Oleh: M. Taufan Agasta – Kabid Kader PP IRM 1996-1998, Anggota bidang Strategi Medsos MPI PP Muhammadiyah
Hari ini mengantar anakku bertemu temannya di sebuah mal. Saat mereka ngobrol aku sempat liat-liat poster film di bioskop. Disamping beberapa film horor ada film Home Sweet Loan yang berkisah tentang generasi sandwich. Tentang anak bungsu yang berjuang sendiri mengumpulkan uang untuk beli rumah impian karena merasa dianggap numpang di rumah sendiri.
Ketika anakku masih asyik ngobrol dengan temannya, aku beruntung bisa ngobrol ama bapak si teman ini. Kisahnya agak beda dengan kebanyakan generasi sandwich. Anak itu lulusan cumlaude Manajemen FEB UI. Sejak SMA ia sudah dipaksa dewasa lebih cepat karena mamanya wafat. Adiknya satu masih SMA di bilangan Tebet saat ini.
Setahap demi setahap ia membackup pekerjaan ayahnya yang seorang expert dan pebisnis dalam bidang piranti lunak. Ia harus memimpin beberapa orang yang jauh lebih dewasa dalam usia 24 tahun.
Obrolan saya dan ayahnya, dan obrolan kedua anak itu teramat ‘mahal’ buatku. Mereka harus memilih menjadi akademisi atau membangun kompetensinya dalam bisnis. Ambil S2 lalu kelak mungkin S3 atau ambil sertifikat internasional di beberapa bidang strategis yang saat ini sangat dibutuhkan agar bisa melesat dengan daya tawar dan independensi tinggi di dunia bisnis.
Untungnya saya ambil tesis tentang ERP yang ternyata menjadi salah satu layanan strategis company milik si Bapak. Jadi percakapan kami nyambung. Saya bisa dapat insight penting untuk melanjutkan kajian saya setelah S2.
Selebihnya tugas kami adalah menjadi teman berbincang tentang masa kini dan masa depan bagi anak-anak kami.
Jakarta, 10 Oktober 2024
*) Red. Fordem.id