AYAH BUNDA, JANGAN DURHAKAI ANAKMU!

Opini, Pendidikan400 Views

Savitri Dewi

Anak durhaka kepada orang tua merupakan ungkapan popular yang sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku anak yang durhaka kepada orang tua menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak menghormati, tidak menghargai, atau melawan orang tua mereka. Perilaku durhaka ini bisa bervariasi dari tindakan verbal, emosional, hingga fisik yang merugikan atau menyakiti orang tuanya.

Namun sejatinya sikap dan perilaku kedurhakaan anak kepada orang tua banyak dipengaruhi oleh pola asuh dan role model dari orang tuanya. Jika pola asuh dan role model serta perhatian orang tua kepada anak baik, maka sikap dan perilaku anak juga baik. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Saw bersabda: Tiada seorang anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Bukhari).

Dari hadis di atas Rasulullah telah mengabarkan kepada kita bahwa kehidupan yang baik pada seorang anak ditentukan oleh orang tuanya. Selanjutnya baru lingkungan yang akan berperan dalam kehidupannya. Dari Abu Musa, dari Nabi Muhammad, beliau bersabda: Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, ada kalanya penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan aroma wanginya. Sedangkan pandai besi ada kalanya (percikan apinya) akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya. (HR.Al-Bukhari: 5108, Muslim: 2628), Ahmad:19163)

John Locke dengan teori empirisme (konsep tabularasa) berpandangan bahwa seseorang yang lahir kedunia dalam keadaan putih bersih dan lingkunganlah yang akan memberikan warna dan coretan-coretan. Sedangkan lingkungan terdekat seorang anak adalah orang tuanya, maka orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan perilaku dan karakter anak.

Baca Juga:  MILKUL YAMIN

Namun, dalam realitanya banyak orang tua yang bersikap abai terhadap anak yang menyebabkan anak menjalani kehidupannya tanpa arahan dan contoh yang baik. Orang tua menunjukkan perilaku durhaka terhadap anak mereka sehingga secara signifikan berdampak negatif pada perkembangan emosional, psikologis, dan sosial anak. Dalam konteks hubungan keluarga, perilaku durhaka orang tua kepada anak ditunjukkan pada tindakan yang menyakiti, mengabaikan, atau merendahkan anak.

Beberapa contoh perilaku durhakanya orang tua kepada anak, diantaranya:
1. Melakukan penyiksaan fisik dan emosional seperti memukul, menampar, atau melakukan kekerasan fisik lainnya.
2. Mengabaikan kebutuhan anak dengan tidak memberikan perhatian, kasih sayang, atau kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan pendidikan yang memadai.
3. Menyalahgunakan kekuasaan dengan memaksa anak untuk mengikuti keinginan orang tua tanpa memperhatikan minat dan bakatnya atau mengambil keputusan penting tanpa mempertimbangkan perasaan atau pendapat anak.

Perilaku orang tua terhadap anak seperti di atas akan memberikan dampak terhadap kehidupan dan perkembangan anak. Dampak tersebut diantaranya:
1. Anak akan mengalami gangguan perkembangan sosial, emosional, dan akademik mereka. Anak juga akan mengalami permasalahan dengan harga diri dan identitas dirinya.
2. Anak akan mengalami trauma psikologis sehingga berdampak pada kesehatan mental mereka, seperti tidak percaya diri, cemas, kesulitan melakukan adaptasi, emosi yang tidak stabil, serta merasa tertekan/stress.
3. Hubungan anak dan orang tua mengalami kerusakan karena anak jadi sering berkonflik dengan orang tua, tidak mempercayai orang tua, serta muncul rasa benci kepada orang tuanya.

Baca Juga:  HIDUP ADALAH PILIHAN

Mengapa orang tua durhaka kepada anak?
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya sifat kedurhakaan orang tua terhadap anak, yaitu:
1. Orang tua mengalami tekanan dari pekerjaannya, mengalami permasalahan dalam keuangan, atau mengalami permasalahan pribadi. Permasalahan yang mereka alami ini dapat menyebabkan orang tua melepaskan frustrasi mereka pada anak sehingga orang tua menjadi kurang sabar dan cenderung bersikap keras atau tidak adil terhadap anak.
2. Orang tua tidak memiliki pemahaman atau keterampilan yang cukup dalam pengasuhan yang baik dan benar sehimgga metode pengasuhan yang dilakukannya cenderung kasar dan mengabaikan hak anak.menyebabkan orang tua menggunakan metode pengasuhan yang kasar atau tidak sesuai.
3. Orang tua memiliki pengalaman masa lalu yang tidak baik. Orang tua pernah mengalami perlakuan buruk atau kekerasan di masa kecilnya dan tanpa sadar mengulangi pola tersebut kepada anak-anak mereka. Pola perilaku ini jika tidak tertangani dengan baik bisa diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4. Orang tua memiliki harapan yang terlalu tinggi atau tidak realistis terhadap anak. Ketika anak tidak dapat memenuhi harapan tersebut, orang tua akan akan kecewa dan frustrasi. Kondisi ini dapat berujung pada perilaku durhaka, seperti memarahi atau mengkritik anak secara berlebihan.
Bagaimana agar orang tua tidak durhaka kepada anak?

Beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua agar terhindar dari perilaku durhaka dan membangun hubungan yang sehat dengan anak-anak mereka, yaitu:
1. Memahami dan menghargai hak anak dengan menghormati anak. Mendengarkan pendapat, , perasaan, dan kebutuhan anak dengan penuh perhatian. Berikan mereka ruang untuk berbicara dan mengekspresikan diri.
2. Mengembangkan keterampilan komunikasi yang positif dengan bersikap terbuka dan jujur kepada anak serta mampu menjelaskan alasan di balik setiap aturan atau keputusan yang dibuat. Berikan kesempatan kepada anak untuk bertanya jika mereka tidak mengerti, hindari penggunaan kata-kata kasar atau kritik yang merusak. Sebaliknya, gunakan bahasa yang sopan dan mendukung untuk memberikan umpan balik yang konstruktif.
3. Menerapkan pengasuhan dengan penuh kasih sayang dan empati. Orang tua secara konsisten menunjukkan kasih sayangnya kepada anak melalui pelukan, kata-kata penyemangat. Orang tua juga mampu memahami perasaan anak dari sudut pandang mereka serta menunjukkan empati untu kmembantu mereka mengatasi perasaan mereka dengan cara yang sehat.
4. Menjaga Keseimbangan Emosi dan Kesehatan Mental dengan cara mengelola stres dan emosi secara manidri. Teknik relaksasi, olahraga, atau berbicara dengan teman atau profesional dapat membantu. dalam mengasuh anak atau mengelola emosi Anda sendiri.
5. Melakukan refleksi terhadap respons dan perilaku terhadap anak, serta bersedia untuk belajar dan memperbaiki diri sebagai orang tua. Melibatkan terapis atau konselor keluarga untuk membantu menyelesaikan konflik dan memperbaiki hubungan antara orang tua dan anak.
6. Mencari Bantuan kepada konselor atau terapis jika mengalami kesulitan dalam mengasuh anak atau mengelola emosi.

Baca Juga:  Pesan Menyentuh Dari Kyai Hasan Asy’ari Ulama’i

Menghindari perilaku durhaka dari orang tua kepada anak memerlukan kesadaran, pendidikan, dan komitmen untuk membangun hubungan yang sehat dan positif. Dengan demikian para orang tua mampu secara optimal mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.

*) Savitri Dewi, M.Psi, Psi. Guru BK dan Psikolog di SMP Muhammadiyah (Tahfiz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *