DIASPORA KADER, MANFAAT DAN TANTANGAN GLOBAL

Oleh: Rudi Pramono(Ketua MPI PDM Wonosobo)

Fordem.id – LKSA Panti Asuhan Muhammadiyah Wonosobo menerima kunjungan dari Yayasan Sahabatku, Mitra Remaja alam program Youth Funtastic Journey, Remaja Diaspora Indonesia dari Qatar berjumlah 23 anak usia 12-17 tahun yang berlibur ke Dieng dan singgah ke LKSA Panti Asuhan Muhammadiyah Wonosobo pada hari Selasa, 23 Juli 2024.

Diaspora orang Indonesia muslim ke berbagai negara karena faktor pekerjaan, keturunan, belajar dll, menjadi fenomena baru. Dan Dispora itu tidak selalu fisik/mutasi tapi juga pemikiran dan perilaku akibat kemajuan teknologi informasi yang luar biasa membuat seperti Global Village : desa global, kampung global dan ditandai pertukaran budaya dan hubungan yang semakin cair, saling pengaruh mempengaruhi.

Baca Juga:  MEMBANGUN UMAT UNGGUL BERBASIS MASJID

Diaspora menciptakan relasi kebudayaan asal dengan kebudayaan baru di negara lain, saling mempengaruhi namun diaspora juga menciptakan type generasi baru yang tidak mengenal budayanya sendiri karena dilahirkan dan besar di negara tersebut.

Secara umum diaspora kader akan membentuk pemikiran, kepribadian dan perilakunya sangat dipengaruhi oleh tradisi masyarakat/negara yang dia tempati, bisa positif bisa pula negatif dari aspek ajaran Islam, yang utama tidak boleh melupakan kultur asal keislaman Indonesia yang moderat dan wasathiyah.

diaspora kader muhammadiyah

Pertemuan dengan tradisi baru yang puritan/modernis/sekuler akan memperkaya khazanah keilmuan dan harus mampu memilah dan memilih mana yang berkesesuaian dengan ajaran Islam yang moderat dan berkemajuan meskipun itu berasal dari ‘timur’ yang konservatif dan ‘Barat’ yang liberal. Tidak semua yang dari Barat itu buruk demikian pula tidak selamanya yang dari Timur itu baik, perlu ada konvergensi antara Timur dengan Barat sehingga menciptakan nuansa keislaman baru yang kokoh, luas, luwes dan mencerahkan.

Baca Juga:  IPM Purbalingga Kian Berdaya dalam Menghadapi Momentum Indonesia Emas 2045

Syaikh Muhammad Abduh pernah mengatakan Al Islamu Mahjubun bil Muslimin : cahaya keindahan islam tertutup oleh pemeluknya. saat melakukan perbandingan antara Mesir dengan Paris, Muhammad Abduh menyatakan : “di Eropa saya tak menemukan muslim tapi saya berjumpa Islam, sedangkan di Mesir saya melihat muslim dimana-mana, tapi tidak saya temukan Islam” menunjukkan muslim belum mengamalkan Islam dalam aspek kebersihan, kedisplinan, prestasi, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap etis penyelenggara negara dll artinya keindahan Islam itu ada dimana-mana meski kita tidak menafikan disisi lain Barat juga menyimpan keburukan.

Baca Juga:  Urgensi Menjaga Marwah Persyarikatan Jelang Pilkada

Yang terpenting juga bagi kader diaspora muslim harus telah memiliki basis aqidah dan ibadah yang kuat sehingga tidak terjebak pada liberalisme namun disisi lain juga tidak ‘memonumenkan’ konservatifisme.

Muslim Indonesia (Asia Tenggara) dipandang pengamat bisa menjadi alternatif, titik tengah dua peradaban Timur dan Barat dan berpotensi membangun peradaban baru, peradaban Islam kedepan, salah satu motornya Muhammadiyah dengan sumber daya yang dimiliki sudah mulai merambah dunia global.

Wallahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *