Oleh : Nurul Permatasari
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Di era modern seperti ini aktivitas harus dilakukan dengan cepat, banyak orang merasa waktu 24 jam saja tidak cukup. Setiap hari kita harus berlari dengan rutininas yang padat : kerja, kuliah, organisasi, bahkan aktivitas sosial. Ironisnya kondisi seperti ini sering terjadi di kalangan mahasiswa dan karyawan perkantoran, semakin sibuk seseorang, semakin melupakan kebutuhan dasar sendiri.
Lagi-lagi bangun kesiangan dan tidak olahraga!
Lagi-lagi tidak sempat sarapan!
Lagi-lagi tidak ada waktu buat makan siang!
Sibuk sekali ya, hingga tidak ada waktu untuk sarapan dan makan siang.
Banyak orang yang mengaku “menghargai waktu” tetapi justru terjebak pada sikap egois pada diri sendiri-memaksa tubuh dan pikiran tanpa henti. Padahal, esensi menghargai waktu bukan hanya soal produktif, tetapi juga menjaga keseimbangan antara tanggung jawab dan merawat diri. Perjalanan menuju keseimbangan di mulai dari membuat dan menetapkan tujuan realistis yang dapat dicapai sesuai kemampuan kita. Perubahan yang kecil dapat membuka jalan untuk perbaikan yang signifikan seiring waktu. Kita harus dapat membagi waktu di tengah rutinitas yang padat, hal ini memang seringkali menjadi tantangan, namun bukan hal yang mustahil. Kita bisa menyusun nya sesuai prioritas, sisipkan jadwal untuk rehat dari kesibukkan, dan makan tepat waktu dan makan bergizi. Karena kita manusia biasa bukan robot yang bisa melakukan segala sesuatu tanpa rehat. Dan kita hanya manusia yang tidak bisa terus-menerus menyetujui permintaan orang lain dan menyakiti diri sendiri
Makna Menghargai Waktu
Menghargai waktu bukan hanya perihal mengerjakan sesuatu sesuai tenggat waktu, hadir tepat waktu, baris di garda terdepan dan menjadi pemimpin. Menghargai waktu ialah mengisinya dengan sesuatu yang bermanfaat, bermakna, dan sesuai prioritas. Menurut filosofis, “waktu adalah anugrah yang tidak bisa di ulang”. Pepatah Arab mengatakan, “Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak memotongnya maka ia yang akan memotongmu”. Sementara Benjamin Farnklin menegaskan bahwa “Time is money” bahwa waktu itu berharga, hal yang bermanfaat tidak bisa terulang. Menghargai bukan sekedar materi saja yang harus kita dapatkan, waktu juga merupakan wadah kehidupan. Menghargai waktu artinya menempatkan prioritas itu sesuai kepntingan bukan hanya prestasi dari usaha namun juga kesejahteraan batin dan raga. Di saat yang sibuk dan membebani inilah memprioritaskan kesejahteraan menjadi bukan hanya kemewahan tetapi sesuatu kebutuhan.
Tantangan di Tengah Kesibukkan
Keseharian yang sibuk membuat kita terjebak pada sistem hal tersebut harus segera selesai hingga kita melupakan prioritas utama yang membuat kita
Burnout dan Kelelahan Ekstrem : Karena rutinitas yang sibuk, tubuh dipaksa terus aktif tanpa istirahat yang cukup, sampai lupa makan, dapat menyebabkan imun turub dan kulit tidak sehat bahkan berjerawat.
Egois terhadap Diri Sendiri : Akibat jadwal yang padat kita selalu memaksakan tubuh dan fikiran seolah-olah dia kuat dan terus melaju tanpa batas hingga tanpa sadar dia sedang menyakiti diri sendiri, makan apa adanya bukan makan yang bergizi, rehat sejenak scroll sosial media bukan tidur untuk me-relax kan tubuh, healing untuk menghabiskan uang bukan olahraga untuk detox fikiran. Ironisnya demi menghargai waktu seseorang bisa menjadi terlalu keras kepada dirinya sendiri.
Mengabaikan Kesehatan Mental : Pikiran yang selalu di tekan terus menerus agar sesuai target bahkan lebih hingga dapat merusak mental secara psikis.
Kehilangan Makna Hidup : Semua kegiatan yang dilakukan hanya sekedar rutinitas mekanis tanpa refleksi, seseorang berpendapat bahwa kerja sampai mati. Sehingga seseorang lupa akan niat yang tertanam di awal.
Dampak Mengabaikan Diri Sendiri
Akibat mengabaikan diri sendiri dapat membuat kesehatan kita menjadi fatal, yang seharusnya aset untuk dijaga.
Kesehatan Fisik yang menurun : Akibat memaksakan diri sendiri kurang tidur, pola makan tidak teratur, hingga menurunnya kekebalan tubuh hingga menimbulkan penyakit.
Kesehatan Mental : Akibat terlalu perfeksionis selalu menyetujui semua orang lain hingga isi kepalanya dipenuhi pikiran-pikiran yang membuat dia tidak bisa mengontrolnya, stress, cemas berlebih, dan mementingkan urusan orang lain dan mengesampingkan perasaan dan fikirannya. Sehingga secara tidak langsung dia tidak baik-baik saja mentalnya.
Relasi yang menurun : Terlalu sibuk sehingga membuat seseorang jauh dari keluarga dan teman.
Kehilangan Jati Diri : Karena hidup terlalu sibuk hanya mengikuti jadwa hingga lupa memiliki ruang untuk diri sendiri, mengenali diri sendiri.
Cara Menghargai Waktu dan Tidak Melupakan Diri Sendiri
Menetapkan Tujuan
Menyiapkan skala prioritas kita bisa membagi menjadi 4 kategori
Skala Penting-Mendesak
Skala Penting-Tidak Mendesak
Skala Tidak Penting-Mendesak
Skala Tidak Penting-Tidak mendesak
Dengan membangun fondasi yang tepat maka perjalanan akan berjalan lancar, tujuan yang spesifik, terukur dan jelas diharapkan dengan cara ini energihanya tercurahkan pada hal-hal yang benar-benar berarti.
Menerapkan Time Management
Kunci bagi individu dengan jadwal sibuk yang ingin mensejahterakan fisik dan diri mereka harus memiliki strategi waktu time blocking menjadwalkan waktu harian dengan blok blok khusus termasuk istirahat, teknik pomodoro yaitu 25 menit bekerja 5 menit isitrahat, dan mengerjakan sesuai prioritas dahulu.
Belajar Untuk Mengatakan Tidak
Mempertahakan batasan, mengontrol stress, dan mengedepankan kesejahteraan diri sendiri sehingga ada batasan yang jelas dan bersikap selektif tentang dimana seesorang mengaloksikan waktu dan energi. Sehimgga kita bisa fokus pada aktivitas dan komitmen yang benar-benar pennting dan selaras dengan tujuan.
Mengatur Pola Makan Sehat
Mempertahankan pola makan sehat sangat penting untuk kesejahteraan keseluruhan dan tingkat energi.
Higine Tidur
Menerapkan Higine tidur yang baik penting bagi kita yang memiliki jadwal sibuk dan padat untuk tetap istirahat yang cukup dan mempertahankan kesehatan dengan baik.
Memberikan Waktu Luang Untuk Diri Sendiri
Lakukan waktu luang untuk diri sendiri me time untuk melakukan hobbi, bersosialisaasi dengan alam atau hanya istirahat. Rehat bukan berarti malas tapi bagian dari meghargai waktu dengan cara memulihkan energi.
Harmoni Your Life
Menghargai waktu bukanlah bekerja tanpa henti, melainkan temukan harmoni dalam hidup. Produktifitas hanya akan berarti jika dijalani tubuh yang sehat, pikiran yang tenang, dan hati yang bahagia. Waktu bukanlah hanya sekedar kita hitung dengan jam atau kalender, namun juga diukur dengan kualitas hidup yang kita jalani.
Dalam tuntutan kehidupan modern yang serba cepat, menghargai waktu bukan hanya untuk dunia dan tanpa melupakan diri sendiri adalah seni hidup yang harus semua orang pelajari. Rutinitas yang padat memang tidak bisa dihindarkan, tetapi kita tetap bisa memegang kendali penuh untuk mengelola dan memanfaatkannya dengan tepat. Dengan menyeimbangkan produktifitas dan mengutamakan kesehatan, perawatan diri, kita tidak hanya menjalani kehidupan dengan efektif, tetapi juga lebih berguna dan bermakna untuk diri sendiri dan sosial.
Referensi :
https://perspectivesinmedicine.cshlp.org/content/8/7/a029694.short
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.5402/2012/718789
https://www.tmv.edu.in/pdf/NAAC%202023-2024/3.4.5/184.pdf
https://ugm.ac.id/id/berita/22310-pakar-ugm-tekankan-pentingnya-sarapan-bagi-kesehatan-tubuh/
https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/2861/sarapan-bolehkah-dilewatkan
Forum Koodinasi Jejaring Informasi Pangan dan Gizi Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, 2011. Lembar Berita, Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI.
“Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan” https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/4046/mengelola-pola-makan-sehat-di-tengah-rutinitas-sibuk