MAKNA KATA ALLAH, RABB DAN ILAH

Margo Hutomo

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: الله‎) dan diyakini sebagai Dzat yang Maha Tinggi, yang Nyata dan Esa, Maha Pencipta yang Maha Kuat dan Maha Tahu, yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Tuhan itu Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.

Menurut Al-Quran dan As-sunnah terdapat 99 Nama Allah (asma’ul husna) artinya : “nama-nama yang paling baik”, yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Diantara Asmaul Husna tersebut, yang terkenal dan paling sering digunakan adalah Maha Pengasih (ar-rahman) dan Maha Penyayang (ar-rahim).

Penciptaan dan penguasaan alam semesta digambarkan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan- Nya dan menjadi saksi atas ke-esa-an-Nya dan kuasa-Nya.

Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun, tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, artinya :
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. Al-An’am [6] : 103).

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal. Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Diatas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus “jalan yang diridhai-Nya.”

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan yang sama disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya, seperti Nasrani dan Yahudi. Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.

Rabb dalam bahasa Arab adalah raja, penguasa, pemilik yang dalam konteks Islam merujuk kepada Allah. Di dalam Al-Qur’an, Rabb adalah nama yang umum untuk Tuhan. Kata “Rabb” atau “Rabbi” atau “Rabbuna” hanya dinisbahkan / dikaitkan kepada Allah. Sedangkan untuk sesuatu selain Allah, mesti disambungkan dengan kata lain.

Allah berfirman, artinya :
“Segala puji milik Allah, Rabb seluruh semesta alam”
(QS. Al-Fatihah : 2)

“Katakanlah, aku berlindung kepada Rabb manusia.”
(QS. An-Nas ayat 1)

“Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin” (segala puji milik Allah, Rabb seluruh semesta alam).

Rabb disana diterjemahkan sebagai Pengatur, Pemelihara dan Penguasa. Tetapi secara tata bahasa, arti rabb adalah pengatur. Sesuatu dikatakan pengatur kalau memiliki aturan (seperti penulis dengan tulisannya, pengarang dengan karangannya). Kepengaturan Allah di alam semesta selanjutnya diistilahkan sebagai Rubbubiyah.

Hampir seluruh doa yang ada di dalam Al-Qur’an dimulai dengan Rabb, Rabbi, Rabbana, Rabbuna. Disini apabila kita tilik dengan teliti dengan menggunakan pemahaman yang mendalam ternyata terdapat rahasia-nya rahasia, rahasia di atas rahasia.

Ilahi memiliki arti ‘Tuhanku’ atau ‘Sesembahanku’. Kata Ilah atau Ma’bud artinya adalah Sesembahan atau sesuatu yang disembah dan diibadahi. Sering juga diterjemahkan sebagai Tuhan, meskipun hal ini kurang tepat.

Istilah Tuhan mencakup juga istilah Ilah, tetapi istilah Ilah lebih khusus daripada istilah Tuhan. Selain mengandung arti ‘Yang disembah’, istilah Tuhan (Rabb; Rabbi), juga mengandung arti ‘penciptaan’, ‘kepemilikan’ dan ‘kepengurusan’ terhadap ciptaannya. Sedangkan Sesembahan berarti ‘Sesuatu yang disembah meskipun tidak mencipta, menguasai ataupun mengurus penyembahnya’. Ilah bisa berupa manusia, barang, kesenangan atau hal-hal yang mendatangkan kesenangan maupun ketenangan, dll.

Dalam agama Abrahamik sesembahan-sesembahan selain kepada Sang Pencipta disebut sebagai Tuhan palsu atau Tuhan yang lain. Istilah lebih tepatnya ialah Sesembahan palsu atau Sesembahan yang lain.
Wallahu A’lam

Batang, 19 September 2024

*) Drs. Margo Hutomo, Lc. Pengasuh Majelis Muthala’ah Al-Qur’an (MMA) Batang dan Pekalongan