PAHLAWAN ITU BERNAMA UMAR HASYIM

Oleh: Gus Zuhron – (MPKSDI PWM Jawa Tengah)

Tepat pukul 22.30 tiba di Blimbingrejo Nalumsari Jepara. Sebuah desa yang padat penduduk dengan masyoritas Muslim. Sekelompok pemuda menyambut kedatangan kami dengan ramah dan semangat yang menyala. Mereka sedang mempersiapkan acara untuk tablig akbar yang akan dilaksanakan esok hari. Inilah ciri para aktivis Muhammadiyah yang belum tersentuh dengan rumitnya dinamika politik dan seksinya godaan kekuasaan.

Nama Umar Hasyim terpampang besar di gedung dakwah Muhammadiyah milik ranting ini. Gedung dengan kapasitas lebih dari 1500 jama’ah, berdiri kokoh dan membanggakan. Dikatakan membanggakan karena pemiliknya adalan ranting. Sebuah satuan terkecil dan terbawah dalam struktur kepemimpinan dalam Muhammadiyah. Tidak mungkin ada aset semegah dan sebagus itu kalau para pelaku gerakannya hanyalah orang biasa. Pasti ada spirit dakwah yang di atas rata-rata. Maka wajar kalau ranting ini mendapatkan penghargaan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai salah satu ranting terbaik di Indonesia.

Baca Juga:  LAUTAN JILBAB YANG FENOMENAL

Umar Hasyim adalah super hero bagi warga Blimbingrejo. Tidak ada Muhammadiyah jika tidak ada nama yang satu ini. Pada tahun 1963 Muhammadiyah berdiri di tempat ini. Umar Hasyim adalah tokoh utama yang menggerakkan umat untuk dapat menerima dakwah sang surya. Sepirit tajdid diusung untuk menggusur paham keagamaan yang sudah keluar dari pakem Al Qur’an dan Sunnah. Menurut penuturan Mas Ahmad, upaya itu mendapatkan perlawanan sengit dari warga setempat. Hinaan, cacian bahkan sampai dengan ancaman pembunuhan harus diterima oleh Umar Hasyim.

Apa yang menimpa pahlawan Blimbingrejo pada dasarnya juga dialami oleh para pejuang Muhammadiyah yang berada di tempat lain. Sebut saja Kiyai Ashuri (Konsul Muhammadiyah Kedu), Kiyai Zen Fanani (Magelang) Kiyai Abu Ubaidah (Kota Magelang), Kiyai Rahmat Imam Puro (Temanggung) dan seterusnya. Orang-orang ini memang sudah dipilih Tuhan untuk mencerahkan umat. Mental dan semangatnya tidak kaleng-kaleng, jalan hidupnya sepenuhnya diabdikan untuk kepentingan dakwah, mereka telah selesai dengan dirinya sendiri. Para pejuang ini tidak punya gelar akademik yang mentereng, tapi sepak terjang perjuangannya sangat mentereng.

Baca Juga:  Kisah Sukses Lulusan SMK Muhammadiyah 3 Purbalingga, Kembangkan Bisnis dari Hobi

Wajar jika nama Umar Hasyim diabadikan untuk nama sebuah gedung. Langkah juang dan warisan amal usahanya diabadikan oleh para generasi setelahnya dengan cara menggerakkan dan terus menghidupkan Muhammadiyah. Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan generasi sholih yang senantiasa mendoakan dirinya semua terpenuhi. Dalam tidur panjang perjalanan keabadian Umar Hasyim tidak akan kehabisan bekal. Sebab jerih payah perjuangannya di masa awal terus dirawat bahkan dikembangkan hingga saat ini.

Mental pejuang tangguh dengan energi kesabaran, kejujuran dan keihlasan para pendahulu perlu terus diceritakan agar ada transmisi pewarisan nilai bagi generasi setelahnya. Cara ini akan mendidik kita untuk belajar sikap tawadu, menghormati orang tua, tulus dalam perjuangan, pandai mengelola masalah, tidak emosional, tidak mudah mencaci, tidak menghujat dan yang paling penting adalah pelajaran bahwa perjuangan itu bukan untuk membesarkan dirinya sendiri, tapi untuk membesarkan Muhammadiyah, membesarkan Islam. Semoga…

Baca Juga:  MEMAHAMI LOGIKA DI BALIK MUHAMMADIYAH NYATAKAN SIAP KELOLA TAMBANG

*) Red. Fordem.id – Blimbingrejo Jepara, Ahad, 03 November 2024 pukul 05.18 WIB dalam persiapan Tablig Akbar warga Muhammadiyah

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *