Oleh: Fatimatuz Zahro, Nur Lathifah Khasanah – Mahasiswa TI Politeknik Harapan Bersama Tegal
Fordem.id – Dalam konteks negara Indonesia yang plural dan majemuk, isu relasi antara agama dan negara selalu menjadi topik yang sensitif sekaligus menarik untuk dibahas. Buku karya Dr. Adian Husaini, Pancasila Bukan untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam, hadir sebagai respons terhadap kekhawatiran akan penyalahgunaan Pancasila untuk melemahkan hak-hak umat Islam. Buku ini, yang diterbitkan oleh Gema Insani pada tahun 2009, tidak hanya menjadi panduan reflektif tetapi juga sebuah manifesto intelektual yang memperjuangkan keadilan dan inklusivitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila: Pondasi untuk Keadilan Universal
Buku ini diawali dengan pendahuluan yang menegaskan bahwa Pancasila, sebagai dasar negara, harus menjadi landasan untuk menegakkan keadilan dan bukan alat untuk menindas. Dr. Adian Husaini mengingatkan bahwa setiap sila dalam Pancasila mengandung nilai-nilai universal yang relevan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang agama, suku, atau ras. Dalam paparan ini, penulis mengajak pembaca untuk mengingat sejarah perumusan Pancasila dan memahami semangat kebangsaan yang melandasi lahirnya dasar negara tersebut.
Melalui penjabaran yang mendalam, Dr. Adian menunjukkan bahwa Pancasila seharusnya mendukung kebebasan beragama dan melindungi setiap warga negara. Ia secara kritis mengupas interpretasi yang keliru terhadap Pancasila yang cenderung mengarah pada netralitas agama yang ekstrem, sehingga mengabaikan kontribusi umat Islam dalam sejarah perjuangan bangsa. Dengan pendekatan yang tegas namun reflektif, ia mengajak pembaca untuk melihat Pancasila sebagai instrumen pemersatu yang mampu menjawab tantangan pluralitas tanpa mengorbankan keadilan.
Struktur Buku: Pembahasan yang Terarah dan Sistematis
Buku ini terdiri dari tiga bab utama yang terstruktur dengan baik, memungkinkan pembaca untuk memahami alur pemikiran penulis dengan jelas.
Bab pertama, “Berawal dari Piagam Jakarta”, mengulas perjalanan sejarah perumusan Piagam Jakarta sebagai salah satu dokumen penting dalam pembentukan dasar negara. Penulis menggambarkan bagaimana proses kompromi politik dan dialog antar kelompok menghasilkan sebuah kesepakatan bersama. Dalam bab ini, pembaca diajak untuk memahami pentingnya Piagam Jakarta sebagai representasi dari semangat kerukunan dan penghormatan terhadap nilai-nilai agama.
Bab kedua, “Polemik Tafsir Pancasila”, mendalami berbagai interpretasi yang berkembang seputar Pancasila. Dr. Adian secara tajam menyoroti perdebatan mengenai makna sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Penulis juga membahas konsep Tuhan dalam Pancasila, netralitas agama, serta makna keadilan dan keadaban dalam sila kedua. Bab ini memberikan wawasan kritis bagi pembaca tentang bagaimana Pancasila dapat dipahami secara inklusif tanpa kehilangan akar spiritualnya.
Bab ketiga, “Penutup: Perjuangan Belum Berakhir”, menyimpulkan bahwa perjuangan untuk menjaga keadilan dan inklusivitas Pancasila masih berlangsung. Penulis menekankan perlunya dialog yang terus-menerus antara berbagai elemen bangsa untuk memastikan bahwa Pancasila tetap menjadi dasar negara yang relevan dan adil bagi semua.
Gaya Penulisan yang Mendalam dan Argumentatif
Sebagai seorang intelektual Muslim yang produktif, Dr. Adian Husaini menampilkan gaya penulisan yang mendalam dan argumentatif dalam buku ini. Argumentasi yang disampaikan didukung oleh data historis, analisis kritis, dan referensi yang kaya. Ia menggunakan pendekatan yang lugas dan tidak menghindari isu-isu kontroversial, menjadikan buku ini sebagai bacaan yang menantang namun mencerahkan.
Gaya penulisan ini tidak hanya mengedukasi tetapi juga memprovokasi pembaca untuk berpikir kritis. Dengan menyajikan data yang kuat dan narasi yang terstruktur, Dr. Adian berhasil mengajak pembaca untuk memahami isu-isu kebangsaan secara lebih komprehensif. Namun, gaya ini juga memerlukan konsentrasi tinggi, sehingga buku ini lebih cocok bagi pembaca yang memiliki minat serius dalam memahami relasi antara agama dan negara.
Keunggulan dan Catatan Penting
Kelebihan utama buku ini terletak pada keberanian penulis untuk mengangkat isu-isu yang sering diabaikan. Dr. Adian memberikan perspektif yang segar dan menantang, terutama bagi mereka yang selama ini memahami Pancasila secara sempit. Buku ini juga dilengkapi dengan referensi yang kaya, yang memperkuat argumen penulis dan memberikan wawasan tambahan bagi pembaca.
Namun, buku ini memiliki beberapa kekurangan. Informasi tentang penerbitan buku, seperti format dan tata letak, terasa kurang rapi di beberapa bagian. Selain itu, nada argumentasi yang tegas mungkin terasa terlalu konfrontatif bagi sebagian pembaca, terutama mereka yang mencari pendekatan yang lebih moderat dan kompromis.
Kesimpulan: Sebuah Ajakan untuk Dialog dan Pemahaman
Buku Pancasila Bukan untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam adalah sebuah karya yang relevan dan penting, terutama dalam konteks Indonesia yang terus berusaha memperkuat persatuan di tengah keberagaman. Dr. Adian Husaini memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana Pancasila harus dipahami dan diterapkan secara inklusif.
Melalui buku ini, pembaca diajak untuk merefleksikan peran Pancasila sebagai dasar negara yang tidak hanya melindungi hak-hak umat Islam tetapi juga seluruh warga negara. Dengan dialog yang konstruktif dan pemahaman yang lebih baik, Pancasila dapat tetap menjadi alat pemersatu yang memperkuat bangsa Indonesia.
Buku ini layak dibaca oleh siapa saja yang peduli terhadap masa depan Pancasila dan keberagaman Indonesia, khususnya mereka yang ingin memahami hubungan antara agama dan negara secara lebih mendalam. Dengan menyajikan perspektif yang kaya dan argumentasi yang tajam, buku ini menjadi sumbangsih penting dalam diskursus tentang Pancasila dan hak konstitusional umat Islam.