IDUL QURBAN DAN IJAZAH JOKOWI

Oleh: Rudi Pramono

Fordem.id – Makna terdalam dari pengorbanan Ibrahim adalah kesediaan menyembelih putranya sendiri dan kesalehan Ismail keikhlasan di ambil nyawanya oleh ayahnya sendiri semata-mata karena taat kepada perintah Allah. Bukan dibunuh tapi disembelih memiliki makna yang berbeda yang pertama sebuah kejahatan yang kedua sebuah ketaatan.

Sembelihlah dan qurbankanlah semua kambing-kambing subyektifitas kita, keberpihakan kita, kepentingan kita, otak atik rasio kita, pembenaran intelektual kita, dan semua hawa nafsu kita demi tegaknya kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan untuk semuanya.

Kejujuran pasti memberikan kebaikan bagi semuanya, semua bisa di diskusikan semua bisa dimusyawarahkan untuk kebaikan semuanya, bangsa dan negara.

Baca Juga:  MENINJAU MASALAH ACEH SECARA MENDASAR (Bagian 2)

Dalam kasus ijazah mudah untuk menilai mana yang benar mana yang salah ketika kita bandingkan, yang satu pakai sainstific lawannya pakai relawan politik dan preman, tidak nyambung. Ilmu pengetahuan netral. hakekatnya ilmu Allah untuk mengungkap kebenaran.

Persoalan juga sederhana tinggal ditunjukkan ijazahnya, silahkan di cek. Selesai urusan. Kejujuran itu mudah dan sederhana menjadi rumit dan berbelit pasti ada kebohongan yang akan ditutupi dengan segala cara, narasi dan aturan.

Kuncinya tergantung pak Jokowi mau menjadi Ibrahim atau menjadi Namruz?. Mau menyembelih kambing kebohongan atau mengqurbankan kepentingan dan subyektifitas pribadi?. Seperti pak Jokowi rutin qurban sapi setiap Idul Adha.

Baca Juga:  MEMBEDAH POLITIK JOKOWI

Kita rakyat dan bangsa menghormati Bapak sebagai mantan presiden, semua bisa kita atur bisa di musyawarahkan untuk kebaikan semuanya bangsa dan negara.

Namun membawa ke ranah hukum yang sudah tidak dipercayai lagi dan mempidana warga negara bukanlah sebuah sikap bijak dan negarawan, meskipun itu benar sekalipun.

Abraham Samad mantan ketua KPK pernah mengatakan pak Jokowi tidak perlu melaporkan ke ranah hukum. Dibalik itu secara tidak langsung ada cara untuk menutup soal ini dengan baik. Kemungkinan akan di biarkan menjadi wacana publik, polemik di medsos yang akan berhenti sendiri dengan bergantinya waktu dan masa.Biarkan sejarah yang akan menemukan jalannya sendiri.

Baca Juga:  BOYOLALI KEMBALI TERSENYUM

Semua Presiden Indonesia punya banyak kekurangan dan kesalahan namun semua bisa kita minimalisir agar tidak mengurangi jasanya yang besar terhadap bangsa dan negara.. mikul duwur mendem jero

Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *