Oleh: Rudi Pramono
Tema Tanwir dan Milad Muhammadiyah ke 112 sangat ideal: “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”. Kemakmuran segala bidang lahir dan batin untuk semuanya: lintas golongan, etnis, suku, agama, bangsa dan tentunya termasuk penggeraknya sendiri. Semuanya itu juga diperuntukkan untuk lingkungan hidup, binatang dan semua makhluk ciptaan Allah di muka bumi ini.
Tema harus hebat dan bersemangat dan bermakna doa, minta kepada pemilik dan pengatur alam semesta harus yang luar biasa. Insya Allah dengan ikhtiar tak pernah lelah, komitmen dan doa yang terus dipanjatkan semua tidak ada yg mustahil, Allah akan ‘menggerakkan hati manusia dan memudahkan semua urusan’ dan hasilnya semua AUM telah bermanfaat untuk semua untuk semesta dan akan terus ditingkatkan.
Tema yang mirip visi jangka panjang perlu di jelaskan dengan misi dan diwujudkan dengan program dan aksi konkret. Ikhtiar mewujudkan tema ini tidak akan pernah selesai sampai di akhir jaman nanti, karena kondisi kemakmuran dan kesejahteraan yang didambakan semua makhluk ciptaan Allah.
Kita kontekstualkan dengan Muhammadiyah, tema ini berarti penguatan dakwah, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan semua gerakan persyarikatan. Semua berarti : warga, anggota, kader, pimpinan Persyarikatan, semua harus gembira, sejahtera dan bahagia lahir dan batin.
Dalam realitanya para penggerak Persyarikatan baik yang ada di AUM ataupun di organisasi tentunya harus lebih makmur dulu sebelum memakmurkan, paling tidak ada harapan kesejahteraan dari para penggerak AUM dan kelancaran dana/sarpras/waktu untuk menggerakkan organisasi bagi para pimpinan.
Idealitas dan realita perlu diselaraskan, ada dialog yang kondusif antara konsep dengan pelaksanaan, tidak ada yang dikalahkan atau mengalahkan. Kita berada dalam ruang dan waktu dengan segala persoalannya. Namun yang substansial semua harus jalan baik organisasi keluarga, masyarakat itulah kemakmuran. Kalau dalam Islam disebut kerahmatan, kemaslahatan, wasathiyah
Mungkin ada beberapa orang dengan dorongan agama, iman, amal shalih, keikhlasan, jihad, atau lebih personal ‘luru sangu mati’ dan mereka juga ‘telah selesai dengan diri sendiri’ akan sangat bersemangat, semua halangan harus di ‘kalahkan/diatasi’ untuk dakwah dan pembangunan umat.
Namun tetap selalu ada orang yang idealis didasarkan pada basis nilai sejarah dan ideologi gerakan dimana dalam sejarah Muhammadiyah adalah sejarah melayani melalui langkah pembaruan melalui sikap inklusif, inovatif dan kreatif) baik itu dalam aspek pemikiran, paham keagamaan dan amaliyah yang kemudian menjadi pelopor dan menjadi tradisi keagamaan dan sosial masyarakat muslim saat ini. Kondisi yang membanggakan ini bisa menumbuhkan militansi dalam bermuhammadiyah.
Pada intinya kemakmuran itu kesejahteraan, kedamaian, kebaikan, kemajuan dan kemaslahatan untuk semuanya, diri sendiri keluarga, masyarakat, organisasi dalam relasi pengelolaan yang adil seimbang (wasathiyah)
Wallahu a’lam