GENERASI TELOLET

Opini331 Views

M. Izzul Muslimin

Menjelang balik ke Jakarta, kami sengaja mampir ke Bakso Telkom yang legendaris itu di jalan Gedong Kuning Yogyakarta. Yang membuat saya agak heran, di seberang jalan tempat saya makan bakso berkumpul anak-anak sekitar usia 7 sampai dengan 12 tahun dengan membawa hp berjajar di pinggir jalan. Jumlahnya mungkin hampir seratusan anak. Beberapa anak malah didampingi oleh orang tuanya.

Saya tanya anak saya, mereka lagi ngapain? Kata anak saya, mereka sedang menunggu bis yang mau lewat. Rupanya di samping Bakso Telkom ada pusat oleh-oleh yang didatangi bis pariwisata. Benar juga, ketika beberapa bis keluar mereka disambut meriah oleh anak-anak yang sedang berjajar di pinggir jalan itu.

Ketika ada bis yang mengeluarkan klakson khas yang dikenal dengan istilah ‘telolet’, anak-anak itu langsung berbinar dengan berbagai ekspresinya sambil merekam kejadian itu dengan hp yang mereka bawa. Ada yang berjoget-joget kegirangan, ada yang sambil teriak ‘Om, telolet Om!!!’, dan ada yang dengan serius merekam kejadian bis yang mengeluarkan bunyi-bunyian itu.

Baca Juga:  Tanpa Komitmen dan Keberpihakan

Menurut info anak saya yang sering lewat di jalan tersebut, kejadian itu berlangsung sejak selepas Ashar hingga menjelang Maghrib. Jumlah anak-anak yang menunggu di pinggir jalan akan semakin banyak saat hari libur, karena juga semakin banyak bis yang mampir ke pusat oleh-oleh tersebut.

Beberapa berita tentang fenomena anak-anak menunggu bis membunyikan klakson ‘telolet’ sudah beredar tiga atau empat tahun belakangan ini. Bahkan ada kejadian tragis ketika ada anak yang tertabrak bis karena mereka berkumpul terlalu ke tengah jalan. Karena kejadian itu pihak polisi pernah membuat larangan bagi bis mengeluarkan klakson telolet tersebut.

Selama ini saya hanya menyaksikan beberapa anak saja (tidak lebih dari sepuluhan anak) yang bergerombol di pinggir jalan menunggu klakson telolet itu. Dan baru kali ini di Yogya saya menyaksikan ada puluhan bahkan hampir seratusan anak bergerombol, dan didampingi orang tuanya menunggu suara telolet itu.

Baca Juga:  Tujuh Ciri Khas Din Islam

Ini fenomena sosial yang menarik. Tampaknya anak-anak itu seperti kecanduan mendengar suara telolet itu. Bahkan jika dilihat ekspresinya, mereka seperti menemukan kebahagiaan tersendiri saat mendengar bunyi klakson yang khas itu. Bahkan mereka rela menunggu berjam-jam hanya untuk mendengar suara klakson bis tersebut.
Rekaman telolet bis yang mereka dapat lewat hp semakin menyempurnakan kebahagiaan dan menjadi sesuatu yang bisa mereka banggakan kepada teman-temannya.

Sebenarnya, setiap anak mempunyai dunia dan fantasi tersendiri. Di zaman saya kecil dulu ada masa ketika anak-anak suka dengan permainan layang-layang, bola kelereng, main kartu, dan lain-lain. Atau di zaman anak-anak saya masih kecil, mereka suka dengan permainan game online, sepeda, atau futsal. Menunggu suara telolet bis dan merekam di hp mungkin juga semacam fantasi tersendiri buat anak-anak. Hanya memang ada risiko dan bahaya ketika hobi itu dilakukan di jalan raya atau di pinggir tol.

Baca Juga:  Dua Penyakit Berbahaya

Memang agak susah untuk mendapatkan penjelasan mengapa mereka bisa tertarik dan kecanduan dengan bunyi telolet itu. Apa keistimewaan dan kenikmatannya? Tapi itulah fenomena sosial yang kadang memang tidak butuh penjelasan apalagi dengan pikiran yang rasional. Itu sama dengan menjawab pertanyaan mengapa anak remaja suka tawuran, atau mengapa orang dewasa begitu suka membela mati-matian jagoan presidennya. Bisa jadi itulah fantasi yang membuat hidup kita jadi lebih hidup. Wallahu a’lam.

Jakarta, 6 Mei 2024
*) Muhammad Izzul Muslimin, Sekretaris PP Muhammadiyah, mantan Ketua Umum PP-IRM dan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *