PAK UCUP DAN SBY

Oleh: Khafid Sirotudin

Bertemu langsung secara off-line dalam sebuah acara, apalagi bisa bertatap muka, duduk satu meja, ngobrol, berinteraksi dengan tokoh masyarakat (tomas), tokoh agama (toga), tokoh bangsa (tobang) adalah sebuah pengalaman yang mewah bagi seseorang. Ibarat pengalaman tersendiri bagi generasi millenial yang rela menempuh perjalanan jauh dan membeli tiket mahal hanya untuk menonton konser artis pujaannya.

Sebagai generasi “kolonial” saya bersyukur memiliki berbagai pengalaman berinteraksi dengan banyak tomas, toga dan tobang. Salah satunya dengan Jusuf Kalla (JK), Wakil Presiden 2004-2009 dan 2014-2019, Ketua Umum Palang Merah Indonesia 2009-2014, serta Ketua Dewan Masjid Indonesia 2019-2024 dan 2024-2029. Jusuf Kalla biasa dipanggil dan ditulis media dengan nama inisial JK.

Di Sulawesi Selatan Jusuf Kalla biasa dipanggil Daeng Ucu. Beberapa tokoh bangsa dan budayawan lain (beberapa kali saya menjumpai beberapa tokoh) menyebutnya dengan Pak Ucup. Sebutan JK sama tenarnya dengan sebutan SBY untuk Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia 2 periode, 2004-2009 dan 2009-2014.

Alkisah pada Agustus 2004, saat Putaran Kedua pada Pemilihan Presiden/Wapres pertama kali diadakan di Indonesia. DPP KNPI mengadakan Dialog dengan Bacapres dan Cawapres yang masuk Putaran Kedua, yaitu SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla serta Megawati Soekarno Putri berpasangan dengan KH. Hasyim Muzadi.

UU Pemilu, Pilpres dan PKPU mengatur bahwa jika pasangan calon tidak mendapatkan suara lebih dari 50%, maka diselenggarakan pemilihan Putaran Kedua yang diikuti oleh 2 paslon yang memperoleh suara terbanyak Pertama dan Kedua. Pilpres tahun 2004 telah dijadwalkan KPU, yaitu putaran Pertama pada 15 Juli 2004, sedangkan putaran Kedua pada 20 September 2004.

Baca Juga:  Anak Muda Sukseskan Pemilu 2024

Sebagaimana kita ketahui bersama, Pilpres 2004 diikuti 5 Paslon. Yaitu Wiranto-Salahudin Wahid (01), Megawati-Hasyim Muzadi (02), Amien Rais-Siswono Yudo Husodo (03), SBY-JK (04) dan Hamzah Haz-Agum Gumelar (05). Awalnya terdapat 6 paslon yang mendaftarkan diri ke KPU. Namun KPU mengumumkan bahwa pasangan calon dari PKB, mantan Presiden Abdurrahman Wahid yang berpasangan dengan Marwah Daud Ibrahim dinyatakan tidak lolos dari pemeriksaan medis dikarenakan gagal pada pemeriksaan mata.

Waktu itu, DPD KNPI Jawa Tengah kebagian menyelenggarakan Dialog dengan Cawapres JK. Sebagai Wakil Ketua, saya diminta menjadi pemandu atau moderator yang diadakan di Balai Diklat Pemprov Jateng (sekarang BPSDMD Jateng), Srondol Semarang. Dihadiri setidaknya 1000 orang dari utusan 35 DPD II KNPI Kabupaten-Kota, berbagai Senat Mahasiswa (Sema) PTN/PTS/PTAIN (sekarang BEM) dan undangan berbagai Ormas dan OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) tingkat Jateng.

Setelah Pak JK memaparkan Visi-Misi Capres-Cawapres selama 20 menit, tibalah sessi tanya jawab. Banyak sekali peserta yang mengacungkan tangan, tanda antusiasme terhadap pemaparan beliau. Sebagai moderator tentu saya harus mengatur jalannya acara agar bisa “lebih cepat, lebih baik”, ungkapan yang dipopulerkan pak Ucup. Mengingat JK tidak memiliki waktu lama dan harus segera terbang ke luar Jawa untuk kampanye selanjutnya. Akhirnya sessi tanya jawab saya buat 2 termin dengan masing-masing 3 penanya atau penanggap dengan catatan “to the point”.

Salah satu yang masih saya ingat dan catat waktu itu, ada seorang dari Sema yang bertanya, kira-kira begini (maaf kalau kurang presisi) : “Pak SBY dikenal sebagai orang yang peragu dan pak JK dikenal sebagai orang yang sat-set dan cekatan dalam memimpin. Apakah nantinya tidak terjadi miss-leading dalam memimpin bangsa ini jika kelak bapak menjadi Presiden dan Wapres?”. Pertanyaan disampaikan dengan gaya khas aktivis mahasiswa yang terkadang “keladuk wani kurang deduga” (bertindak diluar batas kemampuannya).

Baca Juga:  DPS Pemilu 2024 di Kabupaten Pekalongan

Karena saya duduk di samping pak JK, tentu saya melihat dari dekat apa yang dilakukan beliau saat mendengarkan dan memperhatikan pertanyaan dari audien, serta menulis pointer di buku kecil yang dikeluarkan dari saku baju. Sebelumnya saya “matur” (bilang, menawarkan) pak JK, apakah akan ditanggapi satu per satu ataukah sekalian satu termin ditanggapi sekaligus. Beliau memilih yang kedua.

Terhadap pertanyaan si Sema tadi, pak JK menjawab begini sambil tersenyum. Apa bedanya pengusaha, birokrasi dan pekerja sosial? Kemudian dijawab sendiri oleh beliau. Pengusaha itu yang penting untung, soal prosedur dan harga nomer sekian. Birokrat itu yang penting prosedur dan administrasinya benar, soal untung atau rugi nomer sekian. Kalau sosial, soal nyawa yang penting selamat dulu, soal harga dan administrasinya gimana urusan belakangan.

Baca Juga:  BELAJARLAH KE MADURA

Kemudian pak Ucup melanjutkan : “Justru pak SBY dengan saya saling melengkapi dan tidak akan terjadi miss-leading dalam memipin bangsa ini”. Tepuk tangan menggema dari seluruh peserta yang hadir siang itu. Saya pun membaca dan memperhatikan diksi, narasi dan bahasa tubuh pak JK ketika menjawab berbagai pertanyaan dari peserta. Sejarah mencatat bahwa kepemimpinan Presiden SBY dan Wapres JK periode 2004-2009 berjalan dengan baik, saling mengisi dan melengkapi.

Pilpres 2024 sudah selesai, paslon Calon Presiden Prabowo Subiyanto (PS) dan Cawapres Gibran Rakabuming Raka telah ditetapkan KPU RI sebagai pemenang. Ratusan calon Menteri, Wakil Menteri dan Pejabat Negara setingkat Menteri telah diundang Presiden terpilih ke rumah PS di jalan Kertanegara nomor 4 Kebayoran Baru Jakarta Selatan maupun rumah di desa Bojongkoneng, Hambalang, Bogor Jawa Barat.

Saya baca kembali buku Paradoks Indonesia (terbit pertama tahun 2017) yang pak Prabowo hadiahkan saat tampil satu meja sebagai nara sumber Diskusi Panel yang diselenggarakan oleh komunitas teman-teman wartawan berbagai media di Jawa Tengah tahun 2018 di Semarang. Mampukah pak Prabowo mewujudkan cita-cita sebagaimana tertulis di dalam buku Paradoks Indonesia?.

Wallahu’alam bis-shawab

*) Red. Fordem.id – Jumat Pon, 18 Oktober 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *