memberikan gambaran pada Nabi saw. yang tidak pernah berselisih saat berperang merupakan kunci kemenangan yang diperoleh pada masa itu (al-Jami li al-Ahkam al-Qur’an, 10/40-41).

Hamka dalam kitab tafsirnya mengutarakan bahwa taatlah kalian kepada Allah Swt dan Rasul, artinya patuh dan tunduk kepada pemimpin agar kekuatan tetap terjaga. Kemudian jangan berbantah-bantahan, sebab kemenangan tidak akan dapat diperoleh apabila tidak satu komando. Kunci kemenangan yang tidak kalah penting adalah sabar. Sebab sabar merupakan daya tahan yang dapat digunakan seseorang dalam menghadapi kegagalan serta kemenangan yang datang beriringan di kemudian hari. (Al-Azhar, 4/2777).

Larangan untuk berselisih tidak hanya berlaku pada saat perang, akan tetapi untuk berbagai hal yang menyangkut keberhasilan bersama. Nawawi al-Bantani mengutarakan bahwa dengan bersabar akan menghindari kesulitan dalam masa berperang. Saat berperang terdapat beberapa hal yang harus dihindari yakni berselisih, patah semangat dan takut akan kegagalan. Sebab kekuatan yang ada perlahan akan hilang, jika anggotanya tidak dapat mengendalikan kesabaran mereka (Marah Labid, 1/428).

Baca Juga:  HOMO EKONOMIKUS

Terdapat tiga perintah dalam ayat ini. Yaitu: Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jangan berselisih atau bertikai, dan perintah bersabar. Ketiganya seakan merupakan urutan dan pedoman bagi umat Islam untuk menjaga persatuan.

Pedoman Pertama, yaitu aturan yang telah ditetapkan Allah Swt dan yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Jika kemudian terjadi perselisihan, maka ingatlah Pedoman Kedua dan Ketiga. Yaitu jangan berselisih dan harus tetap bersabar.

Situasi perang yang menjadi konteks pertama surat ini cukup memberi gambaran bahwa pada kondisi yang sangat genting dan penting, pesan utamanya adalah tetap harus menjaga persatuan dengan berpegang teguh kepada Allah, Rasul, serta bersabar. Di tengah hal-hal itu, ada pengingat untuk tidak berselisih atau bertikai karena akan melemahkan kekuatan dan akhirnya akan menyebabkan kekalahan dari musuh.

Kondisi tersebut cukup mendeskripsikan bagaimana pesan penting dan cara menjaga persatuan dalam suatu kelompok. Dalam konteks sebagai warga negara, ayat ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu berusaha menjadi warga negara yang baik dengan selalu menjaga kekuatan bersama. Yaitu menjaga persatuan dan meminimalisir terjadinya perselisihan.

Baca Juga:  Salatiga Merayakan Kerukunan

Namun demikian, poin penting dalam surat al-Anfal ayat 46 tersebut dapat dijadikan pedoman umat Islam tidak hanya berlaku saat berperang. Pedoman ini juga berlaku pada kondisi di luar perang. Persatuan dalam ayat ini digambarkan sebagai sebuah kekuatan yang dapat dijaga oleh dan antar anggota yang terlibat dalam suatu kelompok tersebut. Apabila persatuan terjaga dengan baik, mereka tidak akan mudah goyah sehingga dapat meminimalisir perpecahan yang tidak diinginkan.

Terlepas dari hal itu, sikap berbantah-bantahan merupakan hal yang harus dihindari dalam memutuskan segala sesuatu. Sebab hal inilah yang menjadi pemicu awal memudarnya sebuah kekuatan. Selanjutnya upaya yang dapat dilakukan adalah sikap sabar dalam menerima hal-hal yang mungkin muncul di luar rencana. Surat al-Anfal ayat 46 ini memberi intruksi pada umat Islam untuk bersikap sabar demi tercapainya kemenangan bersama.

Ada lima macam sabar, yaitu:
(1) Sabar menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya;
(2) Sabar menjauhi larangan-Nya;
(3) Sabar tidak mengeluh ketika menerima cobaan;
(4) Sabar dalam perjuangan, sampai tetes darah penghabisan;
(5) Sabar menjauhkan diri dari kemewahan dan perbuatan yang tidak berguna, serta hidup sederhana.
Wallahu A’lam

*) Red. Fordem.id – Batang, 8 Juli 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *