Margo Hutomo
1. Nafsu Ammarah
Nafsu ammarah adalah “dorongan untuk melakukan pelanggaran, kejahatan dan kemaksiatan“. Karenanya tidak ada manusia yang steril dari dosa.
Nafsu ammarah meliputi sifat-sifat seperti banyak makan, banyak tidur, banyak melakukan hubungan seks. Biasa diistilahkan dengan nafsu kebinatangan, sehingga gerak hidupnya seperti binatang, cenderung berbuat maksiat, baik lahir maupun batin. Maksiat batin adalah kekejian yang tersembunyi di dalam jiwa.
Allah Swt. berfirman, artinya :
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
(Qs. Yusuf : 53).
2. Nafsu Lawwamah
Yaitu “nafsu setan yang mendekam pada diri manusia“. Ia selalu berbisik dan mengajak untuk berbuat keji. Ciri-ciri insan yang jiwanya dikuasai nafsu lawwamah ialah watak dan jiwanya dikuasai kefasikan. Nafsu yang suka mengoreksi ketika ia melakukan dosa atau kemaksiatan, tetapi berkhianat atau berbohong pada dirinya sendiri.
Misalnya, mengetahui perbuatannya salah, tetapi masih mengulangi lagi. Siapa yang pertama kali mengingatkan bahwa perbuatan itu salah? Tentu diri kita sendiri.
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan Aku bersumpah dengan jiwa (nafsu) yang amat menyesali (dirinya)”.
(Qs. Al-Qiyamah : 2).
3. Nafsu Muthmainnah
Nafsu Muthmainnah adalah “dorongan untuk berbuat kebaikan“. Jiwa merasa tenang dan tentram jika dapat melaksanakan aturan-aturan Allah dan berbuat kebajikan.
Manusia yang paling bejat-pun memiliki Nafsu Mutmainnah. Sebab hakikat manusia itu hanif (cenderung pada kebaikan). Manusia akan merasa tenang, tentram dan bangga kalau sudah berbuat kebaikan. Sebaliknya ia merasa gelisah dan menyesal bila melakukan pelanggaran dan dosa.
Allah Swt. berfirman, artinya:
”Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
(Qs. Al Fajr : 27-30).
4. Nafsu Mulhamah
Yaitu “berupa murah hati, suka menerima adanya takdir ilahi, ramah, beradab (sopan santun), taubat, sabar (tahan uji), suka menanggung beban berat pada suatu kepentingan agama“.
Allah Swt. berfirman, artinya :
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu, jalan kejahatan dan ketakwaannya.”
(Qs. Asy-Syams : 8).
Rasa hati orang yang memiliki Nafsu Mulhamah, apabila hendak berbuat amal kebajikan terasa berat. Dalam keadaan bermujahadah dia berbuat kebaikan karena sudah mulai takut akan kemurkaan Allah dan neraka. Bila berhadapan dengan kemaksiatan, hatinya masih rindu dengan maksiat, tetapi hatinya dapat melawan dengan membayangkan nikmatnya surga.
Dalam hatinya masih banyak sifat-sifat madzmumah. Dia sudah dapat mengenali penyakit yang ada dalam dirinya, hanya tidak mampu melawan serta mencoba beribadah dengan sabar.
5. Nafsu Radhiyah
“Bijaksana, zuhud, ikhlas, wara’ (menjaga dari haram, makruh), bersemangat (pantang menyerah) dalam beribadah, menunaikan kewajiban“.
Sifatnya Nafsu Radhiyah, walau sekecil apapun larangan, ia akan meninggalkan dengan sungguh-sungguh. Bila makruh, dia menganggap sebagai hal haram. Yang sunat dia anggap semacam wajib. Kalau tidak berbuat yang sunat seolah-olah merasa berdosa.
Mereka akan merasa menderita apabila sahabat dan teman terjerumus kepada maksiat. Mereka akan mendoakan khusus di malam hari agar sahabat/temannya terselamatkan dari maksiat.
Mereka ini banyak mendapatkan pertolongan dari Allah dalam bentuk firasat. Sehingga mereka mudah mengenali orang yang akan berbuat maksiat atau tidak.
Mereka mudah memimpin masyarakat karena mengenali sifat dan hati seseorang. Apabila mereka dihalau dari masyarakat, tunggulah Bala’ Allah Swt. yang akan turun. Banyak lahir karamah- karamah dari mereka. Mulutnya ampuh, apa yang disebutnya insya Allah akan terjadi.
6. Nafsu Mardhiyah
“Maqam ini adalah yang tertinggi dari maqam radhiyah, karena percakapan atau perilaku mereka diridhai Allah Swt“. Jiwa mereka, perasaan mereka, lintasan hati mereka, gerak gerik mereka, penglihatan, pendengaran kesemuanya diridhai-Nya.
Mereka yang telah sampai ke tingkat Nafsu Mardhiyah, maka keadaan hati dan jiwanya sangat tenang, tentram dan bahagia. Sebab segala ucap, sikap dan lakunya tulus dan searah dengan perintah dan larangan Allah swt.
Rasulullah saw. bersabda, artinya : “Apabila kamu sekalian melihat seorang mukmin itu pendiam dan tenang, maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia akan mengajari kamu hikmat.”
(HR. Ibnu Majah).
Orang yang berada di peringkat nafsu ini, maka apa saja yang mereka lakukan akan diridhai Allah Swt. Mereka disebut dalam hadist Qudsi, artinya : “Mereka melihat dengan pandangan Allah, mendengar dengan pendengaran Allah, berkata-kata dengan kata-kata Allah.”
Maknanya, semua ucap, sikap, laku dan diam-nya hanya untuk mencari keridhaan Allah Swt semata. Mereka ini tidak pernah sesaat pun berpisah dari-Nya.
7. Nafsu Kamilah
“Nafsu Kamilah adalah jiwa yang sempurna“.
Inilah tingkatan tertinggi dari nafsu yang membawa manusia pada derajat tertinggi melampaui para malaikat. Inilah nafsu para Nabi dan Rasul Allah yang merubah akhlak manusia menuju akhlak yang diridhai Allah Swt.
Nafsu ini ada didalam jiwa yang telah mencapai tingkatan kekal akan hadirnya Allah dalam hati, ucap dan perbuatannya.
Untuk menata nafsu dari tingkat paling bawah menuju tingkat diatasnya membutuhkan latihan yang konsisten dan waktu cukup lama, hingga Allah yakin dengan usahanya.
Wallahu A’lam
Batang, 21 Januari 2024