M.Adam Ilham Mizani
Bulan Syawal menjadi momentum bagi umat Islam khususnya persyarikatan Muhammadiyah dengan tradisinya, mengadakan tradisi Halal Bihalal, tidak lain bertujuan saling menyambung sillaturrohim dan memperkokoh ukhuwah islamiyah antar sesama muslim dan umat beragama.
Istilah Halal Bihalal ada yang memperkenalkan pada tahun 1942, tepatnya Majalah Suara Muhammadiyah (SM) edisi no.5 dengan tulisan “Alal Bahalal”, dan Chalal Bi Chalal”. Tradisi yang selalu melekat dan sudah merebak kemana-kemana, tentu menjadi energi positif bagi umat muslim untuk mensyiarkan pesan-pesan risalah Islam dalam konteks KeIndonesian, sebagai bangsa yang penuh kemajemukan ditandai dengan keanekaragaman suku dan kebudayaan.
Ada pesan yang begitu menyentuh sanubari kita, apa yang disampaikan oleh Kyai Hasan Asy’ari Ulama’i (Wakil Ketua PWM Jateng) dalam acara halal Bihalal yang diselenggarakan oleh keluarga besar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM ) Kabupaten Sukoharjo yang baru dilaksanakan pada Sabtu (4/5). Bulan Syawal menjadi bulan untuk kembali meningkatkan amaliyah dan memperbanyak amal sholeh sebagaimana apa yang dilakukan dibulan ramadhan, bukan justru menurunkan semangat Ibadah apalagi bulan syawal hanya naik berat badan saja.
Ulama Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Al-Marifah mengatakan,” Laisa al-‘id liman labisa al-jadid, wa lakinna al-‘idu liman taqwa hu ya yazid,” ( hari raya idul fitri bukan bagi orang yang memakai baju baru,sejatinya hari raya idul fitri itu bagi orang yang semakin bertambah ketaatannya). Beliau mengatakan amal-amalan bulan syawal yang ada dalam tuntunannya; 1 Syawal melaksanakan sholat Ied dan melaksanakan puasa syawal.
Diantara banyak orang muslim yang percaya diri masuk atau berburu surga hanya dengan menjalankan sholat tanpa peduli dengan tetangga atau sosialnya, yang penting bagi golongan orang-orang model ini adalah fokus sholat, ada juga orang yang berburu surga bukan dengan Ibadah tapi dengan sosialnya saja dan tidak ada kesombongan tanpa melaksanakan ibadah yang lain, dan terakhir ada yang berburu surga yang penting aqidahnya benar dengan bisa melafadzkan laillahillah bisa masuk surga.
Melihat berbagai keyakinan kelompok umat muslim yang mempercayai masuk surga hanya dengan satu demensi diatas tanpa berpandangan atau mengkontekstualkan dengan dalil-dalil yang lain membuat banyak umat Islam terjebak pada pemahaman agama yang kurang utuh alias eksklusif.
Oleh karena itu, Kyai Hasan Asy’ari Ulama’i menyampaikan pesan dari hadist Rasullah SAW menyebutkan 4 golongan orang yang haram tersentuh dari api neraka dan itulah mereka yang ahli surga.
“Mereka adalah golongan orang yang Hayyin, Layyin, Qarib dan Sahl,” ungkap Hasan Asy’ari Ulama’i dalam ceramahnya.
Pertama adalah golongan hayyin, orang yang ahli surga, orang yang tidak tersentuh siksa api neraka adalah orang yang rendah hati tidak sombong.
“Nyuwun sewu Bu, biasanya kita peluang menjadi sombong karena diberi nikmat sedikit oleh Allah lebih dari yang lain, diwenehi irung rodo mancung dikit,sing diparingi rezeki badan gede langsung deleng tanggane yang tidak lebih mancung dan badan gede dari dirinya. Hati-hati niku karena setan lebih menggoda kepada kita yang diberi nikmat lebih dari Allah…oleh karena itu jangan sombong.”ucap Hasan Asy’ari Ulama’i.
Dalam hadits qudsi ada tiga macam orang yang dicintai Allah SWT. Pertama, orang bertaqwa, tapi Allah lebih cinta lagi kepada pemuda yang tidak menyia-nyiakan waktunya untuk selalu bertakwa. Orang-orang yang taat dalam menjalankan ibadah,mungkin sudah wajar kalau banyak yang melaksanakan adalah mereka yang sudah lanjut usia, karena mungkin secara logika kesempatan untuk hidup lebih pendek daripada usai muda.
Sebab itulah Allah lebih cinta lagi terhadap anak muda yang selalu menjaga ketaatnya. Kedua, Allah cinta orang dermawan tapi Allah lebih cinta kepada orang fakir atau miskin yang memiliki sifat dermawan. Orang berlimpah harta atau kaya kemudian dermawan mungkin rasional ketika menginfakkan hartanya akan terasa lebih mudah atau ringan, jika harus dibandingkan dengan orang miskin/ fakir akan teras berat apabila mengeluarkannya untuk berinfaq. Karena itulah Allah lebih cinta orang yang miskin tapi dermawan, dan yang ketiga. Allah cinta kepada orang tawadhu’, tapi Allah lebih cinta lagi kepada orang kaya yang memiliki sikap tawadhu’, Kalau melihat realitas hari ini banyak orang kaya namun memiliki sikap sombong. Dari situlah Allah suka dengan orang yang kaya tetapi rendah hati tidak pamer harta (flexing).
Kedua, Golongan Layyin yaitu orang yang rendah hati dan lemah lembut.
“Dalam sejarahnya Nabi Muhammad SAW pernah dilempari kotoran tidak membalas, dilempar batu sampai berdarah,justru mendoakanya semoga kaum itu mendapat petunjuk oleh Allah, di ludahi tidak marah…,”Kata Hasan Asy’ari Ulama’i.
Dari situ kita belajar pada diri Nabi Muhammad SAW, bahwa sikap lemah lembut menjadi sifat yang perlu ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu membalas keburukan atau kejahatan orang yang tidak suka pada diri kita, Nabi mengajarkan keburukan tidak perlu dibalas lagi dengan keburukan tapi dilawan dengan kebaikan dan kebajikan, seperti mendoakan orang-orang yang jahat agar bisa diberikan petunjuk. Itulah kebesaran dan kelembutan hati seorang muslim yang dicinta Allah dan haram menyentuh api neraka.
ketiga, Golongan Sahl (orang yang entengan )
“Wong entengan yoo kaya ibu-ibu aisyah niku, ga bayaran mau ngurusin organisasi,ngurusi umat, bapak-bapak Muhammadiyah ngurusi umat ora ene gajinya yoo gelem ngurusi…,”ucap Hasan Asy’ari Ulama’i.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang-orang hidup didesa banyak dijumpai orang yang ringan tangan, saling bantu membantu atau gotong royong melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan untuk keberlangsungan dakwah, adanya yang memberi dengan materi, tenaga dan dukungan lainnya. Makanya Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa penduduk disurga banyak dari orang-orang yang fakir,miskin disebabkan karena mereka orang yang enteng dan ikhlas beramal.
Ke-Empat, Golongan orang-orang yang Qarib (orang yang deket sama orang lain).
Golongan orang yang haram masuk neraka dan menjadi ahli surga adalah mereka yang memiliki sifat entengan,hangat dan menyenangkan orang lain, itulah yang disebut dengan Qarib.
“Artinya sering kali orang yang paham agamanya tinggi menurut kita, justru ekslusif dengan orang lain. Seharusnya semakin tinggi keagamaan seseorang itu semakin merakyat, mendekat dan tidak eksklusif … dan itulah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) mengamalkan keislamaan sampai akar rumput seperti orang yang tidak bisa sekolah, bisa sekolah di sekolah Muhammadiyah, orang yang tadinya menderita tidak bisa berobat, terobati karena ada Muhammadiyah (rumah sakit) , orang yang tidak dapat kasih sayang karena ditinggal orangtuanya mendapat kasih sayang karena Muhammadiyah (panti asuhan), orang yang tadinya tidak mendapat pekerjaan, ia mendapat pekerjaan di Muhammadiyah. Semakin tinggi organisasi atau kelompok harusnya semakin bisa dirasakan manfaatnya disekitarnya,” Ungkap Hasan Asy’ari Ulama’i
Ramadhan sudah berlalu, namun ketaatan dan keistiqomahan tak boleh turun apalagi luntur begitu saja. Bergiat dan berlomba-lomba menjadi orang terbebas dari siksa api neraka dan menjadi ahli surga, maka perlu menjadi golongan manusia yang mengamalkan sifat Hayyin (orang yang rendah hati tidak sombong), Layyin (orang yang rendah hati dan lemah lembut), Sahl (orang yang entengan ), dan orang-orang yang Qarib (orang yang deket sama orang lain).
M.Adam Ilham Mizani (Aktivis IMM Jawa Tengah)