Oleh: Mahmuduzzaman – Wakil Ketua PDM Boyolali
Fordem.id – Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Boyolali telah usai. Hasil perhitungan resmi perolehan suara masih kita tunggu bersama. Namun, berdasarkan informasi dari berbagai sumber, Pilkada Boyolali dimenangkan pasangan Agus Irawan-Dwi Fajar Nirwana 62,06 % (Paslon 02). Mengalahkan Paslon 01 Marsono-Saifulhaq, 37,94 %.
Tokoh PDIP Boyolali, Seno Kusumoharjo atau Seno Gede (SG) secara tegas mengakui kekalahan sebagaimana hasil hitung cepat internal di DPC PDI Perjuangan.
Bagi warga Boyolali, kemenangan Paslon 02 merupakan simbol kebangkitan, perlawanan, harapan perubahan dari kesewenang-wenangan dan arogansi menuju suasan menghargai, melindungi dan mengayomi. Sebab selama ini masyarakat hidup dibawah ancaman, tekanan, teror dan perlakuan tidak adil penguasa dispotik.
Kemenangan Agus – Fajar membawa angin segar seolah mengisi ruang kosong harapan masyarakat. Kemenangan ini merupakan simbol kebangkitan, perlawanan dan harapan setelah 15 tahun pengap karena sikap dan perilaku arogan, sewenang- wenang penguasa Boyolali merusak demokrasi. Rakyat merasa lega terbebas dari cengkeraman penguasa arogan. Masyarakat Boyolali kini bisa tersenyum menyongsong masa depan yang lebih nyaman, aman dan sejahtera.
Masyarakat Boyolali berharap, kesempatan ini menjadi spirit baru untuk membangun Boyolali yang lebih baik. Sebuah babak baru di mana semua warga bisa ikut berkontribusi, mengukir sejarah bersama menjadikan Boyolali lebih baik. Dengan pemimpin dan semangat baru, melangkah maju bersama-sama mewujudkan Boyolali yang aman, adil dan sejahtera.
Kemenangan bisa memiliki makna yang dalam dan luas, baik secara individu maupun kolektif.
Pertama, rasa syukur atas kepercayaan rakyat. Kemenangan seringkali dianggap sebagai pengakuan atas kepercayaan yang diberikan oleh rakyat. Rasa syukur ini mencerminkan penghargaan terhadap dukungan yang diterima dan tanggung jawab untuk memenuhi harapan masyarakat.
Kedua, kesadaran akan tanggung jawab. Kemenangan bukan hanya tentang bagaimana merayakan hasil, tetapi menyadari bahwa ada tanggung jawab besar yang harus diemban. Masyarakat perlu terus mendorong pasangan terpilih untuk bekerja lebih keras dalam menjalankan amanah yang diberikan.
Ketiga, menghargai proses demokrasi. Nilai-nilai demokrasi yang selama ini hanya menjadi slogan yang menghiasi proses demokrasi, kembali menjadi ruh dalam berdemokrasi, membuka partisipasi masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan secara fair dan transparan. Hak-hak berdemokrasi rakyat harus terus diperjuangkan secara adil dan transparan.
Keempat, membangun persatuan. Pemimpin terpilih dituntut senantisa membangun persatuan. Mengajak semua pihak, termasuk yang kalah, untuk bersama-sama membangun persatuan, kebersamaan dan kekompakan. Kebersamaan dan kekompakan dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan keharmonisan.
Kelima, refleksi diri. Kemenangan merupakan momen untuk merenungkan proses yang telah dilalui, termasuk tantangan dan usaha yang dilakukan. Semua pihak selayaknya belajar dari pengalaman masa lalu dan mempersiapkan diri untuk masa depan kesejahteraan warga Boyolali.
Keenam, inspirasi untuk melayani. Pemimpin baru diharapkan mampu menginspirasi dalam melayani masyarakat lebih baik. Saat ini adalah kesempatan untuk menjadikan momentum kemenangan sebagai motivasi melakukan perubahan positif.
Dengan demikian, kemenangan yang diraih bukan sekedar pergantian pemimpin pemerintahan daerah, tetapi sebuah komitmen untuk bertindak menuju kebaikan bersama. Sebuah usaha menciptakan ekosistem positif dalam melayani dan memperkuat demokrasi.
Di wajah para pendukung, terpancar kebahagiaan yang tulus, seolah-olah mereka telah menantikan momen ini sepanjang hidup. “Boyolali tersenyum kembali”. Kalimat ini seolah menjadi duta harapan yang menyatukan semua warga Boyolali.
Hujjatul Islam, Yusuf Qardlawi pernah mengingatkan kepada kita bagaimana seharusnya memilih pemimpin. Paling tidak ada tiga cara :
Pertama, jika semuanya baik pilihlah yang paling banyak kebaikannya.
Kedua, jika ada yang baik dan ada yang buruk, maka pilih pemimpin yang baik.
Ketiga, jika semuanya buruk, maka pilih pemimpin yang paling sedikit keburukannya.
Boyolali, 28/11/2024