Margo Hutomo
Allah Swt. berfirman :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya :
“Ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata : Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu manusia yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih memuji Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“.
(Qs. Al-Baqarah : 30).
Pada ayat diatas Allah Swt memberitakan kepada para malaikat bahwa diri-Nya ingin menciptakan manusia sebagai makhluk pengelola bumi atau khalifah (sebuah kata benda nakirah/umum), yang konotasinya komunitas manusia. Diantara perannya yakni sebagai “homo ekonomikus” makhluk yang wajib tunduk kepada hukum ekonomi.
Konsekuensinya, manusia dituntut memakmurkan bumi, mengolah dan memberdayakannya dengan adil dan seimbang sesuai tuntunan wahyu-Nya. Sehingga diharapkan tidak timbul kerusakan di bumi. Dan apabila dilanggar, maka apa yang diprediksikan para malaikat pasti terjadi.
Ayat diatas seolah- olah menyiratkan bahwa sebelum adanya khalifah (Adam As), sudah ada makhluk di bumi yang berprilaku suka merusak dan menumpahkan darah didalamnya.
Atas prediksi ini, Tuhan menjawab dengan berkata :
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya“. Tuhan tidak membantah apa yang menjadi prediksi para malaikat. Namun Tuhan menyatakan bahwa diri-Nya adalah Dzat yang Maha Berilmu lagi Maha Mengetahui segala hal yang tidak diketahui oleh semua makhluk-Nya. Sehingga para malaikat tidak selayaknya meragukan kemampuan-Nya.
Dibalik pernyataan ayat diatas terkandung makna sebagai berikut :
01. Manusia selayaknya menyadari bahwa tujuan Tuhan menciptakan dirinya adalah untuk menjadi khalifah atau penguasa atas pengelolaan sumber daya alam yang ada di bumi.
Untuk itu dibutuhkan iman, ilmu dan akhlak dalam mewujudkan tujuan penciptaannya. Sehingga apa yang menjadi prediksi para malaikat tidak terjadi. Jika hilang salah satunya, maka prediksi para malaikat pasti terjadi.
02. Untuk terwujudnya tujuan penciptaannya itu, manusia diberi ilmu pengetahuan untuk mempertahankan eksistensinya sebagai makhluk berjasad yang membutuhkan hal-hal yang bersifat material.
03. Manusia selayaknya menyadari, meskipun dirinya memiliki ilmu pengetahuan yang banyak, tapi sifatnya sangat terbatas. Maka menjadi tidak pada tempatnya, apabila manusia berlaku sombong (egois) dan ingkar sebagaimana yang dilakukan iblis.
Bahkan semestinya bersyukur kepada-Nya dan bertasbih mensucikan dzat, sifat dan asma-Nya, sebagaimana yang dilakukan oleh para malaikat.
Wallahu A’lam
Batang, 06/01/2024