Oleh: Habiburrahman
Perjalanan ini dimulai pada tanggal 10 Agustus yang lalu, saya berangkat dari Semarang menaiki kereta menuju Surabaya. Fajar mulai menyingsing ketika saya hendak menaiki pesawat dari Juanda, Surabaya menuju Haluoleo, Kendari pada keesokan harinya. Perjalanan kali ini bukan sekedar hanya untuk jalan-jalan saja, namun untuk mensukseskan acara Taruna Melati Utama atau biasa disebut TMU yang diselenggarakan oleh Pimpianan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Oh iya, perjalanan ini menempuh waktu 2 jam 30 menit karena pesawat transit terlebih dahulu di Sultan Hasanudin, Makasar. Pesawat landing dengan lancar di bandara Haluoleo, Kendari, pukul 10.00 WITA. Saat pertama menginjakkan kaki di bumi Sulawesi Tenggara, banyak hal yang menarik perhatian saya selama perjalanan menuju ke hotel tempat kegiatan. Hal pertama yang terbesit dalam pikiran saya yaitu ingin mencoba kuliner khas Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara.
Sinonggi, Pallumara dan Sup Konro
Kurang pas rasanya bila singgah di tanah sulawesi tanpa mencicipi kuliner khasnya, yaitu Sinonggi, Pallumara, dan Sup Konro. Sinonggi merupakan makanan khas suku tolaki, sulawesi tenggara, yang terbuat dari sari pati sagu. Hampir serupa dengan papeda, yang membedakan hanya cara penyajiannya, jika papeda disajikan dengan kuah kuning atau sayuran, maka tidak dengan sinonggi, yang penyajiannya bisa disajikan dengan lauk apapun sesuai selera yang menyantapnya.
13 Agustus yang lalu, saya mampir di Kedai makan sinonggi dekat hotel tempat menginap. saya memesan sinonggi dan menyantapnya ditemaani dengan pallumara. After taste nya menarik, saya cukup menikmati sajian sinonggi dengan pallumara ini, teksturnya cukup kenyal, sangat cocok dimakan bersaman dengan kuahnya pallumara. Tetapi tidak kaget dengan teksturnya, dikarenakan sudah pernah mencoba kuliner yang serupa, yakni papeda saat berkunjung ke Sorong, Papua, 2 tahun silam.
Hari selanjutnya saya mampir di kedai dekat hotel, Warkop Daeng. Disana saya mencoba kuliner lain yakni Sup Konro, salah satu makanan khas suku makasar, sulawesi selatan. Sup ini dibuat dengan bahan iga sapi dan dimasak dengan bumbu rempah yang melimpah. Dikarenakan banyaknya merica dan aneka rempah yang dipadukan, sehingga memberikan rasa yang pekat, gurih, serta pedas. Membuatnya ingin menyantap konro lagi dan lagi.
Es Pisang Ijo
Dari sekian banyak kuliner makanannya yang enak, es pisang ijo merupakan kudapan khas sulawesi selatan, yang paling digemari. Siang menuju sore 22 Agustus yang lalu, setelah berkegiatan sejak pagi, saya bersama teman-teman singgah di warung ES Pisang Ijo Amanda yang terletak di Wuawua, Kota Kendari.
Siang itu kami sepakat untuk memesan Es Pisang Ijo, karena sangat cocok dinikmati di segala suasana. Perpaduan saus manis gurih dan dingin yang menemani pisang kukus berbungkus adonan tepung dan santan membuatnya sangat nikmat disantap pada siang hari menuju sore hari waktu itu. Sampai-sampai teman saya ada yang nambah 1 porsi lagi karena “ketagihan” dengan Es Pisang Ijo.
Kain Tenun Khas Sultra
Pagi menjelang siang 23/8 saya mencoba mengelilingi kota Kendari untuk mencari oleh-oleh khas Sulawesi Tenggara. Setelah sekitar satu jam berputar-putar, akhirnya saya memutuskan untuk mampir di salah satu toko tenun, yakni Toko Tenun Piala Sutra, di Kambu, Kota Kendari. Disana terdapat berbagai tenun dengan motif bermacam-macam, seperti tenun Tolaki, Konawe, Bombana, Kolaka dan lain-lain.
Setelah melihat-lihat motif tenun yang ada, saya pun memutuskan untuk memilih tenun motif konawe dan kolaka untuk saya beli sebagai oleh-oleh. Keduanya memiliki makna arti yang berbeda, meskipun sekilas nampak sama motifnya. Sebagai informasi, kain tenun khas Sulawesi Tenggara telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kemendikbud RI sejak 2013 hingga saat ini. Tenun ini selain sebagai produk budaya juga merupakan salah satu komoditas yang dahulu kala sering diperdagangkan oleh Belanda di eropa, selain rempah.
Jika anda tertarik dengan segala hal yang ada di Sulawesi Tenggara, maka silahkan meluangkan waktu untuk singgah di tanah Sulawesi untuk sekedar jalan-jalan, piknik, atau healing. Selain itu jangan lupa untuk menyisihkan “uang saku” anda untuk mencoba kuliner maupun untuk membeli oleh-oleh seperti kain tenun khas yang sangat ikonik.
Sekian, Wassalam..
*) Red. Fordem.id