Supervisi yang Menghidupkan, Bukan Menghakimi

Today's Inspiration Bagian Ketigapuluh Satu

#Teacher’s Inspiration Serial 11

Oleh: Lukman Hakim

Effective supervision is not about control, it’s about collaboration and growth.

Di balik setiap proses pembelajaran, ada jiwa guru yang terus bertumbuh. Maka, ketika tiba waktunya supervisi dilakukan, ia bukanlah panggung penghakiman, melainkan ruang pertumbuhan bersama. Supervisi sejatinya adalah pendampingan yang tulus—upaya memperbaiki, bukan mempermalukan; membangun, bukan menjatuhkan.

Supervisi yang bermakna tidak datang secara tiba-tiba. Ia lahir dari perencanaan bersama, di mana guru tahu dan siap menyambutnya. Karena transparansi bukan hanya soal jadwal, tapi soal penghargaan terhadap profesionalitas guru.

Baca Juga:  LELAH ITU WAJAR, Menyerah? Jangan!

Prosesnya berjalan dalam tiga tahap: pra-observasi untuk menyamakan tujuan, observasi kelas sebagai jendela nyata pembelajaran, dan post-observasi sebagai ruang refleksi yang membimbing. Di sinilah letak keindahannya—guru bukan hanya dinilai, tetapi diajak menyelami kembali prosesnya, menemukan sendiri kekuatan dan kekurangannya.

Seorang supervisor sejati bukan pendikte, tetapi pendengar yang membuka ruang dialog. Sebab refleksi yang jujur tak akan tumbuh dari tekanan, tetapi dari kepercayaan. Post-observasi bukan sesi ceramah satu arah, melainkan percakapan dua arah yang memanusiakan.

Supervisi klinis adalah cermin yang jernih, bukan kaca pembesar atas kesalahan. Ia menjadi jalan agar setiap guru bisa berkata, “Aku telah belajar, dan aku siap menjadi lebih baik.”

Baca Juga:  Mendidik Anak : Menjembatani Masa Lalu, Menyambut Masa Depan

A good supervisor listens more than they speak, and guides more than they judge.

*) Red. Fordem.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *