Oleh: Busyro Muqoddas – (Ketua PP Muhammadiyah)
Fordem.id – Korupsi sebagai kejahatan politik yang telah terjadi secara merata itu menciptakan masyarakat yang semakin “yatim piatu”. Hak-hak dasar kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi dan mudah saja diabaikan oleh negara. Bahkan dalam kasus konflik agraria, masyarakat adat dan masyarakat di tapak pertambangan atau Proyek Strategis Nasional (PSN), dapat dengan mudah dilenyapkan hak-hak perlindungannya oleh negara.
Jadi, masyarakat menjadi “yatim piatu” bukan saja secara ekonomi saja, tapi juga sosial, budaya, mental, HAM, dan lain sebagainya. Tidak heran jika keluarga-keluarga di Indonesia berhadapan dengan problem seperti terjerat dalam judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol). Di balik judol dan pinjol ini adalah mafia yang tidak tersentuh oleh hukum, yang sama dengan posisi mafia tambang.
Fakta-fakta sosial seperti masyarakat yang terjerat judol dan pinjol tersebut jelas adalah serangan terhadap ketahanan keluarga. Belum lagi, isu terbaru terkait dengan pembagian alat kontrasepsi untuk pelajar. Contoh-contoh ini merepresentasikan demoralisasi dan kualitas demoralitas di struktur pemerintah terutama di eksekutif itu merata. Sehingga, kemiskinan bukan saja terkait dengan persoalan ekonomi, tapi juga terkait tingkat kerentanan ketahanan keluarga yang diciptakan oleh demoralisasi dan demoralitas politik pemerintahan.
Dalam situasi seperti ini, maka kallimat-kalimat mutiara dalam hadits bahwa perempuan merupakan tiang negara itu jelas akan dan sudah dan akan terus dihadapi berlawanan dengan gejala-gejala yang tadi saya sampaikan. Maka, bagaimana PPM dan PPA yang tinggal tiga tahun ini, cuma hitungan hari tapi kalau dihitung sebagai amal konkret, itu kita setengah tahun itu bisa apa. Bukan cuma PPM, tapi juga Aisyiyah, dan MLO. Bisa apa dan lain sebagainya menjadi agenda kami. Kami datang membawa masalah dan belanja masalah. Kita mencari solusi yang paling khidmat dari berbagai sudutnya.
Dengan berbagai persoalan yang tersebut, maka gembar-gembor “generasi emas” dan “Indonesia emas” itu apakah bukan sekadar retorika saja? Untuk menutup, saya kutipkan firman Allah SWT:
“berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang berdosa.” (An-Naml: 69)
Yogyakarta, 9 Agustus 2024
*) Red.