KERJA IKHLAS PETUGAS KESEHATAN

Thontowi Jauhari

Tepat jam 08.23 WAS, terdapat laporan, Tumirah, jamaah haji Kloter SOC 92, kelelahan saat menunaikan thowaf ifadhoh. Tumirah “deprok” tidak punya tenaga di depan makam Ibrahim.

Demikian berita di WAG Karu-Karom SOC 92. Kurang dari 3 jam, tepatnya jam 11.08 WAS, atau 2 jam 45 menit setelah kejadian, Ketua Kloter SOC 92, Miftahul Huda, menyampaikan laporan bahwa Tumirah sudah ditangani.

Luar biasa, pak Miftah ini. Gesit banget. Kerja tanpa mengenal lelah melayani kebutuhan anggota tanpa memandang siapapun itu.

Termasuk menangani Tumirah, yang kelelahan tadi. Tim kesehatan yang berada dalam wilayah kepemimpinannya di Kloter SOC 92, sudah sampai lokasi melakukan mitigasi kejadian, jangan sampai kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi.

Saya heran, karena malamnya ada rapat Karom-Karu. Salah satu keputusannya, agar seluruh Karom-Karu mengkondisikan anggotanya untuk istirahat dahulu. Tidak tergesa-gesa menunaikan Thowaf Ifadhoh.

“Agar kita memberikan hak-hak tubuh untuk istirahat. Paling tidak tiga hari lagi, baru melaksanakan Thowaf”, demikian kata dr Ferra, ketua Tim Kesehatan Kloter SOC 92.

Baca Juga:  NGAJI DI SALAFI, BEKERJA DI MUHAMMADIYAH, DAN AKTIF DI NU

Kegiatan Armuzna (Arofah, Muzdalifah dan Mina) itu sangat menguras energi. Istirahat kurang dan menjadikan nyaris seluruh jemaah haji terkena batuk, pilek dan radang tenggorokan.

Bagi yang Risti (resiko tinggi), tentu ini berbahaya. Jika ia sudah punya penyakit jantung, tensi darah tinggi, punya penyakit gula dan kolesterol tinggi, sangat beresiko. Akan terjadi kefatalan jika kelelahan.

Lah, bukannya Karom-Karu ikut rapat? Mendengar langsung nasihat dr. Ferra?

Saat muzawir KBIH Al Kautsar, Munawar, mengumumkan agar para jamaah haji yang berada dalam bimbingan KBIH Al- Kautsar, tanggal 20 Juni 2024, jam 22.00 untuk melakukan Thowaf Ifadhoh berombongan.

Saya langsung merespon : “Rapat Karom-Karu dengan petugas, disarankan ada jeda untuk memberikan hak-hak tubuh untuk istirahat. Kata dr. Ferra”.
Maka thowaf ifadhoh dilakukan, menurut dokter, 3 hari setelah Armuzna.

Rapat baru tadi malam, tidak enak kita tidak taat ke petugas. Menurutku, jangan nanti, tapi tanggal 21. Untuk menghargai hasil rapat tadi malam.

Iya, tanggal 21 Juni, berarti hanya jeda 2 hari, tidak tiga hari seperti saran dr. Ferra. Saya memang memoderasi di tengah-tengah.

Baca Juga:  MENJADI PENGAWAS TPS

Maka, saat ditanya anggota lainnya terkait pelaksanaan Thowaf Ifadhoh, jawaban saya masih sama. Saya menghargai hasil rapat, tidak mau menanggung resiko melanggar kesepakatan.

Menjunjung tinggi kesepakatan itu bukan hanya penting, bahkan sangat penting dan urgen.

Hakekatnya, kehidupan sosial itu adalah bentuk perjanjian atau kesepakatan bersama. Suatu ketertiban senantiasa berawal sejauh mana kita menaati hasil kesepakatan atau musyawarah bersama tersebut.

Maka, kalau saya diminta melanggar kesepakatan, itu bukan sifat-sifat saya. Saat kita telah berkomitmen, kita harus pegang komitmen itu. Itulah nilai dalam hidup. Tentu subyektif, menurut saya.

Saya belum tahu kondisi terkini Tumirah. Yang pasti, pak Man (demikian kita biasa memanggil Pak Ngatiman) mengirimkan video pendek, bahwa Tumirah sudah ditangani.

“Maaf ijin matur bapak karom dan karu, Bu Tumirah sudah kita temukan…Mohon menjadi pelajaran kita bersama bahwa pastikan kondisi lansia fit. Konsultasikan dengan dokter Fera sebagai penanggung jawab status kesehatan atau keistitohan jamaah ketika melakukan rangkaian ibadah haji” demikian saran pak Man, dengan penuh sabar dan ikhlas.

Baca Juga:  Mengintip 3 Modus Jebakan Politik Uang

Tim Kesehatan Kloter SOC 92 itu nampak kompak : dr. Ferra, pak Man dan bu Etty. Mereka melakukan penanganan kesehatan dengan penuh totalitas. Jiwa menolongnya memang sudah tertempa, di masing-masing tempat kerjanya.

“Mengingatkan lagi nggih Bapak Karom & Karu, untuk tetap dalam 1 komando. Istirahat dalam 3 hari sesudah kepulangan. Jangan terburu-buru untuk thowaf ifadhah terutama risti & lansia. Dan saat ada yg tidak kuat melanjutkan, akhirnya ditinggal rombongannya, kita kesulitan untuk evakuasi”, demikian pesan singkat dr. Ferra dalam WAG dengan penuh sabar.

Akhirnya saya hanya bisa berdoa : semoga seluruh petugas haji kita ini, senantiasa sehat. Senantiasa dimudahkan dalam seluruh urusannya. Diluaskan riskinya. Dan mereka juga dapat haji mabrur dan diampuni seluruh dosa-dosanya. Aamien.

Makkah, 20 Juni 2024 jam 16.27 WAS

*) Drs. Thontowi Jauhari, S.H., M.Si. Wakil Direktur RS PKU Aisyiyah Boyolali, Advokat, Mantan DPRD Jateng 2004-2009.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *